Suara.com - Uang tunai sebesar 17,85 juta rupee atau sekitar Rp750 juta dalam bentuk uang kertas baru, telah diserahkan oleh warga Sri Lanka ke polisi.
Uang kontan ini ditemukan saat warga menyerbu dan menduduki istana presiden di Kolombo.
Saat ini antrean panjang warga yang ingin melihat langsung istana presiden masih berlangsung di tengah laporan Presiden Gotabaya Rajapaksa diterbangkan ke pangkalan udara dekat bandara internasional Senin (11/07), sehingga memunculkan spekulasi ia akan lari ke luar negeri.
Rajapaksa melarikan diri dari istana presiden dengan pengawalan tentara pada Sabtu (09/07) lalu, tak lama sebelum puluhan ribu orang menyerbu istana.
Baca Juga: 5 Demonstrasi Negara Besar-Besaran, Warga Sri Lanka Renang di Kolam Presiden
Presiden berusia 73 tahun itu berlindung di fasilitas angkatan laut, menurut pejabat tinggi pertahanan kepada AFP sebelum dibawa ke pangkalan udara Katunayake.
Sementara itu para pengunjuk rasa yang masih menduduki istana - dengan antrean yang semakin panjang - menyatakan tidak akan keluar sampai Rajapaksa secara resmi mundur.
Sejumlah warga yang masuk ke istana presiden, termasuk AL Premawardene yang bekerja di taman hiburan anak di Kota Ganeamulla.
Ia mengatakan, "Kami antre panjang untuk bensin, gas dan makanan namun Rajapaksa menjalani hidup berbeda (mewah)."
Warga lain Rashmi Kavindhya mengatakan ia tidak pernah bermimpi bisa masuk ke istana presiden.
Baca Juga: Kolombo Kacau Dilanda Demo Besar, Bagaimana Nasib 340 WNI Di Sri Lanka?
"Coba lihat begitu mewahnya tempat ini," kata Kavindhva yang datang dengan empat anaknya.
"Kami tinggal di desa dan rumah kami kecil. Istana ini milik rakyat dan dibangun dengan uang rakyat," katanya.
Belum jelas kapan mundur
Sebelumnya, Rajapaksa, menyatakan mundur dari jabatannya, pengumuman yang dikeluarkan Juru Bicara Kantor Perdana Menteri, setelah gelombang unjuk rasa pecah di negara tersebut.
Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena, akhir pekan lalu menyebut bahwa Presiden Rajapaksa akan mengundurkan diri pada 13 Juli mendatang.
Namun banyak kelompok pengunjuk rasa skeptis pada informasi tersebut.
Pernyataan serupa Senin ini kembali muncul, kali ini datang dari Kantor Perdana Menteri. Dalam sebuah pernyataan, mereka berkata telah dihubungi Presiden Rajapaksa bahwa dia akan meletakkan jabatan pada 13 Juli.
Saat laporan ini disusun, Rajapaksa belum mengeluarkan pernyataan kepada publik.
Baca juga:
- Presiden Sri Lanka akan mundur, setelah massa bakar rumah PM dan serbu istana - 'mengapa tidak mundur dari awal'
- Sri Lanka gagal bayar utang Rp732 triliun, minta warganya di luar negeri kirim uang, mengapa separah itu?
- Kehidupan penuh kesedihan di Sri Lanka: Makan dengan lauk sambal kelapa, listrik mati berjam-jam, antre berhari-hari untuk beli BBM
Di bawah konstitusi Sri Lanka, pengunduran diri presiden hanya dapat diterima secara formal ketika dia mengirim surat kepada pimpinan parlemen. Ini belum belum terjadi hingga saat ini.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebelumnya juga sempat menyatakan bahwa dia akan mundur dari posisinya.
Di tengah gelombang protes, keberadaan Rajapaksa dirahasiakan. Namun sumber militer mengatakan kepada BBC bahwa dia berada di sebuah kapal milik angkatan laut di perairan Sri Lanka.
Sementara itu, saudara kandung presiden sekaligus mantan perdana menteri, Mahinda Rajapaksa, berada di sebuah pangkalan angkatan laut di negara itu, kata sumber BBC yang sama.
Ribuan warga Sri Lanka turun jalanan ibu kota Kolombo pada Sabtu lalu. Mereka menuntut pengunduran diri Presiden Rajapaksa. Unjuk rasa terkait persoalan ini telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Rajapaksa dituduh gagal mengelola perekonomian Sri Lanka. Akibatnya, kata kelompok demonstran, masyarakat selama beberapa bulan terakhir sulit memenuhi kebutuhan pangan serta tak mampu membeli bahan bakar dan obat-obatan.
Para pengunjuk rasa yang menduduki istana kepresidenan menolak membubarkan diri sampai Presiden Rajapaksa dan Perdana Menteri Wickremesinghe mundur.
"Perjuangan kami belum berakhir," kata pemimpin gerakan protes dari kelompok mahasiswa, Lahiru Weerasekara, seperti dikutip AFP.
"Kami tidak akan menyerah perjuangan ini sampai Presiden Rajapaksa benar-benar pergi," katanya.
Para pemimpin politik Sri Lanka, hari Minggu kemarin, mengadakan pertemuan untuk membahas transisi kekuasaan yang mulus.
Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena, berkata bahwa pemerintahan koalisi lintas partai yang baru harus dibentuk dalam seminggu jika presiden mengundurkan diri.
Abeywardena, yang partainya berkoalisi untuk pemerintahan Rajapaksa, turut menyalahkan sang presiden, salah satunya soal penanganan pandemi Covid-19 yang disebutnya memukul perekonomian Sri Lanka.
"Pandemi Covid menciptakan kekacauan secara ekonomi sehingga kami harus menghabiskan semua uang kami untuk vaksinasi," ujarnya.
Istana kepresidenan diduduki masyarakat
Sehari setelah para pengunjuk rasa besar memaksa masuk ke dalam bangunan dengan pengamanan paling ketat di negara itu, ribuan warga lokal berkerumun untuk melihat kompleks yang luas itu, kata jurnalis BBC di Kolombo, Anbarasan Ethirajan.
Kompleks ini memiliki arstitektur tipe kolonial. Di dalamnya terdapat beberapa beranda, kolam renang, dan halaman rumput yang luas.
Peristiwa dramatis pada Sabtu (09/07) itu memaksa Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang kini mendapat kecaman dari berbagai kalangan di negaranya, melarikan diri.
"Lihatlah kemewahan dan kekayaan tempat ini," kata Rashmi Kavindhya, seorang warga Sri Lanka yang tidak pernah bermimpi dapat menginjakkan kaki di dalam kediaman resmi presiden di Kolombo.
Kavindhya datang bersama empat anaknya ke Istana Presiden Sri Lanka tersebut.
"Kami tinggal di desa dan rumah kami kecil. Istana ini milik rakyat dan dibangun dengan uang rakyat," ujar perempuan itu.
Ribuan laki-laki, perempuan, dan anak-anak berusaha memasuki kompleks. Beberapa pimpinan aksi protes terlihat mengendalikan kerumunan.
Sekelompok polisi dan pasukan khusus hanya berdiri di sudut istana dan menyaksikan proses itu dengan tenang.
Saat berkeliling dari satu kamar ke kamar lain, semua orang mengabadikan momen dengan mengambil swafoto, di depan meja, lukisan kayu jati, dan di area ruang tamu.
Kursi rusak, pecahan kaca dari jendela dan pot yang berserakan di beberapa bagian bangunan menjadi sebuah pengingat atas kekacauan dan kebingungan yang terjadi saat orang banyak memaksa masuk kompleks istana kepresidenan itu.
"Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya untuk melihat istana seperti ini," kata AL Premawardene, pekerja di taman hiburan anak-anak di kota Ganeamulla.
"Kami menunggu dalam antrean panjang untuk minyak tanah, gas, dan makanan, tetapi Rajapaksa menjalani kehidupan yang berbeda," ujarnya.
Para pemimpin protes menyatakan tidak akan meninggalkan kediaman resmi Presiden Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sampai keduanya mengundurkan diri.
Meski potensi bahaya terinjak-injak mengintai kerumunan yang berusaha istana itu, pasukan bersenjata lengkap dan polisi khusus terlihat tidak berusaha mengatur situasi. Pada saat yang sama, para sukarelawan dari gerakan demonstrasi mengendalikan para pengunjung.
Kolam renang di istana itu menarik banyak perhatian. Banyak keluarga berdiri di sekitarnya untuk mengagumi kolam yang penuh dengan air berwarna cokelat.
Orang-orang bertepuk tangan dan berteriak ketika seorang pemuda melompat ke air. Banyak orang sudah berenang di kolam istana ini sejak Sabtu lalu.
"Saya merasa sedih," kata Nirosha Sudarshini Hutchinson, yang mengunjungi kompleks itu bersama dua putrinya yang masih remaja.
"Seorang pria yang terpilih sebagai presiden secara demokratis harus pergi dengan cara yang memalukan. Kami sekarang malu memilihnya. Rakyat ingin mereka mengembalikan uang yang mereka curi dari negara."
Salah satu tempat paling populer tampaknya adalah tempat tidur bertiang empat. Di situ terlihat sekelompok pemuda tengah bersantai.
Bahasa utama negara pulau itu, Sinhala dan Tamil, serta bahasa Inggris dapat terdengar di sepanjang koridor. Antusiasme pengunjung terlihat jelas.
Baca juga:
- ‘Saya tak sanggup beli susu untuk bayi saya’- Krisis ekonomi di Sri Lanka
- Semua menteri di Sri Lanka mengundurkan diri di tengah krisis ekonomi terparah
- 'Saya tidur dua hari di mobil demi mendapat bensin' - Krisis BBM di Sri Lanka
Di luar istana, di halaman rumput luas yang terawat, ratusan orang dengan berbagai latar belakang, yang beragama Buddha, menganut Hindu maupun Kristen, berkumpul.
Sebuah keluarga tampak piknik dengan santai di halaman itu. Satu hari sebelumnya, saat istana itu masih dikuasai aparat pemerintah, mereka tidak akan pernah diizinkan duduk di tempat itu.
Masyrakat Sri Lanka dari berbagai kelompok sudah melakukan protes selama berbulan-bulan atas situasi ekonomi dan kepemimpinan Presiden Rajapaksa. Gerakan kekecewaan itu kini berujung pengunduran diri banyak pejabat di negara itu.
Masuk ke istana kepresidenan, melihat sekilas gaya hidup para pemimpin Sri Lanka, tampaknya membuat masyarakat negara itu semakin marah.