Perbedaan GP Ansor dan Banser, Sama-Sama Berbasis Nahdlatul Ulama

Farah Nabilla Suara.Com
Minggu, 26 Juni 2022 | 10:13 WIB
Perbedaan GP Ansor dan Banser, Sama-Sama Berbasis Nahdlatul Ulama
GP Ansor genap berusia 88 Tahun. Khusus wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Pengurus Wilayah GP Ansor melaksanakan peringatan harlah di Aula Balai Diklat Keagamaan Makassar, Minggu 24 April 2022 [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meskipun sama-sama berafiliasi terhadap Nahdlatul Ulama, tapi ada perbedaan mendasar antara GP Ansor dan Banser. Apa bedanya?

Terkait hal tersebut, muncul pertanyaan apa perbedaan antara GP Ansor dan Banser? Berikut jawaban selengkapnya yang dilansir dari laman resmi NU, nu.or.id.

Barisan Kepanduan Ansor dan Barisan Serbaguna (Banser) merupakan bentuk perjuangan fisik Ansor yang melegenda saat melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI. Nah, perannya ini sangat menonjol.

Ansor berasal dari Nahdlatul Ulama (NU), dimana situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Ini berawal dari perbedaan antar tokoh tradisional dan modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader.

Baca Juga: Diprotes GP Ansor, Holywings Surabaya Tutup Sementara Gara-gara Imbas Promosi Berbau SARA

KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berarah modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda. Tepat di saat semangat mendirikan organisasi kepemudaan Islam serang tumbuh.

Dua tahun usai perpecahan, yakni 1924, para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab yang kemudian menjadi pendiri NU, membentuk wadah yang diberi nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air).

Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor yang sebelumnya beberapa kali mengalami perubahan nama, seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), hingga Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Lalu, secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang, mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang bernama Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang saat ini dikenal dengan Banser (Barisan Serbaguna).

Pada Kongres II ANO di Malang tahun 1937, Banoe menunjukkan kemampuannya dalam baris berbaris dan memakai seragam sama dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang.

Baca Juga: Siapa GP Ansor? Organisasi yang Belakangan Jadi Sorotan

Sementara instruktur umum Banoe Malang, Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namanya tetap dikenang dan bahkan diabadikan menjadi salah satu jalan di kota Malang.

Salah satu keputusan penting Kongres II ANO kala itu adalah didirikannya Banoe di tiap cabang ANO. Kemudian, mereka menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO termasuk yang menyangkut soal Banoe.

Pada masa pendudukan Jepang, organisasi-organisasi pemuda diberantas oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945-1949), tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, mengeluarkan ide untuk mengaktifkan kembali ANO.

Ide tersebut menerima sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim, Menteri Agama RIS kala itu. Jadi, pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru, yakni Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor).

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki ciri khas kepemudaan, kerakyatan, keislaman, serta kebangsaan.

Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.

Intinya, Banser diurus oleh GP Ansor, sebuah gerakan yang lahir dari NU.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI