Bagaimana Hari yang Dramatis dan Bersejarah di Sri Lanka Bergulir?

SiswantoBBC Suara.Com
Kamis, 14 Juli 2022 | 15:20 WIB
Bagaimana Hari yang Dramatis dan Bersejarah di Sri Lanka Bergulir?
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari itu dimulai dengan kepergian yang tiba-tiba dan janji pengunduran diri.

Warga Sri Lanka terbangun dengan kabar bahwa semalam, Presiden Gotabaya Rajapaksa—yang keluarganya telah memerintah Sri Lanka dengan tangan besi selama hampir dua dekade terakhir—melarikan diri dari negara itu setelah berjanji untuk lengser.

Pemerintahannya telah memicu aksi protes besar-besaran, di tengah pemadaman listrik dan kekurangan bahan pokok seperti bahan bakar, makanan dan obat-obatan, yang dialami warga Sri Lanka.

Pusat bisnis dan finansial Galle Face Green di ibu kota Kolombo, salah satu titik utama demonstrasi, dijejali oleh ratusan orang berkeliaran di jalan-jalan dan ramai dengan pidato berapi-api dari warga.

Baca Juga: Singapura Disebut Akan Menjadi Negara Pelarian Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa

Mereka mencela pemerintah dan para pemimpin yang telah membawa negara itu ke dalam krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.

Baca juga:

Salah seorang pengunjuk rasa, GP Nimal, menganggap kepergian Rajapaksa telah mencederai rasa keadilan.

"Kami tidak menyukainya. Kami ingin dia tetap di sini. Kami ingin uang kami kembali! Dan kami ingin memenjarakan semua keluarga Rajapaksa di penjara terbuka di mana mereka harus melakukan kerja paksa bertani," katanya.

Seiring berjalannya waktu, kerumunan orang semakin banyak di Galle Face Green, yang membuat suasana kian meriah.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Stabil, Tak Akan Berakhir Seperti Sri Lanka

Tapi tiba-tiba, suasana berubah. Tersiar kabar bahwa sesuatu sedang terjadi di kantor perdana menteri yang berlokasi di Flower Road.

Kerusuhan terjadi ketika Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe ditunjuk sebagai penjabat presiden oleh Rajapaksa yang melarikan diri.

Dia mengumumkan keadaan darurat dan jam malam di wilayah barat yang mencakup ibu kota.

Wickremesinghe juga menghadapi kemarahan rakyat atas perannya dalam menangani krisis, dan para pengunjuk rasa juga menyerukan agar dia mengundurkan diri.

Ribuan orang mulai berbondong-bondong menuju kompleks perdana menteri.

Di atas kepala mereka, sebuah helikopter militer terbang rendah, memicu lolongan kemarahan dan jari tengah dari kerumunan.

Pengunjuk rasa yang marah berupaya merangsek masuk ke halaman kompleks, sementara barisan tentara dan polisi anti huru hara berjajar menghadang mereka di dalam.

Kadang-kadang, gas air mata ditembakkan ke kerumunan, tetapi itu tidak menghalangi para pengunjuk rasa.

Para pengunjuk rasa memanjat gerbang dan mulai mengayunkannya ke depan dan ke belakang untuk melepaskan engselnya.

Dentuman logam gerbang bergema di jalan dengan sorak-sorai pengunjuk rasa, yang kian lantang ketika pengunjuk rasa berhasil merobohkan gerbang. Mereka akhirnya berhadapan langsung dengan barisan tentara dan polisi.

Tiba-tiba massa dilempari dengan tembakan gas air mata dari dalam kompleks. Jalan itu diselimuti asap.

Para pengunjuk rasa berteriak dan mulai mengambil tabung dengan tangan kosong dan melemparkannya kembali ke dalam kompleks.

Gas air mata terus ditembakkan selama beberapa jam berikutnya, dan kian intens dari sebelumnya.

Tentara tiba di salah satu ujung jalan dan mulai menembakkan tabung gas air mata mereka tinggi-tinggi di atas kerumunan.

Asap melesat melintasi langit biru, saat tabung berubah menjadi proyektil berbahaya. Seorang pria jatuh ke tanah, memegangi bahunya setelah terkena serpihan yang beterbangan.

'Terus bergerak'

Kabut dari gas air mata membuat kerumunan tersedak dan terpaksa mundur. Tapi kemudian mereka tetap kembali melangkah maju.

"Apa pun yang terjadi, kami akan terus bergerak maju," teriak mereka dalam bahasa Sinhala.

Seruan lain merujuk pada gas air mata: "Mereka memisahkan kita, tetapi terus bergerak maju."

Warga dari kompleks sekitar membantu dengan menyemprot air ke pengunjuk rasa. Truk-truk melintas dengan orang-orang melemparkan botol air ke kerumunan.

Baca juga:

Para pengunjuk rasa saling mencuci muka, membagikan air, dan bahkan menawarkan botol kepada tentara yang berjaga di tembok.

Di gerbang, pengunjuk rasa masih mencoba menerobos. Kemudian - sebuah terobosan terjadi. Tembok para prajurit ditembus atau ditarik mundur.

Pengunjuk rasa mengalir masuk, meneriakkan "Aragalaya" (Perjuangan), nama gerakan aksi protes organik mereka.

Pada saat itu, kemarahan mereka mencair, berubah menjadi kegembiraan dan ketidakpercayaan.

Sambil berteriak dan bersorak, para pengunjuk rasa yang gembira menyerbu halaman kantor perdana menteri, memenuhi gedung putih yang megah.

Para pengunjuk rasa keluar dari setiap jendela dan naik ke balkon yang terletak di lantai dua.

Di atas tanda "Kantor Perdana Menteri", mereka mengangkat tinggi-tinggi bendera Sri Lanka dan menyalakan suar, meneriakkan "Ranil gila, Gota gila", dengan gembira.

Di dalam gedung, ruang pertemuan yang dindingnya memuat gambar berbagai pejabat internasional yang pernah berkunjung, termasuk Ratu dan Pangeran Charles dari Inggris, dipenuhi dengan pengunjuk rasa bernyanyi yang memanjat ke meja dan kursi.

Di bawah cahaya hangat dari lampu gantung kaca besar, mereka bernyanyi: "Itulah yang kami katakan, jangan main-main dengan kami."

Tepat di luar pintu, sekelompok tentara bersenjata menyaksikan dengan tenang, ketika orang-orang di sekitar mereka bersantai di sofa dan mengambil swafoto.

'Masih berjuang'

Ketika ratusan orang mencoba masuk, pengunjuk rasa mulai mengatur pengendalian massa mereka sendiri, menahan orang-orang di pintu.

Kelompok-kelompok pengunjuk rasa dibawa masuk secara berkala, agar mereka bisa mengambil gambar dari dalam kantor perdana menteri.

Di halaman luar, orang-orang berbaring di rumput dan menginjak-injak petak bunga. Seseorang mengeluarkan drum dan menggebuknya sesuai ritme, sedangkan yang lain menari di sekitar mereka.

"Saya merasa luar biasa hari ini," kata pengunjuk rasa Nixon Chandranathan sambil mengamati kerumunan.

"Tetapi kami masih berjuang, masih berjuang. Tujuan kami adalah agar Gota pulang. Dan Ranil serta anggota kabinet lainnya pulang. Kami membutuhkan pemimpin yang jujur untuk membangun Sri Lanka sekarang."

Setelah berbulan-bulan putus asa, kekurangan makanan dan bahan bakar, serta penderitaan ekonomi yang menyiksa, mengambil alih kantor perdana menteri adalah kemenangan langka yang benar-benar dapat mereka nikmati.

Warga Sri Lanka telah menang, setidaknya untuk sementara waktu. Tapi itu juga saat yang berbahaya bagi Sri Lanka, dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.


Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka

  • Sri Lanka adalah negara pulau di sebelah selatan India: Mendeklarasikan kemerdekaan dari Inggris pada 1948. Tiga kelompok etnis - Sinhala, Tamil, dan Muslim - membentuk 99% dari 22 juta populasi negara.
  • Kakak-beradik dalam satu keluarga mendominasi selama bertahun-tahun: Mahinda Rajapaksa menjadi pahlawan bagi kelompok mayoritas Sinhala pada 2009 ketika pemerintahannya menekuk separatis Tamil yang memberontak setelah perang sipil yang berdarah dan pahit selama bertahun-tahun. Adiknya, Gotabaya, yang saat itu menjabat sebagai menteri pertahanan, kemudian diangkat sebagai presiden.
  • Kekuasaan presiden: Presiden adalah kepala negara, pemerintah, dan militer Sri Lanka, namun banyak berbagi tanggung jawab eksekutif dengan perdana menteri, yang mengepalai partai berkuasa di parlemen.
  • Krisis ekonomi telah menyebabkan protes dan kekerasan di jalanan: Inflasi yang melambung tinggi berarti harga bahan-bahan pokok, obat-obatan, dan BBM semakin mahal dan langka. Pemadaman listrik bergilir dilakukan setiap hari, mendorong warga sipil yang marah turun ke jalan, menyalahkan keluarga Rajapaksa dan pemerintahannya atas keadaan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI