Temuan BBC Mengenai Operasi Pasukan Khusus Inggris SAS di Afganistan

SiswantoBBC Suara.Com
Rabu, 13 Juli 2022 | 16:52 WIB
Temuan BBC Mengenai Operasi Pasukan Khusus Inggris SAS di Afganistan
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Operasi pasukan khusus Inggris SAS di Afghanistan berulang kali membunuh tahanan dan orang-orang tak bersenjata dalam keadaan mencurigakan, menurut investigasi BBC.

Sejumlah laporan militer yang baru-baru ini diperoleh BBC mengindikasikan sebuah unit pasukan khusus Inggris telah melakukan pembunuhan di luar hukum atas 54 orang dalam kurun waktu patroli enam bulan.

BBC juga menemukan bukti-bukti yang menunjukkan mantan kepala pasukan khusus tersebut gagal menyediakan bukti yang cukup untuk melakukan penyelidikan pembunuhan.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan mereka "mengabdi dengan keberanian dan profesionalitas di Afghanistan".

Baca Juga: Para Perempuan Jadi Korban Gempa Afganistan Lebih Menderita

Menurut pemahaman BBC, Jenderal Sri Mark Carleton-Smith, mantan komandan pasukan khusus Inggris, diberitahu soal tuduhan pembunuhan di luar hukum namun tidak memberikan bukti itu kepada polisi militer, bahkan setelah polisi militer memulai penyelidikan tentang pasukan SAS.

Jenderal Carleton-Smith, yang menjadi kepala staf Angkatan Darat Inggris sebelum mundur bulan lalu, menolak berkomentar atas temuan ini.

BBC Panorama menganalisis ratusan halaman operasi SAS, termasuk laporan menyangkut lebih dari satu lusin penyerbuan "bunuh atau tangkap" yang dilakukan oleh salah atu unit SAS di Helmand pada 2010 hingga 2011.

Baca juga:

Invididu yang terlibat dalam tim SAS itu mengatakan kepada BBC, mereka menyaksikan personel SAS membunuh orang tak bersenjata selama penyerbuan malam hari.

Mereka juga mengatakan mereka melihat para tentara menggunakan apa yang disebut "jatuhkan senjata" dengan meletakkan senjata AK-47 di tempat kejadian untuk menjustifikasi pembunuhan orang tak bersenjata.

Baca Juga: Afganistan Dilanda Gempa, 1000 Orang Tewas

Beberapa orang yang pernah bertugas di pasukan khusus mengatakan pasukan SAS saling bersaing untuk membunuh orang terbanyak dan pasukan yang diselidiki BBC mencoba untuk meningkatkan jumlah korban lebih banyak dibanding pasukan yang mereka gantikan.

Surat elektronik internal menunjukkan para perwira tinggi pasukan khusus menyadari kekhawatiran terjadinya pembunuhan di luar hukum namun tidak melaporkan kecurigaan itu kepada polisi militer walaupun mereka wajib membuat laporan.

Kementerian Pertahanan mengatakan tidak bisa berkomentar terkait tuduhan spesifik itu. Mereka juga mengatakan "menolak menjawab tak bisa dianggap sebagai menerima tuduhan".

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan pasukan Inggris "bertugas dengan keberanian dan profesionalitas" di Afghanistan dan memegang "standar tertinggi".

Pola pembunuhan yang dicurigai

Pada 2019, BBC dan koran Minggu, Sunday Times, menyelidiki satu serangan SAS yang berujung pada pengadilan dan perintah kepada menteri pertahanan Inggris untuk mengungkap dokumen pemerintah terkait penanganan kasus itu.

Dalam penyelidikan terakhir ini, BBC menganalisis laporan operasi terbaru yang merinci penyerbuan malam hari yang dilakukan SAS. Kami menemukan pola serupa dengan pria Afghanistan yang ditembak mati karena mereka menarik AK-47 atau granat tangan dari balik tirai atau perabotan setelah ditahan.

  • Pada 29 November 2010, pasukan membunuh seorang pria yang ditahan dan dibawa ke gedung, di mana dia "berupaya melawan pasukan dengan granat."
  • Pada 15 Januari 2011, pasukan membunuh seorang pria yang ditahan dan di bawa ke satu gedung, di mana ia "mengambil granat tangan dari bawah kasur dan berupaya melemparnya."
  • Pada 7 Februari, pasukan menewaskan seorang tahanan yang mereka ketakan mencoba melawan patroli dengan senjata". Alasan yang sama juga diberikan terkait penembakan tahanan pada tanggal 9 Februari dan 13 Februari.
  • Pada 16 Februari, pasukan menewaskan dua tahanan setelah salah seorang menarik granat "dari balik gorden" dan yang lainnya "mengambil AK-47 dari bawah meja."
  • Pada 1 April, pasukan menewaskan dua tahanan yang dibawa kembali ke dalam satu gedung setelah "mengambil AK-47" dan yang lainnya mencoba "melempar granat."

Jumlah total kematian selama pasukan khusus beroperasi selama enam bulan berjumlah tiga kali lipat. Tidak ada yang luka-luka dari pasukan SAS itu yang dilaporkan selama penyerbuan, dan laporannya diteliti BBC.

Seorang perwira tinggi yang bekerja di markas pasukan khusus Inggris mengatakan kepada BBC "ada keprihatinan mendalam" terkait laporan pasukan itu.

"Terlalu banyak orang yang dibunuh dalam penyerbuan malam dan penjelasannya tidak masuk akal," katanya.

"Begitu ada yang ditahan, mereka seharusnya tidak berakhir meninggal. Karena itu terjadi berulang kali, kejadian itu menimbulkan keprihatinan di markas besar. Saat itu, jelas, ada pihak yang merasa ada yang salah."

Email internal saat itu menunjukkan para perwira tidak percaya akan laporan tersebut dan menggambarkannya "luar biasa" dan menyebut pasukan khusus itu melakukan "pembantaian terbaru".

Seorang perwira mengirim email dan mengatakan "ini pasti adalah yang ke-10 dalam dua minggu terakhir" pasukan itu membawa "tahanan ke dalam gedung dan muncul dengan senjata AK".

"Saat mereka kembali ke gedung berbeda dengan tahanan lain untuk membuka gorden, ia mengambil granat dari balik gorden dan melemparnya ke arah SAS. Untungnya granat tak meledak ... hal ini terjadi yang ke delapan kali. Tak bisa dipahami!"

Di tengah meningkatnya kekhawatiran, salah satu pejabat tinggi pasukan khusus mengirim memo berisi peringatan bahwa ada "kebijakan yang disengaja" pembunuhan di luar hukum dalam operasi itu".

Para pejabat tinggi sangat khawatir bahwa laporan kajian itu adalah taktik pasukan.

Namun ketika seorang perwira pasukan khusus dikerahkan ke Afghanistan untuk mewawancarai personel dari pasukan tersebut, perwira itu menerima laporan begitu saja.

Menurut pengamatan BBC, perwira itu tidak mengunjungi lokasi penyerbuan mana pun atau mewawancarai para saksi di luar militer. Dokumen pengadilan menunjukkan laporan akhir ditandatangani oleh perwira SAS yang bertanggung jawab atau dugaan pembunuhan itu.

Tak ada satu pun bukti yang diajukan ke polisi militer.

BBC menemukan bahwa pernyataan berisi keprihatinan justru diletakkan dalam dokumen rahasia dengan judul "Informasi anekdotal tentang pembunuhan di luar proses hukum", hanya dapat diakses oleh segelintir perwira senior SAS.

Pasukan SAS yang sama diizinkan kembali dikerahkan ke Afghanistan pada 2012 untuk tugas selama enam bulan lagi.

Ketika polisi militer meluncurkan penyelidikan pembunuhan pada 2013 terkait salah satu serangan yang dilakukan selama pasukan SAS bertugas, Direktur Pasukan Khusus Carleton-Smith tidak mengungkap kepada polisi militer terkait pembunuhan di luar hukum atau apakah ada kajian terkait yangn dilakukan pasukan.

Kolonel Oliver Lee, yang pernah menjabat sebagai komandan di korps marinir Inggris, kepada BBC mengatakan dugaan kesalahan yang diungkap BBC "sungguh sangat mengejutkan".

Ia mengatakan kegagalan dari para perwira tinggi SAS untuk mengungkap bukti "tidak bisa diterima".

Bunuh atau tangkap

Investigasi BBC dipusatkan pada operasi enam bulan oleh salah satu pasukan SAS yang tiba di Afghanistan pada November 2010.

Pasukan itu beroperasi sebagian besar di Provinsi Helmand, salah satu wilayah paling berbahaya di Afghanistan, tempat Taliban menyerang dan ledakan bom-bom di jalan sering terjadi. Korban tentara Inggris cukup tinggi.

Tugas pasukan itu adalah melakukan operasi yang disebut DDO atau deliberate detention operations, atau yang dikenal dengan penyerbuan "bunuh atau tangkap", yang ditujukan untuk menahan para komandan Taliban dan merusak jaringan pembuatan bom.

Sejumlah sumber yang terlibat dalam memilih sasaran operasi SAS mengatakan kepada BBC bahwa ada masalah serius dengan intelijen di balik proses seleksi sasaran dan itu berarti warga sipil bisa masuk sebagai sasaran.

Menurut seorang perwakilan Inggris yang hadir dalam merancang sasaran serangan di Helmand pada 2011, "orang-orang intelijen datang dengan daftar orang yang menurut mereka Taliban. Diskusinya singkat. Kemudian daftar itu diajukan ke pasukan khusus dengan perintah "bunuh atau tangkap."

Menurut sumber itu, susunan target terburu-buru dan bahwa tidak bisa diartikan "ayo bunuh mereka semua, namun ada tekanan untuk itu bahwa harus ada keputusan cepat terkait orang-orang itu".

Selama penyerbuan, pasukan SAS menggunakan taktik dengan memanggil keluar semua orang di gedung, menggeledah dan menahan mereka dengan tangan diikat, dan membawa satu orang ke dalam gedung untuk membantu penggeledahan.

Tetapi seorang pejabat tinggi sangat khawatir karena berulangnya keterangan pasukan yang menggambarkan tahanan dibawa masuk ke gedung dan mereka mengambil senjata yang disembunyikan - taktik musuh yang tidak dilaporkan oleh pasukan militer Inggris lain yang beroperasi di Afghanistan.

Selain itu juga ada kekhawatiran bahwa dalam banyak penyerbuan ini, lebih banyak orang yang tewas dibandingkan jumlah senjata yang dilaporkan ditemukan di tempat kejadian. Ini menunjukkan SAS menembak orang yang tak bersenjata dan bahwa pasukan SAS mungkin memalsukan bukti dengan menjatuhkan senjata di lokasi tempat orang-orang ini dibunuh.

Keprihatinan yang sama pernah diangkat di Australia dan temuan yang berujung di pengadilan ini menemukan bahwa "ada cukup bukti" yang menunjukkan pasukan khusus Australia bertanggung jawab atas pembunuhan 39 orang dan menggunakan taktik "jatuhkan senjata" dalam upaya menjustifikasi penembakan itu.

Pada April 2011, keprihatinan semakin tinggi sehingga petinggi SAS menulis kepada direktur SAS dan memperingatkan bahwa ada bukti "pembunuhan secara sengaja setelah mereka ditahan" dan "ada upaya membuat bukti untuk menunjukkan bahwa pembunuhan di luar hukum itu adalah untuk mempertahankan diri".

Dua hari kemudian, wakil kepala staf SAS memperingatkan direktur bahwa SAS kemungkinan melakukan kebijakan "membunuh pejuang pria yang menjadi sasaran walaupun mereka bukan merupakan ancaman".

Bila kecurigaan itu benar, tulis pejabat itu, Pasukan SAS "melakukan tindakan di luar etika dan di luar hukum".

BBC mengunjungi beberapa rumah yang diserbu pasukan SAS pada 2010-2011. Di salah satu rumah, di desa kecil Nad Ali, Helmand, ada rumah, tempat sembilan pria Afghanistan termasuk seorang remaja dibunuh pada pagi hari 7 Februari 2011.

Pasukan SAS tiba dengan helikopter di tengah kegelapan dan mendekati rumah itu dari satu ladang. Menurut keterangan mereka, para pemberontak melepaskan tembakan ke arah mereka, sehingga mereka harus membalas dan menewaskan semua orang di rumah itu.

Hanya tiga AK-47 yang ditemukan, menurut SAS - satu dari paling tidak enam penyerbuan yang dilakukan pasukan itu. Dalam kejadian ini jumlah pasukan musuh yang mereka laporkan lebih sedikit dibandingkan jumlah orang yang ditembak.

Di dalam rumah itu ada lubang bekas tembakan di satu sisi tembok. BBC menunjukkan foto bekas tembakan ke pakar balistik yang mengatakan lubang-lubang berjejer menunjukkan sejumlah tembakan disarahkan dari atas dan tidak menunjukkan adanya saling tembak.

Leigh Neville, pakar senjata yang sering dikontak SAS mengatakan pola bekas tembakan itu menunjukkan "sasaran berada di lantai, duduk atau jongkok di dekat tembok, posisi yang aneh bila disebutkan mereka melepaskan tembakan".

Pola yang sama ditemukan di dua lolasi yang diteliti BBC. Pakar balistik yang mengkaji foto-foto itu mengatakan lubang bekas peluru menunjukkan pola eksekusi dan bukan saling serang.

Seorang penyidik polisi militer yang tak mau disebut namanya memastikan kepada BBC bahwa mereka melihat foto-foto dari tempat kejadian dan bahwa bekas tembakan itu menimbulkan kekhawatiran.

"Anda tahu mengapa kami khawatir," kata penyidik itu. "Bekas peluru di tembok sangat rendah di dekat lantai dan ini bertentangan dengan versi yang disebutkan pasukan khusus."

Pada 2014, polisi militer meluncurkan Operation Northmoor, penyelidikan menyangkut 600 dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan Inggris di Afghanistan, termasuk sejumlah pembunuhan oleh SAS. Namun penyidik polisi militer mengatakan kepada BBC bahwa mereka dihalangi oleh militer Inggris untuk mengumpulkan bukti.

Operasi Northmoor dihentikan pada 2017 dan akhirnya ditutup pada 2019. Kementerian Pertahanan mengatakan tidak ada bukti pidana yang ditemukan. Anggota tim investigasi mengatakan kepada BBC bahwa mereka membantah kesimpulan itu..

Kementerian Pertahanan mengatakan pasukan Inggris memegang standar tertinggi.

"Tidak ada bukti baru yang diajukan namun polisi militer akan mempertimbangkan tuduhan apa pun bila ada bukti baru yang terungkap."

Ikuti Panorama di Twitter

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI