Suara.com - Tiga warga Desa Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim) diduga mendapatkan intimidasi saat menggelar aksi jalan kaki dari tempat tinggalnya ke Jakarta untuk menuntut keadilan atas dugaan human eror perusahaan tambang CV Duta Pasir Semeru.
Dugaan intimidasi tersebut diungkap salah satu anggota tim advokasi warga terdampak dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Damar Indonesia, Dimas Yemahura Alfarauq.
"Pada saat di jalan kemarin, dalam proses perjalanan ada informasi bahwa teman-teman ini akan dilakukan tabrak lari. Hingga kami bisa meningkatkan kewaspadaan pada perjalanan. Alhamdulillah sampai di sini," kata Dimas kepada wartawan di Kantor Komnas, Jakarta, Senin (11/7/2022).
Selain ancaman bakal ditabrak, warga terdampak juga mendapat tekanan.
"Di lapangan, tentu teman-teman ini keluarganya secara pribadi ditakuti-takuti untuk memperjuangkan haknya. Oknum itu dari siapa, siapa itu masih dalam kajian kami," ungkap Dimas.
Demi mencari keadilan tiga warga dari Desa Sumberwuluh berjalan kaki dari Lumajang ke Jakarta. Perjalanan mereka dilakukan sejak 21 Juni 2022 hingga akhirnya tiba pada Kamis (7/7/2022) lalu. Ketiga warga yang menggelar aksi tersebut, yakni Supangat (52), Nor Holik (41) dan Masbud (36).
Dimas mengatakan, ketiga warga itu akhirnya menempuh perjalan selama 17 hari karena diabaikan oleh Bupati Lumajang dan jajarannya, atas laporan terkait human error yang diduga dilakukan CV Duta Pasir Semeru.
Dijelaskannya, human error itu diduga karena sejumlah tanggul melintang yang dibangun CV Duta Pasir Semeru di tengah aliran di Sungai Regoyo. Aliran sungai itu berada di dekat Desa Sumberwuluh.
Akibatnya saat Gunung Semeru erupsi, diduga aliran material seperti pasir tertahan di tengah tanggul yang melintang. Namun lama-lama menjadi tidak terbendung, sehingga membuat tanggul yang berada di pinggiran sungai jebol.
Dampaknya, erupsi Gunung Semeru mengalir ke pemukiman warga yang mengakibat rumah mereka rusak tertimbun pasir, bahkan ada yang rata dengan tanah.
"Saat terjadi erupsi gunung Semeru, rumah mereka, keluarga mereka hilang. Ada yang meninggal, rumah mereka, harta benda mereka terkubur oleh aliran pasir Semeru," kata Dimas menambahkan.
Dilaporkan pada saat Gunung Semeru erupsi mengakibatkan 160 rumah hancur di dua dusun Desa Sumberwuluh, yakni Dusun Kamar Kajang dan Dusun Kampung Renteng.
Untuk sementara, 113 keluarga yang terdampak harus mengungsi di hunian sementara tanpa adanya kejelasan. Mereka pun berharap, dengan aksi ketiga warga berjalan kaki, mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya Presiden Joko Widodo.
"Agar seluruh masyarakat Indonesia tahu, bahwasanya ada rasa keadilan yang hilang, rasa perhatian, rasa ketidak pedulian, pemerintah atau aparat terhadap keberlangsungan hidup dari masyarakat warga Lumajang yang terdampak erupsi Gunung Semeru," jelasnya.