Suara.com - Timor Tengah Selatan alami cuaca ekstrem hingga menyebabkan 2 orang meninggal dan 1 orang hilang karena banjir. Itu berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Cuaca ekstrem melanda wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur sejak Kamis, (29/6) pukul 23.00 WITA.
Kejadian ini mengakibatkan dua warga meninggal dunia dan satu warga hilang.
Wilayahnya dilanda angin kencang, banjir dan tanah longsor yang terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi berdurasi lama.
Baca Juga: Puluhan Ribu Warga Mengungsi Akibat Banjir Besar yang Melanda Australia
"Adapun wilayah terdampak yakni Desa Toineke di Kecamatan Kualin," dalam rilis Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Senin siang.
Hasil pendataan sementara mencatat 100 rumah terdampak, enam rumah rusak berat, satu unit sekolah rusak berat dan lahan pertanian warga. Ketinggian debit air pada saat terjadi banjir berkisar antara 150 sentimeter. Para warga terdampak memilih untuk mengungsi kerumah kerabat terdekat.
Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, Tni-Polri, Basarnas, Pemerintah Daerah, Relawan dan Masyarakat bekerjasama untuk melakukan manajemen darurat berupa pendataan dan pemantauan.
Upaya evakuasi dan pencarian terhadap korban hilang juga terus dilakukan di sekitar aliran sungai.
Sementara itu, upaya perbaikan jalan dan jembatan yang rusak pascalongsor juga tengah diinisiasi untuk memudahkan lalu lintas para warga.
Baca Juga: Anak 13 Tahun Tewas Terseret Banjir di Kupang, Baru Ditemukan 4 Hari Kemudian
Hasil pemantauan dilapangan, banjir sudah mulai berangsur surut di beberapa titik dan menyisakan lumpur.
Sebagai respon cepat, pemerintah daerah setempat telah menetapkan status tanggap darurat hingga 14 hari kedepan.
Hal ini diambil guna memberikan percepatan penanganan darurat terhadap warga terdampak.
Merujuk peringatan dini yang dikeluarkan BMKG hari ini (3/7) waspada potensi hujan sedang yang dapat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat di wilayah Manggarai, Ende, Alor, Sumba Barat Daya, Sumba Barat dan Sumba Timur dan waspada potensi angin kencang di wilayah Pulau Flores bagian Barat, Pulau Timor, Pulau Rote, Pulau Sabu, dan Pulau Sumba bagian timur.
Oleh karena itu, BNPB menghimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bahaya hidrometeorologi.
"Masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai dan daerah dengan kelerengan curam agar waspada dan evakuasi sementara secara mandiri jika terjadi hujan menerus dengan intensitas tinggi dan durasi lebih dari satu jam," tutup Abdul Muhari.