Kasus Covid-19 subvarian omicron BA.2.75 yang baru-baru ini terdeteksi di sejumlah negara dijuluki “centaurus”. Subvarian omicron centaurus ini baru saja terdeteksi di Singapura pada 18 Juli 2022, setelah pasien melakukan perjalanan ke India.
Terbaru, subvarian centaurus juga dikabarkan telah masuk ke Indonesia. Ada tiga kasus centaurus di Tanah Air, di mana dua kasus ditemukan di Jakarta dan satu kasus di Bali.
Lalu, apa itu subvarian Centaurus dan mengapa dinamakan Centaurus? Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Menyadur Washington Post, subvarian centaurus merupakan strain BA.2.75 dari virus corona subvarian omicron. Diketahui, nama centaurus sendiri bukanlah nama resmi yang digunakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Daftar Negara yang Diserang Subvarian Omicron Centaurus Selain Indonesia
Nama centaurus ternyata merupakan nama julukan yang diberikan oleh Xabier Ostale, seorang fanatik lockdown dan kerap aktif di media sosial.
Dalam akun Twitternya, Ostale mengunggah sebuah cuitan yang ia tujukan untuk menamai varian Covid-19 yang baru terdeteksi.
“Aku memberikan nama baru BA.2.75 varian setelah galaxy. Nama barunya adalah strain Centaurus. Terbiasalah, sekarang aku yang memimpin pandemi,” tulis Xabier Ostale dalam Twitternya tersebut.
Julukan centaurus oleh Xabier Ostale ini menarik perhatian para ilmuwan. Sejak diunggah pada 1 Juli 2022 lalu, sebutan Centaurus yang mengacu pada subvarian omicron dilaporkan terus digunakan di sekitar 10 negara.
Tidak hanya di Twitter, nama centaurus juga dipakai oleh media dalam berita-berita utama seputar varian BA.2.75 di seluruh dunia. Bahkan kabarnya, pencarian Google terkait dengan istilah centaurus juga melonjak.
Baca Juga: Serba-serbi Omicron BA.2.75 atau Centaurus: dari Gejala hingga Penularan
Julukan centaurus tersebut ternyata mendapatkan perhatian publik. Penggunaan julukan yang diambil dari galaksi tersebut juga diambil dari nama bapak centaur dalam mitologi Yunani.
Penjulukan varian Covid-19 yang dilakukan oleh Ostale telah menyalakan kembali perdebatan tentang cara terbaik untuk menemai varian virus corona dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi persepsi publik.
Beberapa pihak menyebut nama tersebut cukup kreatif, sehingga dinilai bisa mudah diingat oleh seseorang. Hal tersebut disebut-sebut bisa membantu masyarakat bisa memberikan perhatian yang lebih pada varian Covid-19 yang baru.
Sebagai varian dengan nama yang kurang mudah diingat yaitu BA.4 dan BA.5, memicu infeksi di Amerika Serikat dan Eropa. WHO sendiri tidak memberikan nama BA.2.75 atau menyebutnya Centaurus.
Namun, ada beberapa pihak yang tidak terima penamaan varian Covid-19 baru tersebut diambil acak dari unggahan Twitter seseorang.
Saat ini, WHO tengah melacak BA.2.75 tetapi belum menganggapnya sebagai “varian yang mengkhawatirkan” dan mengatakan masih dini untuk menentukan kemampuan varian itu untuk menghindari kekebalan tubuh atau tingkat keparahannya.
Sementara itu, terkait dengan centaurus, masih belum jelas apakah varian virus itu bisa menyebabkan penyakit yang lebih serius dibandingan varian omicron yang lain.
Meskipun demikian, para ilmuwan menilai ada kemungkinan virus bisa mengatasi kekebalan vaksin yang terbentuk sebelumnya.
WHO sendiri telah berusaha memperingatkan kepada masyarakat bahwa pandemi ini masih ada dan belum berakhir, dengan munculnya berbagai subvarian omicron terbaru sehingga meningkatkan infeksi di seluruh dunia.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa