Satgas Soal Penjemput Jemaah Haji: Tak Boleh Berkerumun dan Tak Boleh Bergejala Covid-19

Selasa, 12 Juli 2022 | 00:05 WIB
Satgas Soal Penjemput Jemaah Haji: Tak Boleh Berkerumun dan Tak Boleh Bergejala Covid-19
Jamaah haji Aceh menerima dana wakaf Baitul Asyi di Mekkah, Arab Saudi. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jemaah haji akan pulang ke Indonesia secara bertahap dari Arab Saudi. Apakah boleh dijemput oleh sanak keluarga di bandara?

Kasubbid Dukkes Satgas Covid-19, Brigjen TNI (Purn) Alexander K. Ginting mengimbau kepada penjemput jemaah haji untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

"Tak masalah dia dijemput oleh keluarga, sepanjang mobil yang dia tumpangi nanti itu menerapkan aturan protokol kesehatan. Jadi artinya jangan satu mobil kijang nanti diisi oleh 15 orang, yang datang dari Saudi nanti ada satu, kemudian keluarganya ada di dalam semuanya ini yang harus kita hindari," ujar Alex dalam diskusi bertajuk Prokes Kepulangan Jemaah Haji pada Senin, (11/7/22).

Diketahui, gelombang pertama akan pulang ke Tanah Air melalui Jeddah Arab Saudi pada tanggal 15-30 Juli dan gelombang kedua akan terbang dari Madinah pada tanggal 1-15 Agustus 2022.

Baca Juga: Pulang dari Arab Saudi, Apakah Jemaah Haji Harus Karantina di Indonesia? Ini Kata Satgas Covid-19

Alex juga meminta agar penjemput jemaah haji untuk tetap menggunakan masker, tidak membuat kerumunan dan tidak bergejala Covid-19.

"Yang menjemput juga tidak menciptakan kerumunan dan kemudian yang menjemput juga. Yang paling penting walau dia sudah vaksinasi, dia tidak boleh bergejala," tutur Alex.

Lebih lanjut, Alex juga mengimbau jika ingin menggelar acara di rumah, tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

"Kalau untuk melakukan acara dan silaturahmi boleh saja, tapi tetap harus dengan menegakkan protokol kesehatan yang diatur sudah di dalam negeri kita," papar dia.

Alex menyebut penerapan protokol kesehatan yang ketat bagi jemaah haji dan keluarga penjemput, lantaran kasus aktif di Indonesia mencapai 20 ribu.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Lagi, Dokter Reisa Ajak Masyarakat Jangan Lupakan Masker Saat Aktivitas

"Kenapa harus dua-duanya kita pikirkan karena kondisi negara Indonesia sekarang kasus aktifnya nyaris 20 ribu, khususnya bagi mereka yang mendarat misalnya di Jakarta, Surabaya dimana kasus di Pulau Jawa sekitarnya cukup tinggi," kata Alex.


Pada kesempatan yang sama, Plh. Dir. Pelayanan Haji Dalam Negeri Ditjen PHU Kementerian Agama, Susari menyampaikan penyambutan kepulangan jemaah haji merupakan sebuah tradisi yang sudah mengakar di Indonesia.

"Ini sudah menjadi tradisi kalau satu jemaah pulang ya, itu biasanya yang jemput lebih dari satu. Bahkan bisa dua atau 3 hingga 4 mobil yang akan menjemput di asrama embarkasi," kata Susari.

Susari menuturkan, andaikata satu orang jemaah haji dijemput 3 atau 4 mobil dan satu mobil memuat 4 atau 5 orang, artinya bisa diprediksi berapa jumlah orang yang akan berkumpul di satu titik, dalam hal ini asrama embarkasi.

"Ini baru di asrama haji. Bahkan nanti ketika pulang ke rumah masing-masing, ini juga merupakan tradisi kita, dimana saudara, handaitaulan itu datang berkunjung, bahasa agamanya mencari berkah," papar Susari.

Asrama haji dan rumah di kampung halaman, menurut Susari, adalah titik-titik rawan yang harus menjadi bahan kajian, evaluasi bagi pengambil kebijakan untuk melakukan treatment yang tepat kepada masyarakat terkait covid-19.

Karena itu Susari mendorong pemerintah terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak lalai terhadap protokol covid-19, terutama selama menyambut kepulangan anggota keluarga yang menunaikan ibadah haji di Arab Saudi.

"Terus melakukan edukasi, sosialisasi kepada masyarakat agar tidak lalai terhadap protokol kesehatan," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI