Suara.com - Khatib khutbah wukuf Muhammad Mukri Wiryosumarto mengingatkan pentingnya persatuan dan kesatuan kepada para jamaah haji Indonesia. Itu diserukan dalam puncak haji 2022 atau haji akbar.
Persatuan dan kesatuan itu terwujud dalam bingkai "ukhuwah Islamiyyah" (persaudaraan Islam), "basyariyah" (sesama manusia), dan "wathaniyah" (sesama anak bangsa).
Dalam khutbahnya, Rektor UIN Raden Inten Lampung itu mengatakan meski berbeda tapi disatukan oleh Allah SWT dalam keragaman bangsa, suku, budaya, bahasa, dan banyak perbedaan lainnya yang merupakan "sunnatullah".
"Pada momentum haji akbar ini, mari kita merenungkan perjalanan kehidupan kita sekaligus mengambil 'ibrah' (pelajaran) sebagai modal menghadapi masa depan. Mari kita ber-muhasabah (introspeksi) bahwa kehadiran kita ke Tanah Suci ini berasal dari arah yang berbeda-beda," kata Mukri di Arafah, Arab Saudi, Jumat (8/7) 2022.
Baca Juga: Jelang Wukuf, Pos Kesehatan Arafah Rawat 33 Jemaah Haji yang Alami Masalah Kesehatan
"Kita disatukan dalam Islam 'rahmatan lil alamin' melalui tuntunan syariat menjalankan kewajiban haji di Tanah Suci," katanya.
Menurut salah satu ketua PBNU itu haji akbar memang spesial dan memiliki kelebihan serta keistimewaan dibanding dengan musim-musim haji lainnya.
Ia menukil ulama kalangan Syafiiyyah yang mengatakan" "...dikatakan, jika hari Arafah jatuh pada hari Jumat, maka seluruh yang berkumpul di Padang Arafah akan langsung mendapat ampunan dari Allah SWT tanpa perantara".
"Dan bila (wukuf) di selain hari Jumat, maka ampunannya melalui perantara. Artinya, Allah memberikan ampunan orang yang berdosa (yang wukuf) karena adanya orang baik (yang wukuf)".
Dalam momentum haji kali ini, kata dia, semua juga diingatkan untuk menanggalkan ke-aku-an dengan mengagungkan Allah SWT yang merupakan dzat paling berhak dalam kehidupan.
Baca Juga: Dehidrasi dan Kelelahan karena Cuaca Panas Mengintai Jemaah Haji di Arafah
"Kita hadir hanya dengan memakai dua helai kain putih yang menjadi simbol ketidakmampuan dan kepasrahan kepada Allah. Pakaian ihram yang kita pakai ini menunjukkan bahwa kita semua sama di hadapan Allah SWT. Bukan jabatan, bukan harta, dan bukan kelebihan fisik yang pantas untuk dibanggakan di hadapan Allah karena yang menjadi barometer, kemuliaan dihadapan-Nya hanyalah ketakwaan," tambahnya.
Dalam rangka mewujudkan kehidupan yang harmoni antaragama, sudah semestinya mengedepankan sikap moderat dalam segala hal, wa bil khusus moderat dalam beragama.
Moderasi beragama, katanya, adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama, yaitu melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemashlahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.
"Moderasi beragama harus terus kita syiarkan ke seluruh penjuru dunia agar peradaban dan perdamaian dunia bisa terwujud. Dari Padang Arafah, mari kita ketuk pintu langit, memohon senantiasa turun rahmat ke muka bumi. Semoga perdamaian dunia bukan hanya mimpi dan toleransi serta saling menghargai selalu bersemi," kata Muhammad Mukri Wiryosumarto.
Wukuf di Arafah 9 Dzulhijjah jatuh pada Jumat disebut juga haji akbar. Dalam al-Qur'an surat At Taubah ayat 3 menyebutkan secara langsung istilah haji Akbar yang juga pernah dialami oleh Rasulullah SAW.
Ayat itu juga merupakan maklumat atau pemberitahuan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar yang terjadi pada tahun ke 9 Hijriah. (Antara)