Suara.com - Masih hangat diingatan Abdul (26) -bukan nama sebenarnya- ketika dirinya dikirim ke sejumlah lokasi bencana alam dan tragedi kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan hasil donasi dari masyarakat.
Di lembaga Aksi Cepat Tangkap atau ACT lah dirinya berkesempatan untuk mengabdikan diri demi kemanusiaan. Abdul mulai bekerja di ACT sejak Oktober 2018.
Tsunami di Selat Sunda yang berdampak ke sejumlah wilayah Banten, gempa di Ambon, banjir-longsor di Bengkulu hingga konflik kemanusiaan di Wamena, Papua telah ia lampaui demi visi kemanusiaan.
Bukan hanya bantuan kemanusiaan, bantuan kepada para UMKM yang kekurangan modal karena terdampak pandemi Covid-19 juga turut dia distribusikan untuk upaya pemulihan.
Baca Juga: Salmafina Cerai hingga Pindah Agama, Nangis-nangis saat Ortu Dituduh Gagal Didik Anak
"Beneran mau nangis tiap liat UMKM yang kami bantu mengucap terima kasih berulang-ulang," kata Abdul saat dihubungi Suara.com, Selasa (5/7/2022).
Bagi Abdul, bekerja di ACT bukan hanya sekedar kepentingan ekonomi semata, namun manfaatnya yang ia rasakan lebih dari itu. Meski begitu ia tidak menampik kalau beban kerjanya di ACT dirasakannya lebih berat ketimbang karyawan di sebuah perusahaan bonafit.
"Untuk bidang pekerjaan yang levelnya serupa, gaji di ACT jauh lebih rendah dibanding perusahaan profit. Tapi, beban kerjanya bisa dibilang jauh lebih besar. Waktu kerjanya lebih panjang, di luar office hour delapan sampai lima jam. Kami masih bekerja di malam hari bila ada keadaan darurat seperti bencana alam," ceritanya.
Meskipun berat, Abdul tetap memilih bekerja di ACT karena panggilan hatinya untuk kemanusiaan.
"Panggilan hati dan kepuasan kerja. Meski work load tinggi dan gaji di bawah rata-rata, tapi bisa melihat senyuman orang-orang yang kita bantu adalah harga yang tak bisa dirupiahkan," ucapnya.
Baca Juga: Viral Gegara Lagu Sikok Bagi Duo, Meli Dedi Berharap Dinilai Positif
ACT juga lah yang akhirnya dipilih Abdul sebagai ladang amal dalam hidupnya. Salah satu yang menjadi pertimbangannya ialah lantaran ACT karena jangkauan bantuan kemanusiaannya yang luas. Tercatat ACT sudah menyalurkan bantuan ke lebih 47 negara.
"Kantor cabangnya ada di hampir semua provinsi di Indonesia. Jaringan relawannya lebih luas lagi, hingga masuk ke pelosok desa, bahkan di luar negeri. Skala besar ini menjadi tantangan sendiri yang seru untuk dijalani," tuturnya.
Mulai Merasakan Gejolak
Namun seiring berjalan waktu terjadi pergolakan dalam dirinya. Ia mencium adanya pergeseran niat awal yang dirasakannya di dalam tubuh lembaga.
Itu diperkuat dengan gonjang-ganjing kabar penyalahgunaan dana kemanusiaan yang diduga dilakukan pimpinan tertingginya kala itu Ahyudin mulai merebak.
Hal tersebut yang membuat Abdul mengundurkan diri dari ACT atau bertepatan dengan adanya kabar Ahyudin digulingkan dari kursi presiden lembaga pada Januari 2022.
"Ketika masalah mulai memuncak, ada dua tipe karyawan. Satu ke luar dari lembaga karena merasa sulit memperbaiki, satu lagi bertahan dan mencoba merubah keadaan dari dalam. Dan tipe karyawan kedua itu sukses, dengan cara menggulingkan oknum dari posisinya dan membenahi masalah-masalah itu," ceritanya.
"Saya resign karena ya saya tipe karyawan satu, yang ketika merasa masalahnya terlalu berat, saya enggak kuat ngejalaninnya dan saya ke luar," sambungnya.
Terkhianati
Perasaan sedih tidak dapat ditahan Abdul ketika melihat pemberitaan yang beredar di media. Meski saat ini dirinya sudah bukan lagi bagian dari ACT, namun ia merasa terkhianati karena telah benar-benar bekerja demi kemanusiaan.
"Sedih campur marah pastinya. Karena ulah segelintir oknum, jadi merusak nilai-nilai ketulusan ribuan orang lain yang beneran kerja dengan gaji yang minim dan beban kerja yang berat," kata Abdul.
Meski begitu, besar harapan Abdul kalau permasalahan yang menimpa ACT tidak mempengaruhi padangan masyarakat ke para pekerja lembaga, yang diyakininya benar tulus mengabdikan hidupnya bagi kemanusiaan
"Karena nila setitik rusak susu sebelanga, karena oknum setitik yang kena se-lembaga. ACT ini lembaga baik, diisi oleh mayoritas orang baik. Semoga kesalahan setitik oknum ini menjadi pelajaran agar lembaga ini semakin rapi dan lebih amanah ke depannya," harapnya.
Secercah harapan menurut Abdul, telah datang dengan digulingkannya Ahyudin dari ACT. Dia yakin ACT akan tumbuh lebih baik dari sebelum-sebelumnya.
"Sangat sangat sangat optimis. Bahkan sekarang kan sudah dimulai, kebijakan dirombak total, gaji petinggi jauh lebih rendah, kendaraan operasional maksimal Innova. Semoga dengan permulaan ini ke depannya keseluruhannya pun jadi lebih baik," kata Abdul.
Ahyudin Otoriter dan Bersikap One Man Show
Sementara itu, saat mengelar konferensi pers di Kantor ACT, Jakarta Pusat, Presiden ACT, Ibnu Khajar mengungkap alasan digulingkan Ahyudin. Dia mengatakan sosok pendiri ACT dinilai otoriter dan cenderung bersikap one man show selama menahkodai lembaga.
"Gaya kepemimpinan beliau yang one men show yang cenderung otoriter sehingga organisasi tidak nyaman, dinasehati dan dia mengundurkan diri," kata Ibnu pada Senin (4/7/2022) kemarin.
Namun, Ibnu membantah sejumlah temuan majalah Tempo di antaranya gaji Ahyudin Rp 250 juta, fasilitas mobil mewah, dan penyalahgunaan dana untuk kepentingan pribadi Ahyudin.
Kekinian semenjak Ahyudin digulingkan pada 11 Januari 2021, ACT melakukan sejumlah perbaikan struktural di antaranya menetapkan masa jabatan presiden selama 3 tahun dan boleh menjabat dua kali. Kemudian dewan pembina, masa jabatannya hanya 4 tahun, dan boleh menjabat dua kali melalui pemilihan.
Temuan Majalah Tempo
Diketahui, berdasarkan laporan majalah Tempo, lembaga kemanusiaan ACT diduga menyalagunakan anggarannya untuk kepentingan pribadi pimpinannya.
Diduga saat Ahyudin menjadi petinggi ACT dia memperoleh gaji sebesar Rp250 juta setiap bulan, sementara posisi di bawahnya seperti senior vice president digaji Rp200 juta per bulan, vice president Rp 80 juta, dan direktur eksekutif Rp 50 juta.
Di samping itu, masih berdasarkan laporan majalah Tempo, Ahyudin saat menjabat sebagai petinggi difasilitasi tiga kendaraan mewah, seperti Toyota Alphard, Misubishi Pajero Sport, dan Honda CVR. Majalah Tempo juga menemukan dugaan dana ACT yang digunakan untuk kepentingan pribadi Ahyudin untuk keperluan rumah.