Suara.com - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa kerap menuai kontroversi publik sepanjang karier politiknya. Bahkan baru-baru ini, ia disebut kabur dari negaranya. Alih-alih turut bersama rakyatnya di tengah krisis, presiden Rajapaksa kabur ke Maldives bersama istrinya.
Kini, tinggal sosok PM Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe seorang diri yang meredam krisis ekonomi dan protes publik di negaranya.
Lantas, seperti apa rekam jejak kontroversial Presiden Sri Lanka yang kini tengah menjabat? Berikut deretan kontroversi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.
1. Keluarganya dinilai memonopoli pemerintahan dengan dinasti Rajapaksa
Baca Juga: Sri Lanka Gagal Bayar Utang, Pengamat: Harus Jadi Pelajaran bagi Indonesia
Meski Sri Lanka kini merupakan republik demokratis, keluarga Rajapaksa menjadi aktor utama yang menguasai lini pemerintahan selama bertahun-tahun.
Gotabaya yang kini menjabat sebagai presiden Sri Lanka merupakan anggota keluarga Rajapaksa yang mendirikan politik dinasti di negara tersebut.
Sebelum Gotabaya menjabat sebagai presiden, ia merupakan Menteri Pertahanan dan Pembangunan Kota Sri Lanka saat kakak kandungnya, Mahinda Rajapaksa menjabat sebagai presiden selama sepuluh tahun.
Ayahnya, D.A Rajapaksa juga memiliki jabatan prestisius di masa lalu yakni wakil juru bicara Menteri Pertanian Sri Lanka di masa pemerintahan Wijeyananda Dahanayake.
Selain Mahinda, saudara kandung Gotabaya yakni Basil Rajapaksa dan Chamal Rajapaksa merupakan anggota parlemen Sri Lanka.
Baca Juga: Pengamat: 3 Langkah Ekonomi Ini Bisa Selamatkan Indonesia Dari Krisis Sri Lanka
2. Mencanangkan kebijakan kontroversial
Rakyat Sri Lanka menilai bahwa krisis yang menimpa negara mereka berangsur-angsur terjadi lantaran pemerintahan 'dinasti' Rajapaksa.
Beberapa kebijakan kontroversial yang diterapkan oleh Mahinda dan Gotabaya semasa menjadi presiden dinilai merugikan rakyat. Beberapa di antaranya, yakni pelarangan penggunaan pupuk kimia yang menurunkan hasil pertanian.
Padahal, kala itu rakyat sedang berimbas pandemi dan tidak bisa mengandalkan sektor pariwisata, sehingga mata pencaharian utama rakyat beralih ke pertanian. Pemerintah akhirnya menunda kebijakan tersebut.
Tidak berhenti di situ, cadangan devisa negara menyusut pada masa pemerintahan 'dinasti' Rajapaksa. Sehingga, impor bahan bakar, makanan, serta obat-obatan terbatas.
Pembatasan tersebut membuat krisis kelangkaan bahan bakar di Sri Lanka.
3. Kabur ke Maldives di tengah krisis ekonomi
Sri Lanka kini dinyatakan bangkrut dan berada di tengah krisis ekonomi. Kini, rakyat Sri Lanka berbondong-bondong protes membentuk massa aksi hingga menyerbu kediaman PM dan presiden Sri Lanka.
Gotabaya yang memiliki tanggung jawab sebagai seorang presiden tidak tampak menemui rakyatnya yang sedang berprotes. Pasalnya, Gotabaya diketahui kabur ke Maldives bersama istri dan dua pengawalnya menggunakan pesawat miliki Angkatan Udara Sri Lanka.
4. Rakyat tuntut Gotabaya untuk 'turun tahta'
Lantaran dinilai tidak kompeten membendung krisis ekonomi, rakyat Sri Lanka menuntut Gotabaya untuk mengundurkan diri.
Rakyat Sri Lanka menyerbu gedung-gedung pemerintahan, terutama rumah mewah sang presiden pada Sabtu (9/7/2022) lalu guna menuntut agar Gotabaya turun dari jabatannya.
Mengutip laman berita Reuters, hingga kini Gotabaya tak kunjung menyerahkan surat pengunduran diri ke parlemen meski tengah melarikan diri di tengah tanggung jawabnya membendung pandemi dan rakyat yang sedang berprotes.
Kontributor : Armand Ilham