Suara.com - Nelayan Muaragembong Bekasi keluhkan ada kapal besar tangkap ikan pakai pukat harimau di zona perairan dangkal. Menurutnya itu merusak lingkungan.
Keberadaan kapal-kapal besar itu sudah ada sejak beberapa tahun terakhir.
"Selain membuat tangkapan nelayan berkurang, mereka pun merusak lingkungan karena menggunakan pukat harimau," kata seorang nelayan setempat Bada (40), Kamis.
Tidak hanya satu, bahkan dia menyebut lebih dari 50 kapal besar yang setiap hari berbaris di perairan dangkal Muaragembong.
"Kalau satu (kapal) kali. Nah ini banyak banget, 50 kapal ada kali. Itu juga ada masih sisa kapal, masih keliatan dari tepi sini," katanya.
Bada mengatakan kapal-kapal besar itu biasanya sudah memasuki perairan Muaragembong sejak malam hingga siang hari.
Tidak jarang mereka memasuki perairan dangkal yang menjadi tempat nelayan mencari ikan.
"Bayangkan aja, itu kapal-kapal diamnya dekat ke pantai. Itu bisa jarak lima kilometer dari pantai, berarti kan sekitar tiga mil. Bahkan pernah sampai dua kilometer dari pantai, itu kan dekat banget," ucapnya.
Kondisi itu memaksa para nelayan di wilayahnya harus mencari titik lain untuk mengambil ikan. Beberapa nelayan bahkan terpaksa melaut lebih jauh agar bisa mendapat ikan.
Baca Juga: Terus Menyusut, Lahan Sawah Indonesia Berkurang 90.000 Hektare Tiap Tahun
"Jadinya ya kami mah cuma bisa dapat tangkapan dari sisa kapal-kapal itu. Dulu waktu Bu Menteri Susi tidak ada kapal pukat harimau yang berani," katanya.