Kisah Seorang Non-biner

SiswantoBBC Suara.Com
Jum'at, 15 Juli 2022 | 10:15 WIB
Kisah Seorang Non-biner
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepuluh tahun lalu, Katje van Loon menulis blog dan menyerukan dibentuknya Hari Internasional untuk Non-Biner (Non-Binary) - yang jatuh tepat di antara Hari Internasional untuk Perempuan dan untuk Pria.

Dalam wawancara pertamanya, Katje mengatakan kepada wartawan BBC urusan gender dan identitas, Megha Mohan, mengapa hari itu penting dan berhasil ia wujudkan.

Ada meme yang selalu muncul tentang burung yang selalu disebut penguin sepanjang hidupnya.

Pada satu hari, burung itu bertemu dokter yang mengatakan, "Kamu bukan penguin, kamu adalah apa yang disebut angsa."

Baca Juga: Film Lokal Indonesia yang Angkat Tema LGBT

Angsa itu begitu lega karena tiba-tiba semuanya masuk akal.

Saya merasakan momen seperti angsa itu pada 2011, saat saya berusia pertengahan 20an.

Baca juga:

Nenek saya baru saja meninggal dan saya berada di apartemennya mengatur barang-barangnya.

Saya membaca halaman Wikipedia tentang identitas gender. Di sini lah saya pertama membaca soal "non-biner".

Baca Juga: Manfaatkan Aplikasi Kencan, Pelaku Sindikat Penipuan di Senen Target Korban LGBT

Dalam tulisan itu, saya pelajari ada orang yang merasa mereka berada di tengah, di luar definisi perempuan dan pria.

"Inilah saya," pikir saya. "Saya adalah non-biner. Seumur hidup saya seperti ini. Saya tidak punya kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi saya."

Saya mulai menangis. Saya harus memberitahu pacar saya.

Drama adalah pelajaran favorit saya di sekolah menengah. Saya menikmati setiap elemen, termasuk saat harus membereskan properti panggung yang berat di akhir pelajaran.

Saya dijuluki "perempuan paling kuat di pelajaran drama," dan sering diminta mengangkat barang berat bersama teman laki-laki.

Itulah saya, mengangkat barang berat bersama teman pria dan sering disebut berbeda dengan teman-teman perempuan lain. Namun anehnya, saat itu, berbeda dengan yang lain membuat saya bangga, bukannya malu.

Dalam sejumlah hal, saya seperti ibu saya. Orang menyebut ibu saya perempuan "ganteng", yang saya sadari belakangan, julukan ini untuk menghina perempuan yang dianggap kurang begitu feminin.

Ibu saya orang tua tunggal, pengacara dan juga guru. Ia tidak seperti ibu-ibu lain di sekolah. Dia sering memperbaiki berbagai hal di rumah.

Saya seperti ibu saya dalam hal opini soal peranan gender non-tradisional. Namun tidak seperti ibu, jati diri saya berada di luar gender tradisional yang ada.

Tidak hanya saya merasa bukan "cewek banget", atau lebih tinggi dari remaja perempuan pada umumnya, atau memiliki tubuh lebih besar dan kurang feminin.

Saya hanya merasa: label "perempuan" kurang cocok buat saya.

Saat kecil, saya tinggal di luar Kota Vancouver, Kanada, dan kemudian pindah ke Hawaii.

Saya banyak menghabiskan waktu membaca buku fantasi, buku fiksi yang ditulis antara lain oleh Ursula K Le Guin, dengan karakter yang tak punya identitas gender pasti.

Pada usia 12 tahun, saya mulai menulis dan menciptakan planet-planet fiksi sendiri. Lebih dari satu dekade kemudian, versi yang lebih baik dari cerita-cerita itu diterbitkan dalam serangkaian novel fiksi.

Di dalam kerajaan-kerajaan kreatif ini, saya banyak bermain-main dengan peranan gender.

Ada karakter-karakter yang berpindah-pindah karakteristik seksualnya antara laki-laki dengan perempuan. Menulis memberikan saya kebebasan untuk membayangkan realitas yang tidak terlalu kaku.

