Suara.com - Sebuah kapal kargo pengangkut biji-bijian dari kawasan Ukraina yang diduduki Rusia telah ditahan aparat bea cukai Turki, menurut duta besar Ukraina untuk Turki.
Vasyl Bodnar mengatakan: "Kapal tersebut kini berada di pintu masuk pelabuhan, telah ditahan pihak bea cukai Turki".
Kami telah melacak rute kapal berbendera Rusia, Zhibek Zholy, dari Pelabuhan Berdyansk di Ukraina menuju Karasu di Turki.
Belum jelas dari mana dan bagaimana muatan kapal diperoleh, namun Rusia telah dituduh mencuri biji-bijian dari wilayah Ukraina yang didudukinya. Tuduhan itu dibantah Rusia.
Baca Juga: Uni Eropa Usulkan Anggaran Rp1.560 Triliun untuk Bangun Kembali Ukraina
Laporan ini mengemuka setelah Presiden Joko Widodo mendapat jaminan soal keamanan pasokan pangan dari Presiden Rusia Vladimir Putin saat berkunjung ke Moskow, Kamis (30/06).
"Khusus untuk jalur ekspor produk pangan Ukraina, terutama melalui jalur laut, saya sangat menghargai Presiden Putin yang tadi menyampaikan bahwa memberikan jaminan keamanan pasokan pangan dan pupuk dari Ukraina maupun Rusia, ini sebuah berita yang baik" ujar Presiden Jokowi.
Menanggapi pernyataan Presiden Jokowi, Presiden Putin menegaskan bahwa Rusia siap memenuhi permintaan produk pangan dan pupuk dari "negara-negara bersahabat".
Baca juga:
Berdyansk terletak di kawasan Zaporizhzhia, bagian selatan Ukraina yang merupakan pesisir Laut Azov.
Baca Juga: Presiden Ukraina Bertekad Rebut Kembali Lysychansk dari Rusia
Kabar keberangkatan kapal dari Berdyansk diumumkan melalui aplikasi Telegram oleh Yevhen Balytskyi, yang baru-baru ditunjuk Rusia sebagai gubernur wilayah Zaporizhzhia.
Balytskyi mengatakan sebanyak 7.000 ton biji-bijian akan dikirim ke negara-negara "bersahabat".
Dia menambahkan kapal-kapal Rusia dari Armada Laut Hitam akan "menjamin keamanan" perjalanan dan pelabuhan telah dibersihkan dari ranjau-ranjau laut.
Baca juga:
Belakangan dia mengedit unggahan tersebut sehingga muatan kapal dan destinasinya tidak lagi tertera.
Sebuah laporan video mengenai keberangkatan kapal juga telah dibagikan sejumlah saluran Telegram yang pro-Kremlin. Berita itu menampilkan kapal Zhibek Zholy didampingi kapal Angkatan Laut Rusia di pelabuhan yang disebut sebagai Berdyansk oleh sang reporter.
Dengan membandingkan tayangan video dan gambar pelabuhan yang dipotret satelit, kami dapat mengonfirmasi bahwa tayangan itu memang diabadikan di Berdyansk.
Kondisi cuaca pada video dan arah bayangan di pelabuhan mengindikasikan tayangan tersebut direkam pada pagi hari, 28 Juni lalu.
Beberapa detil pada lambung kapal, yang memperlihatkan nama kapal, disamarkan pada tayangan video.
Namun, kami bisa mengonfirmasi bahwa kapal yang bertolak dari Berdyansk adalah kapal yang sekarang berada di perairan Turki, berdasarkan foto-foto dari unggahan Telegram serta keterangan saksi mata yang dituturkan kepada pakar perkapalan Ukraina.
Baca juga:
Kami juga dapat melacak pergerakan Zhibek Zholy ketika melaju menuju Ukraina untuk mengambil kargo.
Pada 22 Juni, kapal tersebut bertolak dari Turki dan mengantarkan muatannya di Pelabuhan Novorossiysk, Rusia. Ketika mendekati perairan Ukraina, sinyal pelacaknya hilangdiduga sengaja dimatikan.
Sinyal pelacak menyala kembali pada 29 Juni saat bergerak ke selatan, menjauh dari perairan Ukraina. Dari kedalaman kapal saat melaju di lautyang ditunjukkan alat pelacakbisa diperkirakan bahwa kapal tersebut sedang membawa kargo.
Michelle Bockmann, seorang editor pasar dari Lloyd's List Intelligence, meyakini gerakan kapal Zhibek Zholy "mencurigakan".
Menurutnya, banyak kapal kargo mematikan alat pelacak saat bermanuver di Laut Azov, namun kebanyakan menyalakan alat pelacak saat tiba di pelabuhan yang dituju.
Belum jelas apakah kapal itu berniat mengantarkan kargonya di Pelabuhan Karasu, Turki, atau melanjutkan perjalanan melalui Selat Bosphorus menuju tempat yang belum diketahui.
Pemilik kapal Zhibek Zholy, perusahaan KTZ Express yang berbasis di Kazakshtan, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kapal mereka disewa sebuah perusahaan Rusia.
KTZ Express menambahkan, pihaknya telah berkonsultasi dengan semua pihak terkait dan akan mematuhi semua sanksi dan larangan.
Reportase oleh Josh Cheetham, Maria Korenyuk, Daniele Palumbo, Erwan Rivault, Onur Erem, dan Mahmut Hamsici di Karasu, Turki.