Hadiri Simposium Haji Akbar di Makkah, Wamenag Tekankan Empat Dimensi Ibadah Haji

Senin, 04 Juli 2022 | 19:27 WIB
Hadiri Simposium Haji Akbar di Makkah, Wamenag Tekankan Empat Dimensi Ibadah Haji
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menghadiri Nadwah Al-Haj Al-Akbar [Dok: MCH 2022]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menghadiri Nadwah Al-Haj Al-Akbar atau Simposium Haji Akbar 1443 H di Makkah, Arab Saudi mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Simposium ini diadakan oleh Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi.

Turut hadir, Gubernur Makkah Amir Khalid bin Faisal al-Saud, Yang kami banggakan Menteri Urusan Haji dan Umrah, Kerajaan Saudi Arabia, dan sejumlah Menteri Agama serta pimpinan delegasi haji dari berbagai negara.

Wamenag menyatakan bahwa haji tidak semata-mata ritual keagamaan, tetapi lebih dari itu. Ibadah haji mengandung makna dan fungsi yang bisa dikontribusikan pada dunia.

Wamenag juga mengatakan setidaknya ada empat dimensi dalam penyelenggaraan ibadah haji. Pertama, dimensi spiritual ibadah haji yang menekankan pentingnya sikap kesalihan pribadi seorang Muslim untuk menjadi sosok yang bertakwa dan selalu mengingat Allah Swt., serta mentaati perintah dan larangan-Nya.

Baca Juga: 46 Jemaah Furoda Dipulangkan, Menag Yaqut: Travel Disanksi Tegas!

Kedua, dimensi persaudaraan (ukhuwwah) ibadah haji yang menekankan kebersamaan dan kerjasama untuk saling membantu dan saling menolong (ta’awun) dalam kebaikan.

“Kerja sama ini, tentu tidak hanya terbatas kepada Kerjasama antar individu melainkan juga antar komunitas, organisasi dan antar negara-negara penyelenggara perjalanan ibadah haji,” jelas Wamenag di Makkah, Senin (4/7/2022).

Ketiga, lanjut Wamenag, dimensi ekonomi ibadah haji yang menekankan pentingnya memberikan kemasalahatan lebih kepada umat manusia dengan berbagai aktivitas ekonomi. Wamenag berharap aktivitas ekonomi dalam bentuk perdagangan (tijarah), jual beli, dan ekspor-impor komoditas kebutuhan jamaah haji antar negara-negara Muslim semakin meningkat di masa akan datang.

“Seharusnya haji dapat menjadi wasilah untuk meningkatkan kerja sama ekonomi bagi negara-negara muslim,” jelasnya.

Keempat, dimensi sosial-kemanusiaan ibadah haji. Hal ini direfleksikan dengan pemotongan hewan kurban ataupun hadyu (sembelihan) yang harus memiliki tata kelola yang baik (governance).

Baca Juga: Catat! Kemenag Tidak Kelola Visa Haji Mujamalah, Hanya Haji Reguler dan Khusus

“Kemudian, daging-dagingnya dapat meningkatkan kualitas hidup dan gizi keluarga tidak mampu di berbagai belahan dunia,” jelasnya.

Wamenag juga turut mengajak para peserta yang hadir untuk dapat memproyeksikan kontribusi dan manfaat ibadah haji kepada masyarakat global yang lebih luas.

Dimensi spiritual, persaudaraan, ekonomi, dan kemanusiaan yang menjadi bagian dari ibadah haji dapat diproyeksikan untuk mendukung berbagai proyek pembangunan berkelanjutan yang menjadi agenda masyarakat dunia.

“Penting bagi kaum muslim di berbagai belahan dunia untuk memiliki agenda bersama, seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan gizi anak-anak keluarga miskin, penguatan ekosistem ekonomi haji, dan misi kemanusiaan yang lebih luas melalui kerja sama antar negara,” tegasnya.

“Haji dapat berkontribusi kepada dunia dengan memperkenalkan dan menerapkan konsep-konsep baru yang juga merupakan bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan, misalnya tentang “GREEN HAJJ” atau “ECO-HAJJ”. Hal itu diharapkan dapat berkontribusi dalam menjaga perubahan iklim, pemeliharaan lingkungan hidup, dan penggunaan enerji terbarukan,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI