Cerita Markus Perajin Bambu, Mimpi Indah Jadi Kenyataan: Jualan di Trotoar sampai Ikut Pameran G20

Selasa, 12 Juli 2022 | 16:52 WIB
Cerita Markus Perajin Bambu, Mimpi Indah Jadi Kenyataan: Jualan di Trotoar sampai Ikut Pameran G20
Kisah inspiratif Markus Lina, perajin bambu yang ikuti pameran di G20. [ANTARA/Aloysius Lewokeda]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kisah Markus Lina, pria paruh baya yang merupakan pengrajin bambu begitu inspiratif. Ia menjual karyanya yang biasa ditawarkan di trotoar, hingga kini menembus pameran di G20.

Wajahnya berulang kali tersenyum saat menyambut setiap orang yang menghampiri lapak pameran di Hotel Meruorah, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Lapaknya berisi sejumlah produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Mulai dari kerajinan tangan dari bambu, kopi, dan kain tenun ikat.

Produk lokal yang dipamerkannya itu disambangi tamu dari dari delegasi pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo yang berlangsung selama 9-13 Juli 2022.

Baca Juga: Progres Revitalisasi Taman Mini Indonesia Indah Sudah Capai 70%

Markus pun tak menyangka bisa pengikuti pameran yang dihadiri pejabat tinggi di sejumlah negara. Baginya, keberhasilannya mengikuti pameran di ajang G20 merupakan bentuk mimpi indah yang menjadi kenyataan.

Adapun produk-produk lokal yang dipamerkan adalah karya pelaku UMKM binaan Rumah Kreatif Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Kabupaten Ngada. Pameran dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni makanan, fashion, dan kerajinan tangan.

Tak cuma kain tenun ikat dan kopi, Markus juga menawarkan produk unggulan lain yaitu kerajinan tangan dari bambu yang diolah menjadi berbagai produk. Di antaranya gelas, kalung, gelang, kap lampu, tempat tisu, dan produk cenderamata lain.

Kreativitas mengolah bambu menjadi aneka produk ekonomi kreatif telah mengantarnya bergelut di dunia usaha kecil-menengah hingga ikut serta dalam pameran Sherpa G20.

Namun siapa sangka, perjalanan awal meniti usahanya begitu terjak dan tak seperti membalikkan telapak tangan. Ia pertama kali memperkenalkan produknya ke masyarakat pada 2014.

Baca Juga: Bersama 4 Negara Lain, Indonesia Kucurkan Dana untuk Bantu Negara Berpenghasilan Rendah Atasi Pandemi

Kala itu, ayah tiga anak itu hanya bisa berjualan di trotoar jalanan Kota Bajawa. Nasibnya berubah saat ia memanfaatkan sebuah momentum untuk mengobarkan semangatnya.

Dalam hal ini, Markus  mengikuti pameran tingkat lokal yang diinisiasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemerintah Kabupaten Ngada. Momen itu turut menyita kepala daerah setempat.

Karyanya yang menjadi bentuk kekaguman kala itu adalah produk kap lampu dari bambu. Kepala desa setempat pun langsung memborong sebanyak 150 buah seharga Rp15 juta.

"Dari situ lah semangat luar biasa muncul dalam diri saya untuk mulai berkreasi menciptakan produk-produk dari bambu," kenang Markus.

Angkat potensi

Bambu merupakan salah satu tumbuhan potensial yang banyak ditemukan di lahan perkebunan masyarakat Kabupaten Ngada maupun daerah lain di Pulau Flores.

Di tahun 2018, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menetapkan Kabupaten Ngada sebagai pusat unggulan untuk program 1000 desa bambu, sebagai suatu platform dalam mengembangkan dan memperkuat pemanfaatan bambu di Indonesia melalui industri bambu berbasis masyarakat.