Sebagai generasi millenial yang lebih tua, saya tumbuh dengan internet. Di ruang-ruang obrolan, saya menemukan berbagai komunitas yang bicara bebas tentang seksualitas dan terbuka sebagai biseksual pada usia 14 tahun.

Secara online, lalu kemudian offline, komunitas LGBT menyambut saya dengan baik ketika saya mulai terbuka dengan seksualitas, dan di sana saya merasa diterima.

Lalu di umur 20-an, saya jatuh cinta dengan pacar saya, Nathan. Sesuatu yang harus saya bayar dengan mahal.

Menurut saya, tidak ada cara lebih cepat untuk dikucilkan dari komunitas LGBT daripada mengaku biseksual, tapi kemudian berpacaran dengan seorang laki-laki.

Orang-orang memandang saya sebagai "straight", seorang yang tidak bisa memahami kesulitan mereka, dan tiba-tiba berbagai diskusi dan acara tidak lagi melibatkan saya.

Ini disebut sebagai fenomena penghapusan-bi, upaya untuk mengabaikan dan menghilangkan identitas biseksual, dan ini benar-benar terjadi.

Tidak ada lagi undangan untuk saya. Grup-grup obrolan dibuat tanpa saya.

Dalam pengalaman saya, orang-orang masih memahami seksualitas dengan cara sama seperti mereka tidak memahami identitas gender.

Baca juga:

Saat saya menemukan lama Wikipedia yang menjelaskan identitas non-biner saya, Nathan adalah orang pertama yang ingin saya beri tahu. Tapi saya sangat takut.

Jadi ketika saya bertemu dengannya hari itu, saya mengatakan kepadanya dengan singkat.

"Saya non-biner."

Jeda.

"Jadi, apa yang berubah?" dia bertanya.

Jeda lagi.

"Saya mungkin akan memakai kata ganti berbeda," jawab saya. "Atau terkadang menggunakan nama berbeda."

Dia kemudian bertanya apakah saya transgender. Apakah saya berpikir untuk berubah secara fisik?

Saya bilang, tidak.

"Ok, saya akan mencoba mengingat untuk menggunakan kata ganti yang kamu mau," kata dia, "tapi saya gampang lupa."

Kami berdua tertawa, merasa lega bahwa ketegangan di antara kami telah berkurang.

Saya menjelaskan kepada Nathan, bagaimana ketika tumbuh, saya merasa dikarakterisasi secara salah sebagai orang "lain", dan sekarang saya menemukan sebuah nama untuk identitas saya, yang dengan cepat membuat saya merasa cocok.

Kami bertunangan tak lama setelah percakapan itu, dan menikah pada 2015.

Selama beberapa tahun saya menggunakan kata ganti berbeda untuk menggantikan "she/her".

Secara pribadi saya suka kata ganti "zie/zir", yang terdengar lembut dan menyenangkan.

Ini adalah kata ganti gender netral yang dipakai orang di dunia maya, yang tidak secara langsung menunjuk gender tertentu.

Selama beberapa waktu, saya menggunakan bentuk tunggal dari kata ganti "they/them".

Tapi setelah saya melihat penggunaannya semakin marak, saya malah jadi tidak suka, dan sekarang saya membencinya.

Sebagai seorang penulis, saya sangat serius soal penggunaan bahasa, dan saya sering membaca tulisan di mana orang menggunakan kata ganti "they/them", yang membuat saya benar-benar bingung apakah mereka mengacu pada satu orang atau sekelompok?

Beberapa penulis membela diri, mengatakan bahwa Shakespeare menggunakan "they/them" secara teratur, dan saya menjawab, "Hanya ada sedikit orang yang menulis sebaik Shakespeare."

Pada akhirnya, kecintaan masa kecil saya terhadap penulisan fantasi telah menjadi karier, juga tempat untuk melahirkan dunia dalam bayangan saya, yang tak terikat norma-norma gender.

Dalam buku saya, Stranger Skies, saya menulis tentang dewi yang jatuh dari surga ke sebuah planet yang tak mengikuti hukum fisika atau biologi.

Dia menemukan bahwa di dunia ini, gender telah ditetapkan, Anda adalah laki-laki atau perempuan, tapi seksualitas dapat diubah.

Seseorang dapat mengubah tubuh fisik mereka melalui upacara semi-religius sederhana.

Ini membuat pasangan gay mampu memiliki anak biologis tanpa intervensi medis.

Saya senang sekali mengeksplorasi konsep-konsep seperti ini dalam tulisan saya.

Kemudian, di tahun yang sama saat saya mengaku non-biner, saya membuat unggahan blog sepanjang 153 kata tentang mengapa seharusnya ada Hari Internasional untuk Non-Biner.

Saya mengusulkan hari itu jatuh di bulan Juli, tepat di tengah-tengah antara Hari Perempuan Internasional pada Maret dan Hari Laki-Laki Internasional

Pada saat itu, blog tersebut mendapat beberapa komentar, tapi tidak dibaca terlalu banyak orang.

Selama beberapa tahun saya lupa akan unggahan blog itu, sampai suatu saat saya melihat bahwa Hari Non-Biner Internasional resmi diperingati pada 14 Juli - di tanggal sama dengan yang saya usulkan dalam unggahan saya.

Hari tersebut diakui oleh Badan HAM Stonewall, situs Parlemen Inggris, bahkan di laman dictionary.com.

Beberapa orang menyebut alasan sama seperti yang ada di blog, tapi hanya laman Wikipedia Non-Binary saja yang menuliskan blog saya sebagai inspirasi.

Ini membuat saya terluka. Sedikit pengakuan akan menyenangkan.

Sekarang, banyak hal telah berubah dalam hidup saya. Saya lebih nyaman dengan diri sendiri. Tak terlalu masalah bagi saya bila orang menyebut saya perempuan atau menggunakan kata ganti "she/her".

Saya dulu sangat mendukung dipakainya kata penanda gender ketiga untuk kartu identitas seperti paspor atau SIM, seperti yang dimiliki di Argentina, Australia, dan India - dan yang tengah diusulkan di Afrika.

Tapi sekarang saya tidak terlalu yakin. Apakah saya menginginkan data orang-orang minoritas gender terkumpul di tempat yang mudah diakses oleh pemerintah? Tentu saja tidak.

Saya tidak percaya dengan birokrasi. Tapi saya juga mengerti mengapa ini penting bagi beberapa orang di negara-negara tertentu, namun tidak buat saya.

Saya juga menghabiskan lebih sedikit waktu untuk online sekarang. Saya tidak merasa nyaman dengan diskusi yang mengemuka di internet, baik dari sisi konservatif maupun liberal.

Mereka sama-sama menunggu hingga lawan mengatakan hal yang salah. Dulu kami menyebutnya sebagai Call Out Culture, tapi sekarang budaya ini berkembang tak terkendali - seperti monster.

Dan ini tidak menguntungkan siapa-siapa, terutama bagi individu-individu rentan yang ingin diakui tapi juga mengetahui bahwa mereka bisa kapan saja disingkirkan bila salah bicara.

Saya bisa menduga apa yang Anda pikirkan sekarang. Jika saya tidak menginginkan kartu identitas baru, dan saya tidak menuntut Anda memakai kata ganti yang saya mau (masih zie/zir), apa intinya menjadi non-biner? Apakah penting untuk punya Hari Non-Biner Internasional?

Jawabannya, iya.

Kita bisa merasa tidak terlihat di dunia yang masih belum memahami sepenuhnya siapa kita. Jadi, menyenangkan rasanya mendapatkan hari yang mengakui keberadaan kami.

Apakah di hari itu kami akan turun ke jalan-jalan dan berkampanye? Tidak. Tapi kami tak keberatan kalau diberi bunga.

Menurut saya, penyebutan sebagai non-biner penting dalam level internal. Penting bagi saya untuk mejelaskan identitas saya dengan kata itu, dan mengetahui jati diri saya membuat saya merasa nyaman dengan diri sendiri.

Saya ingin orang-orang merasa bahagia dengan diri mereka. Dan bila memiliki hari khusus membantu Anda untuk bisa merasa bahagia dengan diri Anda, itu bagus.

Itu adalah hasil terbaik yang saya inginkan dari unggahan blog yang saya tulis 10 tahun lalu.


Anda mungkin tertarik menonton video ini:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI