Suara.com - Pulau Messah menjadi kawasan percontohan penerapan energi ramah lingkungan dengan menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS. Pulau Messah merupakan sebuah pulau kecil di sekitar Kawasan Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Ratusan panel surya yang dibangun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT PLN (Persero) menancap kokoh di sebagian sisi pulau yang mencerminkan langkah nyata Pemerintah Indonesia melakukan transisi energi dengan memanfaatkan potensi panas matahari.
PLTS yang menghasilkan energi listrik dengan kapasitas sebesar 530 kiloWatt peak (kWp) telah menerangi sekitar 2.000 warga di Pulau Messah sejak 2019.
Sebelumnya hadirnya PLTS, masyarakat pulau itu mengandalkan penerangan dengan lampu teplok dengan bahan bakar minyak. Warga setempat juga sempat membeli genset listrik untuk digunakan secara komunal.
Baca Juga: Menparekraf Jelaskan Kenaikan Tarif Masuk Kawasan TN Komodo
Penggunaan genset itu menjadi beban tersendiri bagi masyarakat karena harus urunan untuk menanggung biaya operasional sebesar Rp14.000 per kepala keluarga setiap malam.
Di sisi lain, sumber penerangan tersebut tak ramah lingkungan karena menghasilkan asap yang dapat mengganggu kesehatan warga dan lingkungan setempat.
Namun, kehadiran PLTS telah membebaskan masyarakat di Pulau Messah dari penggunaan energi fosil menuju energi hijau dari tenaga surya yang menghasilkan penerangan listrik selama 24 jam.
PLN memberlakukan tarif yang sama untuk semua pelanggan di pulau itu. Masyarakat hanya membutuhkan Rp20.000-Rp50.000 per bulan untuk mengisi token listrik mereka.
Akses terhadap energi listrik yang memadai, telah memacu aktivitas masyarakat di Pulau Messah yang mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.
Baca Juga: Biaya Masuk Kawasan TN Komodo Rp 3,75 Juta Per Orang
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pun tumbuh seperti warung kelontong, kios pulsa dan lainnya hingga anak-anak sekolah juga bisa belajar dengan optimal di malam hari.
Rombongan delegasi Pertemuan Kedua Sherpa G20 ke sana untuk melihat langsung pulau itu.
Mereka menempuh perjalanan laut menggunakan speed boath sekitar 30 menit dari pelabuhan laut di Kota Labuan Bajo.
Sejumlah delegasi seperti dari India, Italia, dan Fiji menginjakkan kaki di Pulau Messah untuk meninjau infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Seorang warga Pulau Messah, Basgun (51) mengaku gembira dengan adanya akses listrik yang memadai dari PLTS yang telah menggerakkan aktivitas perekonomian masyarakat setempat.
Banyak nelayan juga sudah membeli mesin pendingin (freezer) untuk mengawetkan hasil tangkapan dari laut serta warga lainnya juga memproduksi minuman dingin.
"Saya sendiri juga sudah membeli beberapa peralatan listrik untuk mendukung aktivitas rumah tangga," katanya. (Antara)