Suara.com - Ranil Wickremesinghe telah terpilih sebagai presiden baru Sri Lanka pada Rabu (20/7/2022) yang sebelumnya telah menjadi pejabat pelaksana tugas Presiden Sri Lanka.
Ranil Wickremesinghe terpilih sebagai presiden usai mendapatkan sejumlah 134 suara dari 225 anggota parlemen. Hal itu diumumkan oleh Sekretaris Jenderal Parlemen Sri Lanka.
Pemungutan suara untuk memilih presiden baru Sri Lanka dilaksanakan parlemen pada Rabu pagi.
Sebanyak 219 suara dinyatakan sah. Selain itu ada empat surat suara tidak sah, dan dua anggota legislatif abstain pada pemungutan suara tersebut.
Baca Juga: Profil Ranil Wickremesinghe, Presiden Baru Sri Lanka yang Sudah 6 Kali Jadi Perdana Menteri
Ada tiga kandidat yang berkompetisi untuk menjabat sebagai presiden. Wickremesinghe berhadapan dengan Dullas Alahapperuma yang didukung oposisi, dan Anura Kumara Dissanayake saat pengumpulan suara rahasia.
Alahapperuma, meraih 82 suara. Ia merupakan mantan menteri pendidikan dan mantan anggota Partai Podujana Peramuna Sri Lanka yang dikontrol oleh mantan presiden Gotabaya Rajapaksa.
Sementara itu, kandidat ketiga Anura Kumara Dissanayake dari Partai National People's Power, hanya memiliki tiga anggota di parlemen. Dia memenangkan total tiga suara.
Pada pekan lalu, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe diambil sumpahnya sebagai presiden sementara Sri Lanka setelah Rajapaksa melarikan diri ke Singapura dari Maladewa.
Kemudian parlemen memulai proses pemilihan presiden baru.
Baca Juga: Terjadi Kerusuhan Sosial, Sri Lanka Kini Ditetapkan Dalam Status Darurat
Rajapaksa melarikan diri dari Sri Lanka dan mengundurkan diri pada pekan lalu setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu istana kepresidenan di Ibukota Kolombo dan membakar rumah perdana menteri.
Masyarakat Sri Lanka menyalahkan dinasti politis Rajapaksa atas krisis yang terjadi.
Saudara pria Rajapaksa, Mahinda, mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Mei.
Negara pulau dengan 22 juta penduduk itu gagal membayar utang luar negeri setelah lumpuh akibat kekurangan cadangan devisa karena keruntuhan ekonomi yang bergantung kepada pariwisata.
Sri Lanka tidak mampu membayar makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lain.
Kekurangan bahan bakar pun mengakibatkan pemadaman listrik harian yang berkepanjangan. Sejumlah sekolah tutup dan pegawai pemerintahan diminta untuk bekerja dari rumah.
Pemerintah sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bailout, tapi sejauh ini belum ada kesepakatan. (ANTARA)