Namun, tumbuhan dengan yang dalam istilah bahasa Latin disebut Bambusoideae itu belum dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan keuntungan ekonomi. Kebanyakan masyarakat setempat memanfaatkan bambu bahan bangunan rumah atau pondok, pagar, maupun kandang ternak.

Berbeda dengan Markus Lina, ia mampu melirik potensi tumbuhan bambu yang bisa dikembangkan menjadi beragam produk yang bernilai jual lebih tinggi dengan sentuhan kreativitas kerajinan tangan.

Baginya, usaha produk dari bambu cukup menjanjikan secara ekonomi karena di daerah setempat belum ada usaha serupa yang dijalankan warga lainnya.

Di sisi lain, pasokan bahan baku sangat mudah diperoleh karena diproduksi sendiri di lahan perkebunan keluarganya di Desa Manubara, Kecamatan Inerie. Bahkan, ketika permintaan produk meningkat bahan baku juga dapat dipasok dengan mudah dari warga lain di desa.

Daya tarik produk berbasis bambu itu sangat tergantung dari seberapa kreatif perajin. Menyadari hal itu, Markus Lina yang sebelumnya belajar mengolah bambu secara otodidak, memutuskan untuk meningkatkan daya kreativitas dengan belajar ke Garut, Jawa Barat.

Selama sebulan di Garut, ia bersama tiga orang warga lain yang bersama-sama dengannya menjalankan usaha hingga saat ini, belajar memproduksi beraneka produk dari bambu.

Usaha bambu yang digeluti melalui UMKM yang dinamakan Koeslin Bamboo Flores kini terus bertumbuh dan telah mempekerjakan sebanyak 7 orang anak muda desa yang tidak berpendidikan formal atau putus sekolah.

Permintaan produk pun berdatangan, salah satunya dari pihak Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT yang memesan sebanyak 100 buah gelas dan selusin tumbler bambu.

Di balik dampak ekonomi yang dinikmati, Markus Lina mengaku puas karena bisa mengangkat salah satu potensi lokal dari Ngada yaitu bambu untuk disuguhkan bagi publik hingga ke tingkat mancanegara.

Dukungan BUMN

Markus Lina tampil menyuguhkan produk di pameran Sherpa G20 berkat dukungan pihak PT PLN (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bekerja sama dengannya mengelola Rumah Kreatif BUMN di Kabupaten Ngada sejak 2020.

Produk bambu dari UMKM Koeslin Bamboo Flores merupakan salah satu dari tiga UMKM yang lolos kurasi produk berdaya saing tinggi dari PLN untuk ikut dalam pameran bersama puluhan UMKM lain di pertemuan kedua G20 di Labuan Bajo.

Dua produk UMKM lain yang lolos kurasi yaitu tenun ikat dari UMKM Indigo Ikat dan UMKM Papataki yang menjual hasil olahan kopi Arabika.

Ketiga UMKM tersebut sudah bekerja sama dengan PLN dalam pengembangan dan pendampingan usaha sejak 2021.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan Sherpa G20 menjadi momentum penting bagi UMKM untuk memperkenalkan produk Indonesia ke pasar internasional.

PLN berupaya membuktikan bawa perusahaan plat merah itu hanya handal dalam memberikan pasokan listrik tapi juga memberikan dukungan bagi masyarakat untuk bisa mandiri dalam ekonomi.

"Jadi ini kesempatan yang istimewa UMKM lokal di NTT apalagi para delegasi Sherpa G20 merupakan pelaku ekonomi dari berbagai negara," katanya.

Markus Lina bersama pelaku UMKM lainnya boleh berbangga karena mendapat kesempatan terbaik memperkenalkan produk kepada para delegasi dari 19 negara anggota G20 yang hadir secara langsung (satu negara hadir virtual yaitu Amerika Serikat), 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional di Labuan Bajo.

Beragam produk lokal yang disuguhkan itu seyogyanya juga membuktikan keragaman kekayaan Nusantara yang patut diperkenalkan untuk menambah daya tarik Indonesia di mata dunia. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI