Contoh Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah: Teladan Kurban Nabi Ibrahim AS dan Momen Idul Adha

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 06 Juli 2022 | 13:08 WIB
Contoh Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah: Teladan Kurban Nabi Ibrahim AS dan Momen Idul Adha
Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah: Teladan Kurban Nabi Ibrahim AS - Ilustrasi masjid. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan haram atau bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Salah satu peristiwa pada bulan Dzulhijjah adalah kisah Nabi Ibrahim AS yang menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS atas perintah Allah SWT melalui mimpi. Peristiwa ini diperingati umat muslim setiap tahunnya dalam Idul Adha.

Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS ini sering kali disampaikan melalui khutbah Jumat oleh khatib saat sholat Jumat. Suara.com telah merangkum naskah khutbah Jumat bulan Dzulhijjah yang dikutip dari laman Islam.nu.or.id yang bertajuk “Dua Teladan Kurban Nabi Ibrahim”.

Berikut ini khutbah Jumat singkat bulan Dzulhijjah tentang Idul Adha.

Contoh Khutbah Singkat Bulan Dzulhijjah

Baca Juga: Jelang Idul Adha, Harga Kebutuhan Pokok di Sumut Bertahan Mahal

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah  

Pada tanggal 10 Dzhulhijjah menjadi hari yang istimewa untuk umat Islam seluruh dunia. Seluruh umat Islam merayakannya dengan penuh khidmat dan suka gembira.

Sementara itu, saudara-saudara kita yang memenuhi panggilan Allah SWT sedang menjalani rangkaian puncak ibadah haji di Makkah, Arafah, Muzdalifah dan Mina. Sedangkan yang tidak melaksanakan haji, disibukkan dengan ritual Idul Adha. Shalat Idul Adha, dilanjutkan ibadah kurban sampai berakhirnya hari Tasyrik. 

Teruntuk saudara-saudara kita yang sedang sedang menjadi tamu Allah SWT, mari kita doakan yang terbaik mudah-mudahan mereka diberikan kesehatan dan kemudahan dalam melaksanakan ibadah haji dengan penuh kekhidmatan dan kesempurnaan. 

Semoga menjadi haji yang  mabrur yang tidak hanya mengantarkan mereka menjadi pribadi yang shaleh tetapi juga muslih. Baik secara individu sekaligus dapat menebarkan kebaikan kepada masyarakatnya.   

Baca Juga: 40 Twibbon Idul Adha 1443 H Gratis dan Mudah Dipasang Jadi Profil WA atau Facebook

Untuk kita di sini, semoga momentum Idul Adha menjadi sarana perbaikan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi sarana bagi seorang muslim untuk semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah individual atau sosial, karena inilah tujuan dari Idul Adha yang kita jalani setiap tahun. 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah  

Syekh Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam kitabnya Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh menjelaskan, kurban pertama kali dilaksanakan pada masa Nabi Adam 'alaihissalam, oleh putra-putranya yaitu Qabil dan Habil. 

Kekayaan yang dimiliki Qabil mewakili kelompok petani, sedangkan Habil mewakili kelompok peternak. Dikisahkan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 27:

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang mereka berdua (Habil) dan tidak diterima yang lain (Qabil)." (QS Al-Maidah: 27)

Ahli tafsir menyatakan bahwa peristiwa kurban yang dilakukan dua bersaudara dari putra Adam merupakan solusi dari polemik 'perang dingin', yang terjadi antara keduanya dalam mempersunting wanita cantik rupawan bernama Iklimah sebagai pasangan hidup. 

Kisah kurban berikutnya adalah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail AS, putra tercinta yang telah lama diimpikan kelahirannya. 

Perintah ini hanya merupakan ujian dari Allah kepada Nabi Ibrahim AS atas keimanannya. Karena pada akhirnya yang yang disembelih adalah kambing.  Peristiwa ini dinyatakan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 102:

"Ibrahim berkata: 'Hai anakkku sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu?' Ismail menjawab: 'Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insyaallah Engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar'.” (QS As-Shaffat: 102)

Selain dua peristiwa ini, ritual kurban terus berlanjut  di setiap budaya dan peradaban. Terus berlangsung dilakukan oleh umat manusia walaupun dalam bentuk dan praktik yang berbeda-beda. 

Puncaknya adalah mengorbankan jiwa manusia sebagai persembahan kepada yang dianggap Tuhan yang memiliki kekuatan.

Dahulu masa pra Islam, di Mesir jika air sungai Nil surut, maka penduduk Mesir menggelar upacara mengambil anak gadis untuk dijadikan tumbal agar airnya melimpah. Tradisi seperti ini  juga dikenal oleh masyarakat nusantara seperti kita dengar dalam cerita-cerita rakyat nusantara.    

Ketika Nabi Muhammad SAW diutus, ada penegasan ajaran kurban yang dilegalkan adalah seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, yakni dengan menyembelih kambing, sapi, atau onta. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Kautsar ayat 1-3:

(1) Sungguh Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. (2) Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri pada Allah). (3) Sungguh orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." (Al-Kautsar: 1-3)

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah  

Adapun beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Ismail AS. Pelajaran pertama, dalam beragama ada suatu keadaan di mana kita harus meninggalkan akal fikiran kita. Mengesampingkan rasionalitas, kemudian beralih pada ketundukan serta kepasrahan total kepada Ilahi Rabbi. 

Dalam kajian hukum Islam dikenal hukum yang bersifat ta'aqquli dan ta'abbudi. Ta'aqquli artinya masuk akal. Yakni ketika suatu syariat dibebankan dan manusia bisa menalar karena sesuai dengan kemampuan berpikir manusia. Allah memerintahkan sedekah, zakat, menolong sesama, berbakti kepada orang tua. Allah melarang mencuri, korupsi, konsumsi narkoba, membunuh, pergaulan bebas dan semacamnya. Semua ini adalah sesuai dengan naluri dan akal sehat manusia. 

Pelajaran kedua, perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya hanya sekedar ujian keimanan, bukan perintah sesungguhnya. 

Hal ini sekaligus menjadi kritik sosial dari tradisi tumbal di berbagai budaya dan perabadan. Sejarah kurban Nabi Ibrahim AS mengajarkan kepada kita bahwa kurban dalam Islam adalah ajaran humanis. Untuk menyembah Allah tidak boleh membahayakan diri sendiri, apalagi orang lain.

Hal ini sebagaimana dalam hadist riwayat Ibn Abbas R.A., Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidak boleh membahayakan (mengorbankan) orang untuk kepentingan pribadi, dan tidak boleh mencegah orang lain mendapat kebaikan."

Dari sini maka seharusnya ajaran qurban menginspirasi setiap muslim untuk tidak hanya shaleh secara ritual, tetapi juga shaleh secara sosial. Menjaga keseimbangan hubungan kepada Allah dan kepada manusia, bahkan pada alam sekitar. 

Jargon Islam agama ramah bukan marah, bisa terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun dalam qurban ada darah hewan yang dialirkan, namun bukan tujuan atau penilaian utama, karena yang dinilai Allah adalah ketakwaan dari orang-orang yang melaksanakannya. 

Inilah dua pelajaran yang dapat kita petik dari kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim AS. Semoga khubtah jumat ini dapat meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, serta menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk terus berjihad mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.  Amin ya rabbal 'alamin.

Demikian khutbah Jumat bulan Dzulhijjah singkat tentang teladan Nabi Ibrahim AS yang bisa menjadi pedoman untuk melaksanakan sholat Jumat. 

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI