Suara.com - Mohammad Ruslan (43) menjadi satu dari 10 korban meninggal akibat kecelakaan beruntun yang melibatkan truk tangki Pertamina di Jalan Alternatif Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat pada Senin (18/7/2022) kemarin.
Dia merupakan warga Gang Nasib RT09/017, Palmerah, Jakarta Barat. Delapan bulan terakhir korban bekerja sebagai kurir di salah satu usaha distributor alat kesehatan.
Atasan Ruslan, Fatma, mengaku pada hari kecelakaan, korban sedang ditugaskan mengantar barang. Komunikasi terakhirnya dengan korban sekitar pukul 15.18 WIB, beberapa menit sebelum peristiwa kecelakaan terjadi yakni sekitar 15.55 WIB.
"Itu terakhir dia WhatsApp saya," kata Fatma saat dihubungi Suara.com, Selasa (19/7/2022).
Baca Juga: Lima Warga Bogor Jadi Korban Kecelakaan Maut di Cibubur, Berikut Identitasnya
Namun berselang itu, Fatma kembali menghubungi Ruslan lewat panggilan telepon, namun tidak ada jawaban. Dia lantas menelpon klinik yang menerima paket kirimannya. Dari sana Fatma mendapat jawaban, Ruslan sudah mengantarkan paket.
Hingga malam tiba, Ruslan tak kunjung pulang dan tak memberikan kabar. Fatma mengaku saat itu sudah mulai curiga, sebab pada sore hari mendengar berita kecelakaan di sosial media. Terlebih lokasi tujuan paket yang diantar korban mengarah ke lokasi kejadian.
"Semalam itu pikiran sudah enggak enak aja tuh. Pak Ruslan kok nggak pulang-pulang," kata Fatma.
Dia sempat mencari tahu identitas para korban meninggal, namun saat itu pihak Rumah Sakit Polri, baru mengungkap dua korban. Pagi pun tiba, nama Ruslan muncul di antara sembilan korban meninggal yang dibawa ke Rumah Sakit Polri.
"Iya ini namanya pak Ruslan benar. Usianya benar dan alamat benar," kata Fatma.
Baca Juga: Truk Tangki Alami Kecelakaan, Begini Langkah Mitigasi Pertamina
Sementara itu, Rumiyati (63), ibu korban mengatakan pada pagi hari sang anak berpamitan kepadanya untuk berangkat kerja. Menurutnya saat itu sikap anak pertamanya itu berbeda.
"Hari itu dia cium tangan, doain Ruslan ya ma, biar selamat enggak ada apa-apa, oh mama doain banget," kata Rumiyati saat ditemui wartawan di rumah duka, Selasa (19/7/2022).
Setelahnya Ruslan pun berangkat kerja. Rumiyati tak menyangka obrolannya dengan sang anak pagi itu, menjadi pertemuan terakhir mereka.
Malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, Ruslan tak kunjung pulang. Bagi Rumiyati hal itu tak biasa. Hingga tengah malam kabar keberadaan sang anak belum diketahuinya. Ketika perasaannya sudah tidak enak.
"Hati udah enggak enak banget, keluar air mata saja. 'Ya Allah anak gue jangan kenapa-kenapa,' Gitu aja dalam hati," ujarnya.
Kabar duka itu pun tiba pada Selasa (19/7) pagi tadi. Anak pertamanya, Ruslan telah tiada. Kabar itu diperolehnya dari anaknya yang lain.
Kekinian Ruslan akan dimakam Selasa (19/7) malam ini, setelah sebelumnya sempat disemayamkan di kediamannya.
*Kronologi Kecelakaan, Terjadi Saat Jalanan Macet*
Kecelakaan yang terjadi melibatkan satu truk tangki pertamina, dua minibus dan 11 sepeda motor. Akibatnya 10 orang meninggal dunia.
Menurut seorang saksi mata di lokasi kejadian, Kunto (35), saat peristiwa terjadi, posisi lalu lintas sedang macet. Dikatakannya, saat itu, traffic light dalam kondisi lampu merah.
"Tadinya posisi pas kondisi macet, pas lampu merah juga pas posisi merah" kata Kunto.
Kecelakaan beruntun itu berawal dari truk Pertamina yang alami rem blong dan menabrak minibus Avanza. Setelah itu, mobil Avanza tersebut menabrak pemotor. Selanjutnya, sejumlah motor mulai menyerempet ke sebuah bus Marinir. Bus Marinir kemudian menabrak sebuah angkot.
Dijelaskan Kunto, ia juga sempat menyelamatkan seorang bocah yang terpental karena kecelakaan maut tersebut.
"Anak kecilnya sudah posisi di pinggir jalan, ia terpental" ucapnya.
Kondisi anak kecil itu menurut Kunto mengalami luka di bagian wajah.