Suara.com - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) melaporkan bahwa subvarian baru Covid-19 di Indonesia yakni subvarian Omicron BA.2.75. Subvarian Omicron tersebut juga memiliki nama lain, yakni Centaurus dan disinyalir memiliki karakteristik layaknya varian Omicron.
Berikut penjelasan terkait serba-serbi informasi subvarian virus tersebut yang kini dilaporkan memasuki wilayah Indonesia.
Berasal dari India, tingkat penularan cepat
Subvarian Omicron BA.2.75 disebut berasal dari India dan kini telah menyebar ke beberapa negara lainnya. Adapun subvarian tersebut dinilai memiliki tingkat penularan yang relatif cepat berdasarkan pengamatan persebaran virus tersebut di beberapa negara.
Baca Juga: Mulai Menular di Indonesia, Kemenkes Belum Bisa Temukan Seberapa Cepat BA.2.75 Menyebar di Indonesia
Gejala mirip Omicron varian lainnya
Muhammad Syahril selaku juru bicara Kementerian Kesehatan mengungkap bahwa gejala subvarian Omicron Centaurus tak jauh berbeda dari yang ditemukan pada subvarian lainnya, yakni Omicron BA.4 dan BA.5.
Berikut daftar gejala yang diamati pada pasien positif Omicron varian lainnya.
- Batuk disertai pilek
- Demam
- Rasa nyeri pada tenggorokan
- Sakit kepala dan pusing
- Rasa mual hingga muntah
- Pada tingkat infeksi paling parah, pasien mengalami sesak nafas
Tiga kasus ditemukan di Indonesia
Wamenkes melaporkan bahwa kini ada tiga kasus positif Omicron Centaurus di Indonesia.
Baca Juga: Daftar Prokes Agar Sekolah Aman dari Covid-19
"Ada tiga kasus yang kita temukan BA. 2.75. Seminggu yang lalu (temuan) subvarian BA.2.75," ujar Dante Saksono Harbuwono selaku Wamenkes di Kemenko PMK, Jakarta, Senin (18/7/2022).
Ketiga kasus tersebut telah dilaporkan ke GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data), yakni sebuah lembaga penelitian virus termasuk corona SARS-CoV yang berbasis di Jerman.
"Ke GISAID sudah kami laporkan temuan itu tiga kasus," lanjut Dante.
Wamenkes: Tingkat keparahan tidak terlalu besar
Meski tingkat penularan diamati relatif cepat, tingkat keparahan subvarian Omicron Centaurus tidak begitu parah. Tingkat hospitality rate pada subvarian tersebut juga disinyalir rendah.
"Kegawatan tak terlalu besar, hospitality tak terlalu besar dan keparahannya tak terlalu besar," tutur Dante
Wamenkes juga menegaskan bahwa kasus positif varian tersebut yang kini ditemukan di Indonesia merupakan kasus sederhana.
"Semua kasus sederhana. Tak terlalu berat, karena dari beberapa hal yang kita pelajari dari beberapa negara karakternya seperti omicron," tegas Dante.
Masyarakat tidak perlu khawatir
Lantaran gejala yang ditemukan tak jauh berbeda dengan subvarian lainnya dan tingkat keparahan relatif ringan, Wamenkes meminta masyarakat agar tidak panik dengan temuan kasus tersebut.
"Jadi jangan khawatir soal BA 275, karena karakternya hampir sama dengan BA 4, BA.5 dan BA.1, BA.2," pungkas Dante.
Kontributor : Armand Ilham