Suara.com - Sedikitnya 16 orang meninggal dunia dalam serangan rudal di sebuah pusat perbelanjaan di kota Kremenchuk, Ukraina.
Sekitar 1.000 orang warga sipil diperkirakan berada di pusat perbelanjaan yang ramai pada saat serangan terjadi sekitar pukul 15:50 waktu setempat, kata Presiden Volodymyr Zelensky.
Para pemimpin kelompok negara-negara G7 - yang menggelar pertemuan di Jerman - mengutuk serangan itu sebagai "tindakan keji".
"Serangan membabi buta terhadap warga sipil tak berdosa merupakan kejahatan perang," kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama.
Baca Juga: G7 Berjanji Dukung Ukraina
Rusia disalahkan atas serangan itu, yang juga melukai sedikitnya 59 orang, dan ada kekhawatiran jumlah korban meninggal dunia akan terus meningkat.
Foto-foto yang beredar di dunia maya memperlihatkan bangunan pertokoan itu dilalap api dan asap hitam mengepul di atasnya.
"Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Ini adalah tindakan teror yang nyata dan sinis terhadap penduduk sipil," kata gubernur setempat, Dmytro Lunin di layanan pesan singkat Telegram. Dia juga menyebut serangan ini sebagai "kejahatan perang".
Layanan Darurat Ukraina, yang terus memperbarui jumlah korban yang meninggal dan terluka, mengatakan 57 unit pemadam kebakaran masih berupaya memadamkan api.
Foto-foto yang diunggah di halaman Telegram memperlihatkan sebagian bangunan itu menghitam dan hangus serta atapnya ambruk.
Baca Juga: Menlu RI: Jokowi Melanjutkan Perjalanan ke Ukraina Melalui Polandia
Baca juga:
- Ke mana Rusia membawa hasil rampasan gandum dari para petani Ukraina?
- Rusia akan kirim rudal berkemampuan nuklir untuk Belarusia
- Jokowi berkunjung ke Rusia dan Ukraina: Presiden disarankan gunakan pendekatan ekonomi
Dalam satu video yang diambil tidak lama setelah serangan, seorang pria terdengar berteriak: "Apakah ada yang hidup... ada yang hidup?" Segera setelah ambulans tiba untuk membawa yang terluka ke rumah sakit.
Tetapi masih ada orang yang hilang, dan saat malam tiba, para anggota keluarga berkumpul di sebuah hotel di seberang jalan. Di sana tim penyelamat telah mendirikan posko, untuk menunggu perkembangan setiap berita.
Lampu dan generator dibawa ke lokasi sehingga para petugas penyelamat dapat melanjutkan pencarian semalaman, lapor kantor berita Reuters.
Kota Kremenchuk terletak sekitar 130 kilometer dari wilayah yang dikuasai Rusia.
Presiden Zelensky mengatakan pusat perbelanjaan itu tidak memiliki nilai strategis bagi Rusia dan tidak berbahaya bagi pasukan pendudukannya - "hanya upaya warga untuk menjalani kehidupan normal, yang membuat marah penjajah".
Dia menggambarkan serangan itu sebagai salah satu "tindakan teroris paling memalukan dalam sejarah Eropa".
'Bau asap di seluruh penjuru kota'
Sophie Williams, BBC News, Kremenchuk
Di sini, di Kremenchuk, Anda masih bisa mencium bau asap di seluruh penjuru kota beberapa jam setelah serangan rudal di sebuah pusat perbelanjaan.
Yang tersisa hanyalah cangkang bangunan yang hancur lebur.
Area itu amat sunyi, satu-satunya suara adalah suara tim penyelamat yang memindahkan puing-puing ketika mereka mencari korban di bawahnya.
Seorang pejabat memberi tahu kami bahwa api berhasil dipadamkan sepenuhnya tetapi asap masih mengepul dari gedung.
Pusat perbelanjaan itu dihantam pada pukul 16:00 waktu setempat dan belum jelas berapa banyak orang yang berada di dalam ketika itu terjadi. Tetapi ada kekhawatiran bahwa jumlah korban meninggal dunia bisa meningkat.
Pimpinan Angkatan Udara Ukraina mengatakan pusat perbelanjaan itu dihantam rudal Kh-22 yang diluncurkan dari pesawat pembom jarak jauh Tu-22M3 - namun BBC tidak dapat memverifikasi klaim ini.
'Saya kehabisan kata-kata'
"Pusat perbelanjaan itu baru saja dihancurkan. Sebelumnya kami diserang di pinggiran kota, dan kali ini, serangannya di pusat kota," seorang saksi mata, Vadym Yudenko, berujar kepada BBC.
"Saya kehabisan kata-kata," tambahnya. "Saya tidak menyangka hal seperti ini bisa terjadi di kota saya."
Serangan rudal itu terjadi ketika para pemimpin G7, yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, AS, dan Inggris bertemu di Jerman, guna membahas - antara lain - sanksi keras terhadap Rusia.
Selain mengutuk keras serangan itu, sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh para pemimpin Barat, yang bersumpah untuk "terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, serta militer untuk Ukraina, selama diperlukan."
Rusia belum menanggapi serangan itu, dan selalu membantah menargetkan warga sipil.
Kota Kremenchuk, yang terletak di Provinsi Poltava, adalah salah satu kota industri terbesar di Ukraina, dengan populasi hampir 220.000 orang dalam sensus 2021.
Ini bukan pertama kalinya kota itu terkena serangan rudal - ada satu serangan yang tercatat pada April dan 10 hari yang lalu di kilang minyak terdekat.
Baca juga:
- Ukraina resmi jadi kandidat anggota Uni Eropa, bagaimana reaksi Rusia?
- Misteri di balik kematian para jenderal Rusia di Ukraina
- 'Tentara Rusia memukuli saya dan menyebutnya re-edukasi'
Beberapa jam setelah pusat perbelanjaan itu menjadi sasaran, delapan orang warga sipil meninggal dan 21 lainnya terluka, saat mereka antre untuk mendapatkan pasokan air di kota Lysychansk, ujar gubernur setempat, Serhiy Haidai.
Dia baru saja memerintahkan warga sipil untuk segera mengungsi karena "ada ancaman nyata bagi kehidupan dan kesehatan".
Lysychansk adalah kota besar terakhir yang masih dikuasai pasukan Ukraina di Provinsi Luhansk, setelah Rusia mengambil alih kota kembarnya, Severodonetsk.
Berbicara setelah serangan pusat perbelanjaan itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menyebutnya sebagai "kejadian terbaru dalam serangkaian tindakan kejam".
Adapun Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan akan memperkuat aliansi negara-negara Barat untuk mendukung Ukraina.
"Serangan mengerikan ini sekali lagi menunjukkan tindakan amat kejam dan barbarisme," kata Johnson.