Suara.com - Rashmi Kavindhya tidak pernah bermimpi selama hidupnya dapat menginjakkan kaki di dalam kediaman resmi presiden Sri Lanka di Kolombo.
Sehari setelah para pengunjuk rasa besar memaksa masuk ke dalam bangunan dengan pengamanan paling ketat di negara itu, ribuan warga lokal, termasuk Kavindhya, berkerumun untuk melihat kompleks yang luas itu.
Kompleks ini memiliki arstitektur tipe kolonial. Di dalamnya terdapat beberapa beranda, kolam renang, dan halaman rumput yang luas.
Peristiwa dramatis pada Sabtu (09/07) itu memaksa Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang kini mendapat kecaman dari berbagai kalangan di negaranya, melarikan diri.
Baca Juga: Demonstran Sri Lanka Terus Duduki Kediaman Presiden Hingga Gotabaya dan Perdana Menteri Mundur
"Lihatlah kemewahan dan kekayaan tempat ini," kata Kavindhya, yang datang bersama empat anaknya ke Istana Presiden Sri Lanka tersebut.
Baca juga:
- Presiden Sri Lanka akan mundur, setelah massa bakar rumah PM dan serbu istana - 'mengapa tidak mundur dari awal'
- Sri Lanka gagal bayar utang Rp732 triliun, minta warganya di luar negeri kirim uang, mengapa separah itu?
- Kehidupan penuh kesedihan di Sri Lanka: Makan dengan lauk sambal kelapa, listrik mati berjam-jam, antre berhari-hari untuk beli BBM
"Kami tinggal di desa dan rumah kami kecil. Istana ini milik rakyat dan dibangun dengan uang rakyat," ujar perempuan itu.
Ribuan laki-laki, perempuan, dan anak-anak berusaha memasuki kompleks. Beberapa pimpinan aksi protes terlihat mengendalikan kerumunan.
Sekelompok polisi dan pasukan khusus hanya berdiri di sudut istana dan menyaksikan proses itu dengan tenang.
Baca Juga: Profil Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang Dikabarkan Akan Mengundurkan Diri
Saat berkeliling dari satu kamar ke kamar lain, semua orang mengabadikan momen dengan mengambil swafoto, di depan meja, lukisan kayu jati, dan di area ruang tamu.
Kursi rusak, pecahan kaca dari jendela dan pot yang berserakan di beberapa bagian bangunan menjadi sebuah pengingat atas kekacauan dan kebingungan yang terjadi saat orang banyak memaksa masuk kompleks istana kepresidenan itu.
"Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya untuk melihat istana seperti ini," kata AL Premawardene, pekerja di taman hiburan anak-anak di kota Ganeamulla.
"Kami menunggu dalam antrean panjang untuk minyak tanah, gas, dan makanan, tetapi Rajapaksa menjalani kehidupan yang berbeda," ujarnya.
Para pemimpin protes menyatakan tidak akan meninggalkan kediaman resmi Presiden Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sampai keduanya mengundurkan diri.
Meski potensi bahaya terinjak-injak mengintai kerumunan yang berusaha istana itu, pasukan bersenjata lengkap dan polisi khusus terlihat tidak berusaha mengatur situasi. Pada saat yang sama, para sukarelawan dari gerakan demonstrasi mengendalikan para pengunjung.
Kolam renang di istana itu menarik banyak perhatian. Banyak keluarga berdiri di sekitarnya untuk mengagumi kolam yang penuh dengan air berwarna cokelat.
Orang-orang bertepuk tangan dan berteriak ketika seorang pemuda melompat ke air. Banyak orang sudah berenang di kolam istana ini sejak Sabtu lalu.
"Saya merasa sedih," kata Nirosha Sudarshini Hutchinson, yang mengunjungi kompleks itu bersama dua putrinya yang masih remaja.
"Seorang pria yang terpilih sebagai presiden secara demokratis harus pergi dengan cara yang memalukan. Kami sekarang malu memilihnya. Rakyat ingin mereka mengembalikan uang yang mereka curi dari negara."
Salah satu tempat paling populer tampaknya adalah tempat tidur bertiang empat. Di situ terlihat sekelompok pemuda tengah bersantai.
Bahasa utama negara pulau itu, Sinhala dan Tamil, serta bahasa Inggris dapat terdengar di sepanjang koridor. Antusiasme pengunjung terlihat jelas.
- ‘Saya tak sanggup beli susu untuk bayi saya’- Krisis ekonomi di Sri Lanka
- Semua menteri di Sri Lanka mengundurkan diri di tengah krisis ekonomi terparah
- 'Saya tidur dua hari di mobil demi mendapat bensin' - Krisis BBM di Sri Lanka
Di luar istana, di halaman rumput luas yang terawat, ratusan orang dengan berbagai latar belakang, yang beragama Buddha, menganut Hindu maupun Kristen, berkumpul.
Sebuah keluarga tampak piknik dengan santai di halaman itu. Satu hari sebelumnya, saat istana itu masih dikuasai aparat pemerintah, mereka tidak akan pernah diizinkan duduk di tempat itu.
Masyrakat Sri Lanka dari berbagai kelompok sudah melakukan protes selama berbulan-bulan atas situasi ekonomi dan kepemimpinan Presiden Rajapaksa. Gerakan kekecewaan itu kini berujung pengunduran diri banyak pejabat di negara itu.
Masuk ke istana kepresidenan, melihat sekilas gaya hidup para pemimpin Sri Lanka, tampaknya membuat masyarakat negara itu semakin marah.