Suara.com - Membahas tentang 1 Suro selalu tidak lepas dari mitos ataupun larangan yang dipercaya kelompok masyarakat tertentu. Ada beberapa mitos 1 Suro yang paling dikenal oleh publik.
Salah satu mitos 1 Suro itu adalah tentang larangan menggelar pernikahan. Meskipun ini mitos, namun nyatanya banyak orang yang memilih untuk tidak mengabaikan.
Selain itu, ada beberapa mitos 1 Suro lainnya yang perlu anda ketahui.
1. Larangan Keluar Rumah
Baca Juga: Apa Itu Malam 1 Suro? Ini Sejarah hingga Mitos Tahun Baru Jawa
Dalam kepercayaan adat Jawa salah satu pantangan yang harus dilakukan saat malam 1 Suro adalah untuk tetap di rumah atau tidak boleh keluar rumah. Karena saat pergantian malam yang terjadi dalam kepercayaan Jawa dipercaya bahwa banyak sekali makhluk-makhluk gaib yang berkeliaran di bumi.
Oleh karena itu masyarakat Jawa percaya salah satu cara untuk menghindari hal yang tidak diinginkan adalah dengan cara tetap berada di dalam rumah selama malam 1 Suro.
2. Larangan Menggelar Pernikahan
Mitos yang kedua adalah dilarang untuk melakukan pernikahan pada malam 1 Suro. Meskipun hal ini masih dianggap mitos belaka namun tidak sedikit orang yang mempercayai hal ini.
Konon katanya ketika menggelar pernikahan pada malam 1 Suro konon akan tertimpa sial.
Baca Juga: Mengintip Tradisi Sekaten di Keraton Solo dan Yogyakarta
3. Larangan Melakukan Pindah Rumah
Masyarakat Jawa juga mempercayai melakukan pindah rumah ketika malam 1 Suro adalah hal yang pamali untuk dilakukan.
Umumnya untuk melakukan hal-hal tertentu akan melihat pertimbangan berdasarkan kalender primbon.
Meskipun 1 Suro identik dengan mitos, larangan hingga hal-hal berbau mistis, sejarah mengatakan bahwa tradisi dan ritual yang dilakukan saat momen itu tidak lepas dari pengaruh Islam.
Misalnya, soal penamaan 1 Suro itu sendiri. Menurut buku berjudul Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010) karya Muhammad Solikhin, kata “Suro” sendiri berasal dari bahasa Arab “Asyura” yang artinya sepuluh.
Padahal dalam penanggalan Islam, Asyura adalah hari ke sepuluh pada bulan Muharram. 1 Suro merupakan sebuah proses penggabungan agama Islam dengan adat budaya Jawa semasa Kerajaan Mataram oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma.
Masyarakat Jawa mempercayai bahwa ada beberapa pantangan dan mitos malam 1 Suro. Menurut Muhammad Solikhin, penyebab bulan Suro di masyarakat Jawa dianggap sakral dan mistis karena pengaruh budaya kraton.
Kraton sering mengadakan upacara dan ritual penting saat peringatan Malam 1 Suro. Tradisi itu pada akhirnya diwariskan ke masyarakat dan generasi berikutnya.
Padahal, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi 1 Suro dari masyarakat Jawa maupun bulan Muharram dalam Islam ini memiliki kesamaan, yaitu mengucapkan rasa syukur, mendekatkan diri kepada pencipta dan mengingat leluhur dan orang yang dituakan.