Profil Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang Dikabarkan Akan Mengundurkan Diri

Minggu, 10 Juli 2022 | 17:43 WIB
Profil Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka yang Dikabarkan Akan Mengundurkan Diri
Profil Gotabaya Rajapaksa - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa sebelum dilantik pada Senin (18/11/2019) waktu setempat. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dunia ramai memperbincangkan Sri Lanka yang tengah dilanda krisis terparah dan terburuk sejak negara tersebut merdeka pada 1948. Masyarakat Sri Lanka turun untuk berunjuk rasa di kediaman sang presiden, Gotabaya Rajapaksa.

Kabarnya, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa akan mengundurkan diri dari jabatannya pada 13 Juli 2022 mendatang dengan tujuan “memastikan transisi kekuasaan yang damai”.

Sebagai informasi, negara berpenduduk 22 juta jiwa tersebut sedang mengalami kelangkaan devisa parah yang menjadikan negara tersebut sulit mengimpor bahan bakar, pangan dan obat-obatan, serta menjerumuskannya dalam krisis finansial terburuk dalam tujuh dasawarsa terakhir.

Para masyarakat menyalahkan keadaan tersebut kepada Presiden Gotabaya Rajapaksa, sehingga masyarakat menuntut Presiden Gotabaya untuk turun dari jabatannya, bahkan sejak bulan Maret lalu. Para demonstran pun menyerbu kediaman sang presiden pada  pada Sabtu (9/7/2022) waktu setempat.

Baca Juga: Viral Demonstran Sri Lanka Duduki Istana Presiden: Nyemplung di Kolam Renang, Serbu Serta Memasak di Dapur

Lalu, siapakah Presiden Gotabaya tersebut? Simak informasi profil Gotabaya Rajapaksa, presiden Sri Lanka yang akan mengundurkan diri berikut ini.

Profil Gotabaya Rajapaksa

Gotabaya Rajapaksa lahir pada 20 Juni 1949. Ia dikenal sebagai seorang yang kerap memecah pendapat pengamat dunia perpolitikan.

Selain itu, Presiden Gotabaya juga kerap dipuji oleh para pendukungnya karena memainkan peran penting dalam menumpas pemberontak separatis Macan Tamil dan telah mengakhiri perang saudara yang berlangsung lama di Sri Lanka pada tahun 2009 lalu saat dirinya menjabat menjadi seorang menteri pertahanan.

Di sisi lain, Presiden Gotabaya juga dituduh melakukan pelanggaran HAM dalam penumpasan tersebut. Namun, Presiden Gotabaya membantah tuduhan tersebut dengan tegas.

Baca Juga: Presiden Sri Lanka Mengundurkan Diri, Ketua DPR: untuk Memastikan Penyerahan Kekuasaan Secara Damai

Kiprah di dunia politik

Kiprahnya di dunia politik negara tersebut, membuat dirinya tidak asing bagi masyarakat bahkan sebelum dirinya menjabat sebagai seorang Presiden. Kiprah politik Gotabaya di Sri Lanka telah berlangsung sejak lama dan cukup menonjol di mata publik.

Sebelum menduduki kursi Presiden, Gotabaya memangku jabatan sebagai seorang Menteri Pertahanan Sri Lanka di tahun 2005 lalu.

Berasal dari keluarga politik yang berpengaruh

Latar belakang Gotabaya Rajapaksa diketahui berasal dari keluarga politik tersohor yang sangat berpengaruh di Sri Lanka.

Ayah Gotabaya merupakan seorang anggota parlemen dan menteri kabinet. Kakak laki-lakinya, Mahinda, merupakan Presiden Sri Lanka dua kali dan dua saudara lelaki lainnya memegang posisi tinggi di pemerintahan sebelumnya.

Saat Gotabaya menjabat sebagai seorang Presiden, Mahinda menjabat sebagai seorang Perdana Menteri Sri Lanka. Tidak hanya itu, Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian juga merupakan saudara dari Presiden Gotabaya, dan keponakannya menjabat sebagai Menteri Olahraga.

Perjalanan karier Gotabaya Rajapaksa

Di tahun 1971, Gotabaya bergabung dengan tentara. Gotabaya berlatih di Akademi Militer Sri Lanka (SLMA). Selama 20 tahun dirinya menjalani profesi sebagai tentara, Gotabaya kemudian naik pangkat. Ia bahkan menerima sejumlah penghargaan untuk kegagahannya.

Di tahun 1998, putra kelima dari 9 bersaudara tersebut beserta keluarga pindah ke Amerika Serikat, lalu pindah kembali pada tahun 2005. Pada tahun tersebut, Mahinda yang merupakan kakak laki-lakinya menjabat menjadi seorang Presiden. Di bawah pemerintahan Mahinda, Gotabaya diangkat menjadi menteri pertahanan.

Kedua saudara tersebut mengawasi operasi militer yang mengakhiri konflik separatis Tamil di tahun 2009. Konflik tersebut telah berlangsung lebih dari 25 tahun dan diperkirakan telah merenggut sekitar 100.000 jiwa.

Berakhirnya konflik tersebut menjadi momen yang dirayakan oleh sebagian besar warga Sri Lanka, tetapi PBB menuduh kedua belah pihak melakukan kekejaman, terutama selama tahap konflik perang pada tahun 2009.

Sebelum menjamahkan kakinya pada pemilu presiden pada bulan November 2019 lalu, Gotabaya menjabat sebagai ketua organisasi Viyathmaga. Organisasi tersebut memiliki tujuan tertentu dimana salah satunya adalah untuk mendukung pembangunan ekonomi Sri Lanka.

Kontributor : Syifa Khoerunnisa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI