Suara.com - Menurut berkas gugatan, Twitter meminta pengadilan Delaware, AS, pada hari Selasa (12/07) untuk memerintahkan orang terkaya di dunia supaya menyelesaikan merger pada harga $54,20 per saham Twitter, sebagaimana telah disepakati sebelumnya.
"Musk tampaknya percaya bahwa dia - tidak seperti setiap pihak lain yang tunduk pada hukum kontrak Delaware - bebas untuk berubah pikiran, menghancurkan perusahaan, mengganggu operasinya, menghancurkan nilai pemegang saham, dan pergi begitu saja," demikian disebutkan dalam gugatan itu.
Gugatan itu diperkirakan bisa menjadi salah satu pertikaian hukum terbesar dalam sejarah Wall Street, melibatkan salah satu pengusaha terbesar dalam kasus yang akan menyoroti bahasa kontrak.
Pada hari Jumat (08/07) pekan lalu, Musk mengatakan bahwa dia mengakhiri kesepakatan karena Twitter melanggar perjanjian soal informasi akun palsu atau spam di platform tersebut, yang menjadi dasar kinerja bisnisnya.
Musk belum menanggapi permintaan wawancara.
Gugatan Twitter itu menuduh Musk memiliki "daftar panjang" pelanggaran perjanjian merger yang "telah mengacaukan Twitter dan bisnisnya."
Saham di platform media sosial itu jatuh ke $34,06 pada hari Selasa dari $50 ketika kesepakatan itu diterima oleh dewan Twitter pada akhir April.
Musk mengatakan dia menghentikan merger karena kurangnya informasi tentang akun spam dan representasi yang tidak akurat yang dia katakan sebagai "peristiwa merugikannya secara material".
Dia juga mengatakan kepergian para eksekutifnya juga menjadi tambahan dari tumpukan kegagalan menjalankan bisnis sehari-hari, seperti yang wajib dilakukan Twitter.
Raksasa media sosial itu menyebut alasan yang dikutip oleh Musk adalah "dalih" yang kurang pantas, dan mengatakan keputusannya untuk pergi lebih berkaitan dengan penurunan pasar saham, terutama untuk saham teknologi.
BERITA TERKAIT
Trump Beli Tesla: Balas Dendam ke Pengunjuk Rasa atau Dukungan ke Elon Musk?
12 Maret 2025 | 08:00 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI