Kisah Zurni Jemaah Haji dengan Alat Kruk di Lintasan Shafa Marwah

Senin, 25 Juli 2022 | 14:12 WIB
Kisah Zurni Jemaah Haji dengan Alat Kruk di Lintasan Shafa Marwah
Muhammad Zurni, jemaah haji Indonesia yang berhaji dengan alat kruk (Dok MCH 2022)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bukit Shafa dan Marwah merupakan simbol kegigihan hidup yang dimanifestasikan oleh perjuangan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS. Kegigihan ini yang tampak saat melihat sosok Muhammad Zurni, jemaah haji Indonesia asal Kloter 12 BTH.

Malam itu Waktu Arab Saudi (WAS), Selasa (19/7/2022), Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, disesaki ribuan manusia. Banyak dari mereka menunaikan tawaf wada, sebagai penanda perpisahan kepada Baitullah. Tak jarang pula yang melakukan umrah sunah.

Pun demikian yang terlihat di lintasan Sa'i alias Mas'a antara Bukit Shafa dan Marwah. Jemaah haji dari berbagai negara berjubelan di sana, menyisir lintasan sepanjang 405 meter itu untuk mengenang perjuangan Siti Hajar.

Ketika jemaah lain berjalan di Mas'a dan berlari tatkala di bawah Bathnul Waadi, Zurni berbeda. Dengan alat bantu kruk di kedua sisi lengan, Zurni berjalan menyisir Mas'a. Langkah demi langkah dicermati sembari merapal doa-doa.

Baca Juga: 60 Persen Gelombang Pertama Pulang ke Tanah Air, 73 Jemaah Wafat sampai Hari ke-52 Operasional Haji

Zurni, yang mengenakan kacamata, tidak sendiri. Dia bersama sang istri. Namanya Siti Habsah, yang setia menemani sang suami. Siti Habsah senantiasa berada di sisi Zurni, mengawal langkah hingga pengujung ibadah Sa'i.

Sejak kecil, Zurni memiliki masalah di tulang pinggulnya. Semakin lama, sakit itu semakin menggila. Puncaknya di tahun 2016. Zurni diharuskan menggunakan alat bantu jalan. Kruk pun menjadi pilihan.

"Ketika bobot badan makin berat, tekanan makin kuat, makin sakit," kata Zurni sembari tertatih menunaikan Sa'i didampingi istri bersama tim Media Center Haji.

"Di 2016, saya tidak bisa berdiri. Badan dan kaki sakit semua. Akhirnya, (saya) pakai kruk sejak 2016 itu."

Sejatinya pada tahun 2020, Zurni sudah bisa berjalan sekitar 2 sampai 3 kilometer. Namun, sakit itu kambuh lagi, bahkan makin menjadi. Saat itu, dia berhenti manasik karena sakit yang tidak tertahan.

Baca Juga: Cara Dapatkan Tasreh untuk Masuk Raudhah di Madinah, Jemaah Haji Wajib Tahu

Sedianya Zurni berangkat haji pada tahun 2020 usai mendaftarkan diri sejak 2011. Gara-gara pandemi, panggilan itu tertunda. Dia baru bisa berangkat di 2022 ini. Pergi ke Tanah Suci, Zurni pun mengaku sudah siap mental.

"Tidak masalah. Yang jelas Allah sudah memanggil kita, Dia pun pasti 'membisakan' kita, memberikan peluang. Sebenarnya tak ada kendala, cuma saya membatasi diri."

Memilih tidak ikut rombongan

Berkaca pada kondisinya, Zurni pun memilih tidak ikut rombongan. Banyak kendala jika dia ikut rombongan. Lain halnya kalau jalan bersama istri. Zurni bisa lebih santai, menikmati setapak demi setapak. Tak jarang, petugas memberi jalan pintas untuk dia.

"Saya pikir kalau dengan rombongan nggak kuat. Nggak bisa ngejar itu orang, saya santai. Kalau cepat, saya tidak tahan," kata Zurni.

Kendati mengaku tidak berat, Zurni mengaku sempat menunaikan tawaf keliling Ka'bah seorang diri. Ketika itu, istrinya bersama rombongan. Saat tawaf, tak jarang Zurni melepas tongkat kruknya. Maklum, dia butuh memegang telepon genggam untuk membaca doa.

"Sebenarnya tawaf tidak berat. Awalnya bahkan saya tawaf sendirian, sementara istri dengan rombongan. Dia takut tertinggal. Kadang (saat tawaf) saya lepas tongkat sebelah, gara-gara pegang hape untuk baca doa."

Meski demikian, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) tempat Zurni bernaung tidak cuek begitu saja. Mereka memaklumi kondisi bapak dua anak tersebut. Bahkan, awalnya dia ditawarkan menggunakan kursi roda. Tapi, Zurni menolak.

"Awal-awal, saya pakai kursi roda untuk tawaf. Tapi, saya yakinkan bahwa saya bisa pakai tongkat. Kalau pakai kursi roda, orang belum selesai, saya sudah selesai. Saya tidak mau seperti itu," ucap dia.

Hingga diwawancarai, Zurni mengaku sudah menunaikan 2 kali umrah sunah. Sejatinya, pembimbing menyarankan untuk menunaikan sebanyak mungkin umrah. Namun, Zurni mengukur diri.

"Ini yang umrah sunnah ke-dua. Kemarin diajak pemimpin KBIHU, saya istirahat. Pembimbing sebenarnya bilang sebanyak mungkin, tapi saya mengukur diri."

Sempat tertendang jemaah lain

Zurni bercerita momen ketika ada jemaah lain yang menendang tongkatnya. Dia nyaris terpelanting. Tapi, orang itu sadar dan minta maaf. Namun, Zurni tidak mempermasalahkan. Dia hanya merasa dan menjaga agar tongkatnya tidak sampai mengenai seseorang.

Emoh berpikiran buruk, itu yang ada di benak Zurni. Jika ada orang yang mendorongnya, dia enggan mengambil hati. Dia memilih husnudzon. Jalan lurus, tegakkan badan, tanpa memikirkan perbuatan orang, itu yang dilakoni Zurni.

"Kalau ada orang mendorong, kita berkeyakinan itu tidak sengaja. Mungkin (orang itu) terdesak. Jadi ya, positive thinking. Kita tidak boleh suudzon," ujar pria .

"Kita tidak boleh kasak-kusuk. Jalan lurus dan tegakkan badan."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI