Suara.com - Kelompok milenial dikhawatirkan tidak bisa membeli rumah karena harganya yang terus naik dan mahal. Terutama di kawasan perkotaan.
Sehingga perusahaan konstruksi badan usaha milik negara (BUMN) didorong memperbanyak bangun hunian subsidi.
Hal itu dikatakan Pengamat properti Anton Sitorus.
Proyek properti yang perlu dimaksimalkan di antaranya program sejuta rumah dan sejuta tower.
Baca Juga: Heboh Sepeda Motor Terbang ke Genteng Rumah Warga, Diduga Gegara Bocah Belajar Motor
Pemerintah harus berusaha lebih keras serta koordinasi dalam mendukung program perumahan yang khusus untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah sehingga gagasan yang bertujuan untuk rakyat dapat sesuai target.
"Institusi atau lembaga milik pemerintah seperti BUMN Karya yang bertugas membangun hunian dimaksimalkan agar semua terkoordinasi dan mendukung program perumahan masyarakat," ujar Anton.
Kehadiran BUMN bidang properti di Indonesia juga diharapkan mampu membendung problematika terkait hunian atau tempat tinggal, seperti harga properti yang semakin melonjak namun gaji pekerja yang baru lulus (fresh graduate) masih berada di bawah Rp10 juta. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang sudah sepatutnya dipecahkan dengan serius.
"Betul kalau memang milenial tidak mampu beli rumah, gajinya sendiri kan di bawah Rp10 juta, harus sisihkan gaji sepertiga, belum lagi DP. Nah itu bisa kumpulin dana berapa lama, dan bisa beli di mana?" ucap Anton.
Tingginya kebutuhan hunian, pasokan tak sebanding dengan permintaan dan kemampuan bisa jadi menjadi momok yang akan terus, hal inilah yang diharap menjadi problematika yang sebaiknya diselesaikan secepat mungkin.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mewanti-wanti masyarakat dengan kenaikan suku bunga yang berimbas naiknya harga rumah.
Sebab sebagian besar pembelian dilakukan dengan metode kredit pemilikan rumah (KPR).
Hal ini yang bisa membuat generasi muda semakin sulit membeli rumah sendiri seiring dengan krisis inflasi baik global maupun domestik. (Antara)