Suara.com - Seorang dosen di Solo berinovasi membuat modifikasi pupuk pertanian dengan manfaatkan zeolit alam asal Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Hasil aplikasinya, tanah jadi lebih subur.
Zeolit mampu mengikat unsur yang dibutuhkan pada tanaman lebih lama di dalam tanah karena tidak mengalami ekstraksi padat-cair ketika terkena aliran air.
Keberadaan material zeolit cukup melimpah di Indonesia dan harganya murah. Zeolit merupakan material alumino silikat yang memiliki rongga dan mampu menyerap unsur-unsur kimia tertentu, termasuk unsur hara pada tanah.
Saat ini zeolit telah banyak dimanfaatkan pada penerapan bau hewan peliharaan seperti kucing, tetapi masih sedikit pemanfaatnya dalam bidang pertanian.
Hal tersebut yang melatarbelakangi tim Pengabdian Material Anorganik mengembangkan teknologi zeolit sebagai media pupuk slow release.
Dosen itu merupakan Dosen asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Salah satu anggota tim pengabdian masyarakat asal UNS Sentot Budi Rahardjo mengatakan sebelum implementasi telah dilakukan penelitian di laboratorium kimia anorganik dan laboratorium pertanian.
"Kami memodifikasi pupuk NPK dan zeolit alam menjadi jenis pupuk granular Smart Granule Fertilzer (SGF) dan pupuk komposit Smart Composite Fertilizer (SCF) dan telah diujicobakan pada tanaman sawi," katanya.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Pamer Foto Pas Salat Idul Adha, Warganet: Kang Fotonya Siapa
Hasil uji coba tersebut memiliki efek yang bagus terhadap pertumbuhan tanaman sawi dibandingkan dengan pupuk tanpa modifikasi dan lebih hemat.
Tim riset grup juga memberikan bantuan pupuk SGF dan SCF hasil modifikasi dengan zeolit dan pupuk komersial yang dibuat mahasiswa sebagai tim pengabdian ini dan bagian dari kegiatan Hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) UNS.
Para petani juga memperoleh penyuluhan dan ilmu terkait pemanfaatan zeolit sebagai campuran pemakaian pupuk.
"Dengan adanya zeolit, pupuk akan dilepaskan ke target tanaman secara perlahan-lahan sesuai kebutuhannya. Dalam proses ini metode slow release akan mampu memberikan nutrisi pada tanaman sesuai porsinya, dan mempertahankan sebagian unsur hara lainnya sehingga kondisi tanah akan lebih baik dalam jangka yang lebih lama," katanya.
Dosen asal Fakultas Pertanian UNS yang memberikan materi kepada petani, Rahayu, mengatakan penambahan zeolit mampu menghemat pupuk minimal sebesar 25 persen.
"Kementerian Pertanian juga telah merekomendasikan pemanfaatan zeolit ini sebagai pembenah tanah sehingga sirkulasi nutrisi yang dibutuhkan tanah sebelum masa tanam bisa dikembalikan setelah banyak diserap oleh tanaman hingga masa panen," katanya.
Selain Sentot, anggota lain tim yang juga terlibat pada program pengabdian masyarakat tersebut, yakni Sayekti Wahyuningsih, Witri Wahyu Lestari, Teguh Endah Saraswati, Edi Pramono, dan Dian Maruto Widjonarko, sedangkan mitra dalam kegiatan tersebut yaitu Kelompok Tani Ngudi Rejeki Dusun Bulu, Kabupaten Karanganyar. (Antara)