Warga Migran Berpikir untuk Meninggalkan Australia Karena Kenaikan Biaya Hidup

SiswantoABC Suara.Com
Senin, 04 Juli 2022 | 21:00 WIB
Warga Migran Berpikir untuk Meninggalkan Australia Karena Kenaikan Biaya Hidup
ILUSTRASI: Sejumlah Imigran saat berbuka puasa dengan masyarakat di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Minggu (11/6/2017) [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kenaikan harga kebutuhan di Australia telah membuat para migran berpikir dua kali tentang apakah masih ingin menetap di negara tersebut.

Mira Sulistyanto harus pelan-pelan mempertimbangkan apakah dirinya harus mengambil risiko keuangan dengan kembali ke universitas untuk menempuh S3.

Karena keputusan itu akan berujung pada dirinya mengurangi jam kerja dan menambah utang pendidikan yang dirasa tidak cerdas di tengah masa inflasi.

"Saya rasa ada beberapa pertanyaan penting apakah bertambahnya tekanan ekonomi menjadi penghalang bagi orang untuk melanjutkan pendidikan mereka karena memikirkan konsekuensinya," katanya.

Baca Juga: Sudah Semalam Imigran di Tanjungpinang Menginap di Depan Kantor UNHCR Menuntut Perbaikan Fasilitas Kesehatan ke IOM

Perempuan berusia 25 tahun tersebut mengatakan biasanya ia sering berkunjung ke Indonesia untuk berjumpa dengan keluarganya di Jawa.

Namun kenaikan biaya perjalanan menghentikan langkahnya.

"Sejak pandemi ditambah tekanan ekonomi, aktivitas ini bukan menjadi tidak mungkin, tapi jauh dari jangkauan," katanya.

Mira yang tinggal di Adelaide mengatakan hal ini tidak hanya dialaminya seorang diri.

Topik ekonomi selalu menjadi bahasan dia dan teman-temannya, khususnya tips cara menabung.

Baca Juga: Hanya 2.700 Orang yang Berhasil Dikirim ke Negara Ketiga dari Total 13 Ribu Imigran di Indonesia

Dia mengatakan telah mencoba mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang berkaitan dengan "kemewahan" seperti naik Uber, makan di luar, dan mengurangi memesan makanan 'takeaway'.

Mira telah mempelajari banyak trik bermanfaat dari teman-temannya, termasuk bagaimana merencanakan belanjaan seminggu sebelumnya dan menyimpan penghasilannya ke dalam tempat khusus di rekening banknya untuk menghemat uang.

Lucas Walsh, direktur Pusat Kebijakan Remaja Monash University mengatakan perekonomian yang buruk saat ini bahkan dapat berdampak lebih parah bagi komunitas dengan bahasa dan budaya lain di Australia.

"Jika Anda berasal dari latar belakang migran generasi pertama atau kedua, Anda lebih mungkin mengalami rasisme dan pengucilan, yang juga berdampak pada pekerjaan," katanya.

Tinggal atau pergi?

Di Wyndham Vale, Melbourne, Vinu Shankar Ganesun dan keluarga mudanya baru saja pindah ke rumah mereka yang baru dibangun.

Tetapi karena biaya hidup terus meningkat, Vinu dan istrinya Akila, yang berangkat dari India enam tahun lalu dengan visa pekerja keterampilan, mulai mempertimbangkan apakah mereka harus tinggal di Australia.

"

"Kalau tempat kita memilih untuk pindah tidak lebih baik dari tempat asal kita, pertanyaan migrasi akan muncul," kata Vinu.

"

"Apakah kita lebih baik pindah untuk lebih dekat dengan keluarga [di India] karena setidaknya lebih aman demikian?"

Vinu yang menjalankan perusahaan konsultan bisnisnya sendiri, mengatakan migran baru seperti dirinya berada dalam situasi yang unik soal tekanan biaya hidup.

Dia tidak hanya mengirim uang untuk keluarganya di India, Vinu juga harus membiayai tiket perjalanan keluarganya sehingga dapat saling mengunjungi, di samping mencoba membangun kehidupannya dari nol di Australia.

"[Rasanya] seperti bepergian dengan dua rel," katanya.

"Sering kali Anda juga memiliki tanggung jawab yang lebih besar, terutama jika Anda memiliki adik, jadi Anda juga bertanggung jawab secara finansial untuk mereka."

Istri Vinu juga merasa terpukul secara keuangan karena harus mengemudi 110km untuk bekerja di tempat pendidikan anak usia dini.

Menurut Vinu, sulit sekali untuk memotong biaya pengeluaran bensin dengan beralih ke transportasi umum karena aksesnya yang terbatas.

Dampaknya bagi anak muda

Kondisi ini juga membuat frustasi Zofia Zayons, yang telah membatalkan keanggotaan gym, sesi fisio, layanan streaming, dan berhenti makan di luar.

"Di titik ini, satu-satunya hal yang dapat saya manfaatkan adalah waktu saya," kata Zofia yang berasal dari Hobart.

Dengan naiknya suku bunga setelah membeli rumah pertamanya tahun lalu dan tagihan listrik yang menurut penyedianya akan naik berlipat ganda, Zofia memutuskan untuk mencari pekerjaan tambahan.

Di luar pekerjaan penuh waktunya sebagai manajer tempat, Zofia yang berusia 29 tahun, bekerja sambilan di bar dan sebagai petugas komunikasi lepas untuk sebuah lembaga pemerintah.

"Saya [mengerjakan tiga pekerjaan] tetapi saya lelah … dan tahu bahwa apa yang saya lakukan sekarang tidak akan saya lakukan selamanya," katanya.

"Langkah selanjutnya tentang bagaimana saya akan terus mengelola masa depan masih sedikit tidak jelas."

Dengan gaji yang tidak akan berubah untuk saat ini, Zofia harus beradaptasi dengan kenaikan biaya. Dia mengatakan sudah mulai memilih membeli sayuran beku dibanding yang segar, dan berpikir dua kali sebelum menyalakan pemanas udara di tengah musim dingin.

"

"Tidak pernah ada pikiran bahwa setelah punya dua gelar universitas dan mengambil studi lebih lanjut di bidang saya, [lalu] bekerja selama lima tahun bahwa saya masih harus mengambil pekerjaan tambahan, ini lumayan membuat frustrasi," katanya.

"

Profesor Lucas mengatakan masa di mana harga rumah melonjak, pasar kerja tidak menentu dan inflasi memang menyulitkan anak muda untuk merencakan kehidupan mereka.

"Tidak mampunya mereka untuk membuat rencana karena ketidakpastian yang luar biasa bisa menimbulkan kecemasan," katanya.

Memilah kebutuhan dengan kesenangan

Laura Higgins, dari MoneySmart ASIC, yang menyediakan layanan gratis untuk membantu orang membuat keputusan keuangan, mengatakan ada beberapa hal yang dapat dicoba jika ingin memperbaiki situasi keuangan mereka.

Cara terbaik untuk memulai adalah dengan membuat daftar semua pengeluaran, kata Laura.

"Memahami semua komitmen keuangan Anda, benar-benar jujur tentang itu, dan memahami di mana uang Anda dipakai," katanya.

Penting untuk menilai kebutuhan dibandingkan kesenangan dan mempertimbangkan di bagian mana perubahan dalam pengeluaran dan prioritas dapat dilakukan, katanya.

"Berapa banyak uang yang Anda belanjakan untuk bahan makanan dibandingkan takeaway dan pergi ke restoran? Terkadang mengubah pengeluaran Anda dan bagaimana cara menemukan keseimbangannya dapat menimbulkan perbedaan besar."

Transportasi adalah bidang lain di mana penghematan dapat dilakukan.

Laura mengatakan "carpooling" atau bersepeda adalah hal-hal yang dapat dipertimbangkan orang untuk menghemat biaya bahan bakar.

"[Bahkan] bila dilakukan seminggu sekali, kebiasaan ini bisa membuat perbedaan besar dari waktu ke waktu," katanya.

Berbagi biaya dan perampingan — semuanya mulai dari mencari teman serumah dan berbagi tagihan hingga menghentikan langganan online dapat dipertimbangkan, kata Higgins.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI