Suara.com - Para pendatang yang kini menetap di Australia biasanya mengalami sejumlah hambatan dalam mencari pekerjaan, seperti yang dialami oleh Myint Shwe Meh, pengungsi asal Myanmar.
Meh kini tinggal di Bendigo, kota pedalaman di negara bagian Victoria, sejak sekitar 10 tahun lalu setelah sebelumnya menetap di Melbourne.
Pria berusia 36 tahun itu bekerja di salah satu komunitas namun mengaku ingin mencari pekerjaan lain yang berbeda.
Tapi Meh mengalami hambatan yang harus dia atasi untuk mencari pekerjaan baru. Kemampuan berbahasa Inggrisnya terbatas karena ia baru mempelajarinya setelah berada di Australia.
Baca Juga: Terlalu Sering Pakai Gawai, Warga yang Alami Gangguan Mata di Australia Meningkat
"Saya sulit menemukan pekerjaan karena Bahasa Inggris saya tidak terlalu bagus," ucapnya.
Namun, hal ini berubah setelah Meh ikut dalam dalam kegiatan GROW Bendigo, sebuah program yang membantu mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi para pendatang saat mencari pekerjaan.
"Ini adalah singkatan dari Growing Regional Opportunities for Work," kata manajer program Petra McLoughlin kepada ABC News.
GROW dilaksanakan sejak tahun 2019 oleh Be.Bendigo, semacam kamar dagang di kota itu.
Menurut McLoughlin, GROW Bendigo telah menyalurkan lebih dari 100 peserta yang berhasil mendapatkan pekerjaan hingga saat ini. Meh adalah salah satunya.
Baca Juga: Banyak Warga Australia Sakit Mata Karena Sering Menatap Layar Gawai
"Mereka membantu saya mendapatkan pekerjaan, membantu saya menyiapkan berbagai dokumen, semuanya," ucap Meh.
Program ini didanai oleh pemerintah negara bagian hingga bulan Juni 2023.
"Kami bekerja sama dengan kalangan bisnis dan lembaga penyalur tenaga kerja untuk mencari cara mengubah proses perekrutan yang bisa memberikan peluang bagi masyarakat lokal yang memiliki hambatan untuk bekerja," kata McLoughlin.
Program GROW, katanya, kemudian menjembatani antara pengusaha dan penyalur tenaga kerja yang memiliki pekerja dengan berbagai hambatan untuk bekerja.
Menciptakan peluang
Kolaborasi program ini dengan layanan multikultural setempat, Loddon Campaspe Multicultural Services, dan perusahaan cleaning Spotless telah berhasil penyerap 27 pekerja dari kalangan pendatang di Bendigo.
Spotless mempekerjakan lebih dari 500 orang di kota itu, memberikan layanan non-medis ke rumah sakit.
McLoughlin menyebut saat ini banyak migran dan pengungsi di Bendigo yang ingin mencari pekerjaan.
"Spotless secara tradisional melakukan proses rekrutmen perusahaan melalui jasa iklan, lalu memanggil calon yang memenuhi syarat untuk wawancara.
Layanan multikultural kemudian melatih dan membantu penerimaan pelamar dari beragam latar belakang budaya dan bahasa.
"Kami memberi mereka gambaran nyata seperti apa bekerja di rumah sakit, seperti apa bekerja untuk Spotless," kata McLoughlin.
Dia menyebut perubahan besar yang terjadi dalam proses ini yaitu Spotless melakukan wawancara kelompok.
"Wawancara satu-satu adalah pengalaman yang cukup intensif jika seseorang tidak terbiasa dan tidak berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa ibu," katanya.
Mencari pekerja
Program GROW tidak hanya membantu Meh dalam proses rekrutmen untuk pekerjaannya, tetapi juga menghubungkannya dengan pemberi kerja.
"Saya belum pernah mendengar tentang Spotless sebelumnya," ujar Meh.
Manajer program Layanan Multikultural, Sylvia Phan, menyebut pemberi kerja di Bendigo umumnya murah hati memberikan peluang kerja bagi pelamar dengan latar belakang budaya dan bahasa berbeda.
"Di atas kertas, para pencari kerja ini mungkin tak terlihat memiliki semua syarat yang tepat, tapi jika kita bekerja dengan mereka, kita dapat melihat mereka ini pekerja yang baik," tuturnya.
"Pengusaha mencari pekerja yang bisa diandalkan, mencari yang loyal, dan yang ingin belajar. Pekerja dari komunitas multikultural secara umum memenuhi itu semua," tambah Sylvia Phan.
Program ini telah membantu Meh menemukan pekerjaan yang lebih sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Meh sekarang bekerja sebagai petugas kebersihan di Bendigo Health, dan menikmati perubahan kondisi kerjanya.
"Pekerjaannya berbeda, membuat kita bisa jalan-jalan ke mana-mana. Saya suka pekerjaan ini," ucapnya.
Istri dan ketiga anaknya, katanya, sama senangnya dengan pekerjaan baru Meh.
Tumbuh inklusi
Menurut Sylvia Phan, para pengusaha perlu mempekerjakan orang dari latar belakang budaya yang sama pada waktu yang sama dan bersama-sama, untuk membantu dalam belajar dan untuk menciptakan lingkungan budaya yang aman.
"Apakah mereka bersedia melakukan hal itu? Jika mereka memiliki kapasitas, saya yakin mereka akan melakukannya," katanya.
Dia juga menyarankan pelatihan kompetensi budaya dan terlibat dengan organisasi seperti Layanan Multikultural.
Dia menyebut pentingnya bagi pengusaha untuk menyediakan lingkungan yang mendukung para pekerjanya.
"Kita berada di pasar tenaga kerja yang begitu ketat saat ini. Kalangan bisnis ingin menemukan pekerja yang akan tetap bersama mereka," katanya.
Untuk itu, kata Phan, pemberi kerja harus menawarkan lingkungan kerja di mana mereka dapat melihat dirinya bekerja untuk waktu yang lama.
Melibatkan pekerja
Sylvia Phan menambahkan, ada sejumlah alasan mengapa program GROW Bendigo berhasil dalam menjembatani Layanan Multikultural dan pihak Spotless.
Dia menyebut pihaknya telah memberikan keterampilan yang diperlukan oleh calon pekerja, serta pihak Spotless yang telah menciptakan lingkungan kerja yang membuat pekerjanya betah.
"Jika ada masalah, pemberi kerja ini akan datang ke kami menyampaikan masalah tentang pekerja yang bersangkutan," katanya.
Layanan Multikultural, katanya, akan menyediakan dukungan dwibahasa untuk menangani permasalahan tersebut.
Menurut Manajer GROW Petra McLoughlin, program ini lebih dari sekadar mendapatkan pekerjaan bagi pendatang di Bendigo.
"Jadi bukan hanya agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan, mendorong perekonomian, tapi juga memungkinkan mereka menyatu dan berbaur dengan masyarakat kita," katanya.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.