Suara.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan kalau Indonesia memerlukan investasi besar dan teknologi rendah karbon untuk mendukung transisi menuju energi bersih yang cepat dan efektif. Investasi yang dibutuhkan Indonesia untuk mewujudkan itu berkisar USD 25 hingga 30 miliar.
Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat memaparkan pesan Jokowi saat mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 ke-48 di Schloss Elmau, Pegunungan Alpen Bavaria, Jerman, Senin (27/6/2022).
"Dalam kaitan inilah investasi yang diperlukan oleh Indonesia adalah antara USD 25 sampai 30 miliar untuk transisi energi 8 tahun ke depan," kata Retno dalam pernyataan pers yang diunggah melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (28/6/2022).
Mengulang pernyataan Jokowi, Retno menyebut kalau transisi energi juga bisa dioptimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, membuka peluang bisnis dan lapangan kerja baru.
Baca Juga: Siapa Sheila Salsabila yang Disorot Karena Kabarkan Marshanda Hilang?
"Bapak presiden mengajak negara G7 untuk berkontribusi dalam memanfaatkan peluang ini," tuturnya.
Hal yang paling utama ialah peluang investasi di sektor energi bersih di Indonesia, termasuk pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai lithium.
Dalam kesempatan yang sama, Jokowi juga sempat meminta dukungan kepada seluruh pimpinan negara yang hadir untuk bisa mendukung penyelengaraan G20 di Bali pada November 2022.
"Di akhir pernyataannya bapak presiden meminta dukungan dan kehadiran semua negara G7 di KTT G20."
Baca Juga: Ernest Prakasa Sebut Ada yang Pansos soal Isu Marshanda Hilang, Siapa?