Serba-serbi Tradisi Unik Idul Adha di Indonesia: Manten Sapi hingga Bersih Desa

Minggu, 10 Juli 2022 | 19:42 WIB
Serba-serbi Tradisi Unik Idul Adha di Indonesia: Manten Sapi hingga Bersih Desa
Tradisi unik Idul Adha di Indonesia - Panitia mengoperasikan alat pemotong mekanis saat melakukan penyembelihan hewan kurban di Masjid Al Jihad, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (10/7/2022). ANTARA FOTO/Bayu Pratama
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Perayaan Hari Raya Idul Adha yang merupakan salah satu dari dua hari raya bagi Umat Muslim setelah Idul Fitri di berbagai daerah Indonesia ternyata memiliki tradisi yang berbeda-beda.

Selain tradisi utamanya, yaitu menyembelih hewan kurban dan kemudian membagikannya kepada orang yang membutuhkan, umat Muslim di Tanah Air juga menggelar sejumlah tradisi secara turun temurun.

Seperti diketahui, Indonesia menjadi salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Hal tersebut tentu saja menjadikan sambutan terhadap hari besar Islam menjadi sangat meriah.

Indonesia memiliki keberagaman adat istiadat dan memiliki daerah yang berbeda-beda. Dari keberagaman yang ada, berikut 5 tradisi unik Idul Adha di Indonesia, sebagaimana yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

Baca Juga: Bolehkah Anak Melihat Penyembelikan Hewan Kurban? Psikolog Minta Orangtua Perhatikan Ini

1. Apitan, Semarang

Kota Semarang memiliki tradisi yang dinamakan Apitan yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi Apitan tersebut juga sering disebut dengan bersih desa. Dalam tradisi ini, biasanya masyarakat mengisi acara dengan melakukan doa dan kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani dan ternak.

Kemudian, hasil tani yang diarak tersebut nantinya akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.

Setelah diusut dan menilik pada sejarah, tradisi tersebut ternyata sudah menjadi kebiasaan para Wali Songo sebagai bentuk ungkapan rasa syukur mereka dalam perayaan Idul Adha.

Baca Juga: Sapi Kurban Jokowi di Cangkringan Berliur, DP3: Stres Pengangkutan

2. Meugang, Aceh

Aceh memiliki tradisi yang diberi nama Meugang. Meugang sendiri diketahui berasal dari kata Makmeugang.

Tradisi tahunan tersebut sangat familiar bagi masyarakat Aceh, terlebih pada saat hari besar keagamaan. Tradisi tersebut lahir pada masa Kerajaan Aceh (tahun 1607-1636 Masehi).

Pada saat itu, Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah yang besar lalu membagikan daging tersebut kepada seluruh rakyatnya. Tradisi tersebut pun kemudian mengakar di antara masyarakat dan dilaksanakan dalam menyambut hari-hari besar umat Muslim hingga saat ini.

Tradisi Meugang dilakukan dengan cara memasak daging dalam jumlah yang sangat banyak, kemudian menyantapnya bersama keluarga, kerabat, dan juga anak-anak yatim piatu.

3. Tradisi Gamelan Sekaten, Cirebon

Tradisi Gamelan Sekaten merupakan salah satu tradisi yang kerap kali digelar di Keraton Kasepuhan Cirebon saat dilaksanakannya perayaan hari besar agama Islam, baik itu Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha.

Adanya tradisi tersebut juga diketahui tidak terlepas dari peran Wali Songo, terkhusus Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di tanah Cirebon melalui kesenian.

Kabarnya, pada saat itu masyarakat yang menonton gamelan harus membayar tetapi bukan dengan uang, melainkan dengan dua kalimat syahadat atau syahadatain. Oleh karenanya, gamelan tersebut disebut dengan Sekaten yang berasal dari kata syahadatain.

Alun gamelan yang dibunyikan di area Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi penanda bahwa Muslim di Cirebon tengah merayakan hari kemenangan.

4. Grebeg Gunungan, Yogyakarta

Warga Yogyakarta menyambut Hari Raya Idul Adha dengan tradisi yang dinamakan oleh Grebeg Gunungan atau Grebeg Besar. Tradisi tersebut mirip dengan tradisi Apitan yang dilakukan di Semarang.

Dalam tradisi ini, warga muslim Yogyakarta akan melakukan arak-arakan hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman.

Tradisi grebeg identik dengan keberadaan gunungan yang dijadikan simbol kemakmuran Keraton Yogyakarta. Gunungan yang dimaksud dalam tradisi tersebut yaitu makanan dalam jumlah yang besar dari berbagai hasil bumi yang nantinya  akan dibagikan kepada masyarakat.

5. Tradisi Manten Sapi, Pasuruan

Pasuruan memiliki tradisi yang dinamakan tradisi Manten Sapi dalam merayakan Hari Raya Idul Adha. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.

Hal yang menjadi menarik dalam tradisi tersebut yaitu sapi-sapi yang akan dikurbankan akan didandani secantik mungkin layaknya pengantin. Hewan kurban tersebut juga akan dikalungi bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan juga sajadah.

Warga Pasuruan mempercayai, kain kafan menjadi tanda kesucian orang yang berkurban.

Sapi yang sudah didandani akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban. Kemudian daging kurban nantinya akan diolah, lalu disantap secara bersama-sama.

Kontributor : Syifa Khoerunnisa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI