10 Nyawa Warga Sipil Melayang, Moeldoko Minta Komnas HAM Selidiki Kasus Serangan KKB di Nduga

Rabu, 20 Juli 2022 | 18:33 WIB
10 Nyawa Warga Sipil Melayang, Moeldoko Minta Komnas HAM Selidiki Kasus Serangan KKB di Nduga
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (19/7/2022). (Kantor Staf Presiden)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menindaklanjuti dan menyelidiki kasus serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap warga sipil, di kampung Nogolait, Kabupaten Nduga, Papua, yang terjadi pada Sabtu (16/7/2022) lalu.

"Kekerasan yang dilakukan KKB sudah menimbulkan korban jiwa meninggal dunia dan tidak ada seorangpun yang boleh menghilangkan hak hidup orang. Untuk itu, Komnas HAM harus turun untuk memastikan apakah ada pelanggaran HAM dalam peristiwa itu," tegas Moeldoko, di Jakarta, Rabu (20/7/2022).

Dalam kesempatan berbeda, Moeldoko juga mengutuk keras aksi kejam KKB yang telah menewaskan belasan warga sipil, di mana dua diantaranya adalah tokoh agama. Panglima TNI 2013-2015 ini juga menyebut, aksi KKB merupakan perbuatan kejam dan tidak berperikemanusiaan.

"Apalagi ada tokoh agama yang ikut menjadi korban. Secara pribadi saya menyampaikan duka mendalam atas peristiwa ini," kata Moeldoko di gedung Bina Graha Jakarta, Selasa (19/7/2022).

Baca Juga: The 36th Hundred Flowers Awards Segera Digelar, Jackson Yee Masuk Nominasi

Panglima TNI 2013-2015 tersebut memastikan pemerintah bergerak cepat untuk menangkap dan memproses hukum pelaku kejahatan kemanusiaan tersebut.

"Negara tidak pernah mentolerir siapapun yang berupaya menyebar teror, mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, apalagi sampai menimbulkan korban meninggal dunia," tegasnya.

TNPB-OPM Akui Lakukan Penembakan

Sebanyak 10 warga tewas usai ditembak oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Nogolaid, Kabupaten Nduga, Papua. TPNPB-OPM menganggap kalau mereka bukan warga biasa melainkan intelijen yang tengah menyamar.

Menurut laporan dari Kodap III Ndugama Derakma, 10 orang itu bertugas sebagai intelijen yang menyamar sebagai karyawan proyek hingga penjaga kios. Panglima pertahanan daerah Kodap III Ndugama Derakma Egianus Kogeya menceritakan kalau pihaknya tengah mengibarkan bendera bintang kejora di Nogolaid pada Sabtu (16/7/2022) pagi.

Baca Juga: Rabu 20 Juni 2022, Positif Covid-19 Bertambah 5.653 Kasus, Sedangkan 2.331 Pasien Sembuh

Pada saat itu, mereka melihat ada seorang warga yang sembunyi-sembunyi merekam.

"Kami mencurigakan (mereka sebagai) mata-mata, maka kami tembak mati di tempat," kata Egianus dalam laporannya yang diterima Suara.com, Senin (18/7/2022).

Setelah itu, pasukan TPNPB-OPM juga menembak lima orang yang tengah menjaga kios di sepanjang jalan Batas Batu. Menurut Egianus, lima orang itu sudah dipantau oleh pasukannya dan terlihat ada yang membawa senjata api.

"Akhirnya kami tembak," ucapnya.

Tidak berhenti sampai disitu, pasukan TPNPB-OPM juga memberhentikan truk yang melintas dan memeriksanya. Di dalam truk terdapat empat orang tengah menunduk dalam truk.

Lagi-lagi mereka mencurigai kalau empat orang tersebut merupakan mata-mata.

"Kami tembak 4 orang itu sudah pasti anggota yang menyamar karyawan, tukang jadi mata-mata (spying)," katanya.

TPNPB-OPM juga menambak seorang sopir truk lainnya yang melintasi jalan Batas Batu.

"Jadi hari Sabtu, 16 Juli 2022, kami tembak 11 orang dan 1 orang masyarakat kami karena dia ambil gambar, video serta dia melawan saat ditanya pasukan TPNPB-OPM," terangnya.

Dari 12 orang tersebut, 10 diantaranya meninggal dunia. Sementara satu orang sisanya yang disebut sebagai warga asli Papua dibawa TPNPB-OPM karena berusaha mengambil gambar maupun video serta berusaha melawan saat diinterogasi.

Atas kejadian tersebut, Egianus menegaskan tidak bakal segan untuk menembak mati siapapun yang melakukan tindakan mencurigakan.

"Siapapun dia, masyarakat sipil, karyawan, buruh kerja entah itu orang asli Papua atau non Papua serta juga pejabat orang Papua yang kami anggap mencurigakan, kami tidak akan kompromi tanpa memandang, tetap kami akan tembak mati sampai Papua merdeka," tegasnya.

"Apa yang kami lakukan itu demi agenda perjuangan bangsa Papua (Papua Merdeka). Untuk Ibu kota Keneyam, kabupaten Nduga, kami sudah kuasai sampai dengan sepanjang jalan Batas Batu kami sudah lumpuhkan total."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI