BNPT Singgung Isu Islamofobia dan Upaya Kelompok Radikal Ingin Ganti Pancasila

Rabu, 20 Juli 2022 | 18:46 WIB
BNPT Singgung Isu Islamofobia dan Upaya Kelompok Radikal Ingin Ganti Pancasila
Ilustrasi terorisme. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengigatkan ada upaya kelompok radikal ingin menggantikan ideologi Pancasila lewat isu islamofobia.

Hal itu dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid.

Menurutnya perlu pendekatan regulasi hukum untuk mencegah kelompok radikal agar tidak berkembang lebih besar di Indonesia.

Adanya undang-undang yang mengatur kebebasan berpendapat, berkumpul, dan berserikat sering disalahgunakan oleh kelompok radikal yang sebenarnya antidemokrasi.

Baca Juga: Masyarakat Diminta Sebarkan Kebaikan Syiar Islam Lewat Medsos untuk Tangkal Radikalisme di Era 4.0

"Maka itu, untuk menanggulanginya diperlukan pendekatan regulasi hukum karena Indonesia negara demokrasi," katanya dalam diskusi publik bertema Ancaman Terorisme dan Kerusakan di Kedutaan Besar Prancis, Jakarta, Rabu.

Selain pendekatan regulasi hukum, penanggulangan kelompok radikalisme dan terorisme yang paling efektif juga bisa dilakukan dengan pendekatan ideologi spiritual.

"Kualitas seseorang dalam beragama ditentukan salah satunya adalah sejauh mana tingkat toleransi terhadap keragaman dan perbedaan," ucapnya.

Selain itu isu islamofobia yang sedang ramai dicurigai digelorakan oleh kelompok radikal yang ingin mengambil alih kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi agama tertentu.

"Mereka ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi transnasional, mengganti sistem negara dengan sistem agama menurut versi mereka, dengan memanipulasi, mendistorsi, dan mempolitisasi agama," jelasnya.

Isu ini, menurutnya, tak lain bertujuan membuat kekacauan dan konflik antar anak bangsa dengan membangun paradigma intoleransi dan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA), termasuk islamofobia.

"Ketika kita merasa paling baik dan paling benar, sejatinya ini adalah krisis akhlak dan moral," ucapnya.

Ia juga mengatakan kelompok radikal ini tidak menghargai perbedaan dan sering memanfaatkan agama untuk memengaruhi masyarakat awam agar memerangi saudara sendiri. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI