Suara.com - Sebanyak 5 narapidana Lapas Bengkalis memproduksi tempe secara mandiri untuk pangan warga binaan di sana. Setiap hari, 20 kg tempe mereka buat.
Di lapas dan rutan, tempe juga menjadi menu makanan wajib bagi warga binaan.
Hampir setiap hari, tempe masuk daftar menu makanan yang diperintahkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pemasyarakatan.
Produksi tempe ini dimulai saat salah satu petugas Lapas Bengkalis menyampaikan idenya kepada Kasi Kegiatan Kerja Lapas Bengkalis Novindra Pajinjing Siahaan.
Baca Juga: Pria Bongkar 'Adonan' Aspal yang Baru Mengering, Pas Dibuka Teksturnya Disebut Mirip Tepung Terigu
Setelah mendapat persetujuan Kepala Lapas Kelas IIA Bengkalis Edi Mulyono, pihak lapas kemudian merekrut 5 WBP yang akan dibimbing dan dilatih cara membuat tempe.
Pelatihnya pun bukan sembarangan, Lapas Bengkalis mendatangkan pengusaha tempe ternama di Pulau Bengkalis.
"WBP ini sekarang sudah bisa membuat tempe. Setiap hari kerja mulai pukul 08:00 WIB-11.00 WIB, mereka bekerja dengan pengawalan dan bimbingan petugas lapas. Nggak perlu jauh dan susah memikirkan pemasaran, kami jual ke pemborong bahan makanan napi di sini. Pemborong kaget, ternyata hasilnya (produksi tempe) berkualitas dan tak kalah dengan yang dijual di pasaran,” kata Kalapas Bengkalis Edi Mulyono.
Saat ini, WBP baru mampu memproduksi 20 kg tempe per hari dengan keuntungan Rp140 ribu.
Modal usaha diperoleh dari Koperasi Pegawai Lapas Bengkalis, sedangkan untungnya dibagi ke koperasi, WBP, dan disetor ke negara sebagai PNBP (pendapatan negara bukan pajak).
Baca Juga: Saat Kepala Rutan Klas I Surakarta Kasih Wejangan kepada Narapidana yang Mau Kabur
ZAD (28), salah satu WBP yang mengikuti kegiatan ini menceritakan bahan baku pembuatan tempe adalah kedelai berkualitas, ragi, dan plastik.
Diperlukan ruangan yang sirkulasi udaranya sedikit, sehingga membuat ruangan hangat dan baik untuk proses fermentasi.
Proses pembuatan dimulai dengan pemilihan dan pencucian kedelai, lalu direndam selama 12 jam dan dikupas kulitnya. Kemudian direbus, ditiriskan, dan ditaburi ragi sebanyak 1 sendok makan untuk 1 kg kedelai. Lalu dibungkus dengan plastik dan difermentasikan di ruangan bersuhu 38-40 derajat Celsius selama 1 hari.
"Saya sangat berterima kasih atas keterampilan yang diberikan pihak lapas. Saya masuk penjara karena nekat mencuri, saat itu saya pengangguran. Sekarang saya sudah punya keahlian, saya akan jadi pengusaha tempe. Harapannya tidak hanya membuat tempe, tapi juga produksi berbagai jenis olahan tempe," katanya bersemangat. (Antara)