Suara.com - Presiden Timor Leste Ramos Horta belakangan menuai perhatian karena pernyataannya mengusulkan dua organisasi Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah untuk mendapat Nobel Perdamaian. Meski beda negara, tapi mengapa Ramos Horta melakukan hal tersebut?
"Dua organisasi ini sangat layak mendapatkan nobel perdamaian. Saya melihat sejak dahulu NU dan Muhammadiyah mempunyai peran yang sangat penting dalam menyuarakan perdamaian," katanya usai berkunjung kantor PBNU di Jakarta, Rabu (20/07/2022).
Ramos Horta merupakan Presiden Timor Leste sejak 20 Mei 2022. Ramos Horta sebelumnya pernah menjabat sebagai presiden dari 20 Mei 2007 hingga 20 Mei 2012.
Presiden Ramos Horta lahir pada tahun 1949 di Dili, ibu kota Timor Leste. Ibunya berasal dari Timor dan ayahnya berasal dari Portugis yang diasingkan ke Timor oleh kediktatoran Salazar. Presiden Ramos Horta memiliki sebelas saudara yang keempatnya meninggal terbunuh.
Presiden Ramos Horta memutuskan mempelajari Hukum Internasional Publik di Akademi Hukum Internasional Den Haag pada tahun 1983 dan Antioch College di Yellow Springs, Ohio dengan gelar Master of Arts dalam Studi Perdamaian tahun 1984.
Pada tahun 1983, Presiden Ramos Horta dilatih dalam Hukum Hak Asasi Manusia di Universitas Institut Internasional Hak Asasi Manusia di Strasbourg. Presiden Ramos Horta menyelesaikan program pascasarjana di Universitas Columbia pada tahun 1983.
Presiden Ramos Horta juga termasuk Anggota Senior Associate di Unversitas Oxford’s St Antony’s College sejak 1987. Presiden Ramos Horta merupakan seorang poliglot yang fasih berbicara bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, dan Timor Leste serta Tetum.
Ia pernah menikah dengan Ana Pessoa Pinto, Menteri Negara dan Administrasi Dalam Negeri Timor Leste tetapi bercerai. Pernikahan itu menghasilkan seorang anak bernama Loro Horta yang lahir di pengasingan di Mozambik.
Karir Politik Presiden Ramos Horta