Suara.com - Sebanyak ratusan jamaah haji Indonesia jalani safari wukuf karena tidak bisa wukuf mandiri. Jumlah mereka mencapai 119 orang.
Safari wukuf dilakukan karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk wukuf mandiri.
Jamaah yang disafariwukufkan tersebut memang kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk wukuf atau lempar jumrah secara mandiri.
Jumlah jamaah yang akan disafariwukufkan tersebut sifatnya masih dinamis. Sehari sebelum wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah atau 8 Juli 2022 akan ditentukan jamaah yang akan disafariwukufkan.
Baca Juga: 92.668 Jamaah Haji Indonesia Tiba di Tanah Suci Sepekan Jelang Idul Adha
"Alhamdulillah banyak pasien yang kembali sehat dan sudah kembali ke kloter masing-masing," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana di Mekkah, Minggu.
Sebelumnya, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja (daker) Mekkah mendata sebanyak 204 jamaah calon haji yang akan menjalani safari wukuf.
"Mungkin semangatnya mulai timbul lagi apalagi mendekati Arafah," tambah Budi.
Lebih lanjut Budi mengatakan, musim haji tahun ini KKHI Mekkah melakukan skrining ulang seluruh jamaah risiko tinggi (risti) dengan layanan kesehatan spesialis.
Hal ini dilakukan agar angka kesakitan jamaah bisa terkendali. Dari skrining tersebut dapat diketahui mana jamaah yang mampu wukuf mandiri dan mana yang perlu safari wukuf.
Saat ini memasuki masa kritis haji dan puncaknya pada saat di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) maka skrining ulang harus selesai sebelum 9 Dzulhijjah.
Budi mengatakan saat ini mayoritas jamaah risti memiliki penyakit komorbid hipertensi dan terkait penyakit cardiovascular.
Menjelang Armuzna, Budi kembali mengingatkan agar jamaah menghindari kelelahan berlebihan dan beristirahat tiga hari sebelum wukuf agar kesehatan pulih.
Jamaah juga diingatkan untuk minum jangan tunggu haus agar tidak dehidrasi. (Antara)