Suara.com - Dalam menjalankan ibadah sholat terdapat sunnah yang sangat dianjurkan untuk umat muslim, salah satunya yaitu membaca doa iftitah.
Membaca doa iftitah dapat dilakukan ketika sedang mengerjakan sholat wajib maupun sholat sunnah. Untuk itu, sebagai umat Islam sangat penting mengetahui bacaan doa iftitah.
Secara umum, doa iftitah dibaca pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram. Terdapat beberapa bacaan doa iftitah yang berisi pujian serta sanjungan seorang manusia kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Sehingga meskipun sunnah doa ini sangat baik dibaca ketika sholat karena memiliki keutamaan yang besar. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Umar RA, yang artinya:
Baca Juga: Bacaan Dzikir Pagi Tulisan Latin dan Artinya
"Ketika kami sholat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba seseorang mengucapkan 'Allahuakbar kabira walhamdu lillahi katsira wasubhanalla hibukratawwa ashiilan'. Selesai sholat, Rasulullah SAW bertanya, 'Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?' Seorang sahabat menjawab, 'Saya, wahai Rasulullah.' Beliau lalu bersabda, 'Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu' Kata Ibnu Umar, 'Maka aku tak perna lagi meninggalkannya semenjak aku mendengar Rasulullah SAW mengucapkan hal itu.'" (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, jelas doa iftitah sangatlah baik untuk dibaca ketika sholat karena akan membukakan pintu-pintu langit.
Di dalam praktiknya, terdapat dua versi doa iftitah. Meskipun berbeda, doa iftitah yang dibaca memiliki makna dan tujuan yang sama. Simak bacaan doa iftitah berikut ini:
1. Doa Iftitah yang Pertama
Allaahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wa maa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.
Baca Juga: Syafakillah Artinya Apa? Ini Doa untuk Orang Sakit Lengkap
Artinya: Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang. Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan yang demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim.
2. Doa Iftitah yang Kedua
Allahumma baa'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqatsawbul abyadlu minaddanasi. Allahummaghsil khathaayaaya bil maai watstsalji walbaradi.
Arti: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana engkau menjauhkan timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air yang dingin." (HR. Bukhari dan Muslim)
Syarat Sunah saat Membaca Doa Iftitah
Berikut ini beberapa syarat sunah membaca bacaan doa iftitah:
- Bacaan iftitah dapat dipanjatkan ketika melakukan ibadah sholat wajib dan sunnah selain sholat jenazah, walaupun sholatnya dilakukan di atas kuburan atau sama seperti sholat ghoib.
- Bacaan iftitah dapat dipanjatkan ketika waktu untuk mengerjakan ibadah sholat cukup. Namun, saat tidak memiliki cukup waktu dalam beribadah sholat, maka tidak perlu melafalkan doa iftitah.
- Bacaan iftitah dapat dibaca oleh makmum ketika ia tidak khawatir ketinggalan sebagian dari surat Al-Fatihah yang dibaca imam.
- Saat menjadi makmum masbuq dan imam sudah yang berada di posisi gerakan sholat lain seperti rukuk, sujud, i'tidal dan lain sebagainya, maka tidak disunahkan untuk membaca bacaan iftitah, melainkan langsung saja menyusul pada posisi imam saat itu.
Demikian tadi bacaan doa iftitah lengkap dengan keutamaan dan syarat sunnah ketika membacanya. Semoga dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita terhadap Allah SWT.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari