Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang dan Jasa-jasa Shinzo Abe Selama Jabat PM Jepang

Jum'at, 08 Juli 2022 | 16:55 WIB
Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang dan Jasa-jasa Shinzo Abe Selama Jabat PM Jepang
Rekam Jejak dan Jasa-jasa Shinzo Abe Selama Jabat PM Jepang - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memberikan konfrensi pers di kediaman resmi Perdana Menteri, Tokyo, Jepang, Jumat (28/8). [Franck ROBICHON / POOL / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politikus terkenal Jepang sekaligus mantan Perdana Menteri Jepang 4 periode, Shinzo Abe tiba-tiba ditembak oleh seorang mantan prajurit militer saat dirinya sedang menyampaikan pidato soal kampanye dari Partai Demokratik Liberal pada Jumat, (8/7/2022) hari ini pukul 11.30 waktu setempat.

Shinzo yang sedang berdiri menyampaikan pidato tersebut ditembak sebanyak dua kali dan tembakan kedua mengenai bagian punggungnya sehingga dirinya berlumuran darah. Keadaannya dikabarkan kritis setelah dibawa ke rumah sakit dan tidak sadarkan diri.

Kini, Shinzo Abe dinyatakan meninggal dunia usai tertembak di bagian dada. Abe tutup usia usai mendapatkan penanganan medis. Melansir dari NHK, penyiar publik Jepang, kabar duka tersebut disampaikan oleh seorang pejabat senior Partai Demokratik Liberal. Simak sepak terjang dan jasa-jasa Shinzo Abe selama menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang.

Latar Belakang Keluarga

Baca Juga: Mantan PM Jepang Shinzo Abe Meninggal, Sempat Jalani Perawatan usai Ditembak

Shinzo Abe sendiri memang telah dikenal sebagai salah satu politikus legenda di Jepang. Karir Shinzo Abe dilatarbelakangi oleh keluarganya yang memang berkecimpung di dunia politik.

Bahkan, sang kakek, Kan Abe merupakan mantan pemimpin partai dan memiliki peran besar dalam perkembangan politik di Jepang. Sang ayah, Shintaro Abe juga mengikuti jejak Kan Abe sebagai politikus. Berbagai jabatan pun telah diampu oleh Kan Abe dan Shintaro Abe. 

Karier Shinzo Abe

Shinzo diketahui pernah terpilih sebagai Prefektur Distrik Yamaguchi pada tahun 1993 dan menjadi salah satu tonggak karirnya di dunia politik. Shinzo dipilih oleh rakyatnya dan menjadi salah satu prefektur terpilih dengan suara terbanyak saat itu untuk menggantikan posisi sang ayah yang telah meninggal dunia di tahun 1991.

Karirnya sebagai perdana menteri pun bermula ketika dirinya dikabarkan sebagai calon kuat pengganti perdana menteri sebelumnya, Koizumi. Desas desus jabatan tertinggi yang akan dipegang oleh Shinzo pun semakin kuat setelah banyak fraksi partai yang mendukung dirinya maju sebagai PM Jepang selanjutnya. Akhirnya, pada September 2006, Shinzo resmi mencalonkan dirinya sebagai perdana menteri. 

Baca Juga: Eks PM Jepang Shinzo Abe Meninggal Dunia Usai Ditembak, PM India: Saya Terkejut dan Sedih

Riwayat Jadi Perdana Menteri Jepang

Shinzo pun terpilih menjadi perdana menteri Jepang pada tahun 2006, namun pada tahun 2007 Shinzo sempat mengundurkan diri karena menganggap dirinya belum mampu menyelesaikan permasalahan dukungan terhadap Afghanistan atas operasi militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat ke Afghanistan.

Namun pada tahun 2012, Shinzo kembali terpilih sebagai PM Jepang hingga tahun 2020 dirinya harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai PM Jepang karena masalah kesehatan.

Jasa-jasa Shinzo Abe

Peran Shinzo dalam memimpin Jepang juga berhasil membuatnya menghidupkan kembali ekonomi yang stagnan, melonggarkan batasan konstitusi pasifis pasca Perang Dunia II, dan memulihkan nilai nilai konservatif di kehidupan masyarakat Jepang.

Menyadur The Guardian, Shinzo Abe juga berperan penting dalam pagelaran Olimpiade 2020 untuk Tokyo. Ia memiliki motivasi agar Jepang mampu memenangkan olimpiade dan bahkan muncul sebagai karakter video game Nintendo Mario saat penyerahan tuan rumah Olimpiade Rio ke Olimpiade Tokyo pada 2016 lalu.

Abe dikenal dengan kebijakan "Abenomics" untuk mengangkat ekonomi terbesar ketiga di dunia dari deflasi dan mendukung peran yang lebih menonjol bagi militer Jepang untuk melawan ancaman yang berkembang dari Korea Utara dan China dengan lebih tegas.  

Saat menjabat, ia gagal mewujudkan ambisi politik utamanya yaitu untuk merevisi konstitusi “pasifis” Jepang, yang melarang negara itu menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikan perselisihan internasional.  

Dalam beberapa pekan terakhir, ia bahkan telah menyuarakan dukungan untuk kenaikan yang signifikan dalam anggaran pertahanan Jepang dengan mengaitkan kepada invasi Rusia ke Ukraina sebagai bukti bahwa Jepang harus tetap waspada jika terjadi invasi China ke Taiwan.

Kontributor : Dea Nabila

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI