Krisis ekonomi di Sri Lanka berpengaruh pada kebutuhan sehari-hari warganya. Kenaikan harga kebutuhan pokok hingga langkanya bahan bakar dan obat-obatan membuat banyak warga ingin meninggalkan negara Sri Lanka.
PM Ranil Wickremesinghe mengatakan, dengan utang sekarang yang berjumlah lebih dari miliar dolar, Sri Lanka adalah negara bangkrut.
Tanpa tanda-tanda krisis mereda dan tak ada dana talangan dari IMF, banyak warga Sri Lanka yang sudah putus asa memilih untuk pergi dengan cara ilegal ke negara tetangga seperti India dan Australia. Hingga saat ini ada lebih dari 90 pengungsi telah mendarat di India yang ditahan di sebuah kamp pengungsian.
Putus Asa Untuk Pergi
Krisis Sri Langka mendorong situasi migrasi besar-besaran. Sejak nilai uang Sri Lanka jatuh, banyak warga ingin pergi ke luar negeri untuk mencari uang, menabung sampai situasi ekonomi membaik dan kemudian kembali ke Sri Lanka.
Sementara itu ada juga warga lain yang ingin meninggalkan negara tersebut secara permanen. Banyak keluarga juga mengirimkan anak-anak mereka ke luar negeri untuk belajar, misalnya di India karena gangguan dan penutupan sekolah.
Warga Sri Lanka yang lebih kaya mencoba bermigrasi ke Inggris, Amerika Serikat, Australia, Kanada atau Uni Eropa untuk bekerja atau belajar.
Sementara itu, warga Sri Lanka dari kelas ekonomi bawah atau tingkat pendidikan yang lebih rendah mencoba untuk bermigrasi ke negara-negara Timur Tengah untuk bekerja sebagai buruh harian.
Kontributor : Trias Rohmadoni
Baca Juga: GM PLN UIW Kaltimra Saleh Siswanto: Penangkal Petir Sudah Terpasang di Transmisi Kita