Tak Bisa Gerak Cepat Tangani Wabah PMK, Kabupaten Sampang Kekurangan Dokter Hewan

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 24 Juni 2022 | 02:10 WIB
Tak Bisa Gerak Cepat Tangani Wabah PMK, Kabupaten Sampang Kekurangan Dokter Hewan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Sampang, kekurangan dokter hewan. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Sampang, kekurangan dokter hewan. Untuk itu pihaknya belum bisa bergerak cepat dalam menangani wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan seperti sapi.

"Jumlah dokter hewan di Sampang ini hanya 18 orang dengan 23 mantri, sedangkan mereka harus melayani 180 desa di 14 kecamatan," kata Kepala DPKP Kabupaten Sampang Suyono di Sampang, Kamis (23/6/2022).

Suyono menuturkan jumlah sapi milik warga dan peternak di Kabupaten Sampang sebanyak 217 ribu ekor lebih.

Kurangnya jumlah petugas dari dokter hewan dan mantri hewan di Sampang ini, kata Suyono, menyebabkan pelayanan hewan sakit di kalangan masyarakat kurang maksimal.

Baca Juga: Bangkai Kambing yang Terindikasi PMK Ditemukan di Kali Serang, Dikhawatirkan Cemari Sungai

"Tapi, sepanjang ada laporan dari warga yang disertai alamat jelas, maka pasti akan tertangani," katanya menjelaskan.

Selama ini, rata-rata petugas menangani 20 sampai 30 sapi sakit bergejala seperti terserang wabah PMK.

Selain dokter dan mantri hewan, kendala lain yang dihadapi DPKP Pemkab Sampang dalam menangani sapi warga yang banyak sakit adalah anggaran.

Menurut Kepala DPKP Sampang Suyono, anggaran yang tersedia saat ini hanya sekitar Rp300 juta pada biaya tak terduga.

"Ini kami gunakan untuk membeli obat, tapi yang jelas tidak akan cukup mengingat sapi sakit milik warga saat ini hampir merasa di semua kecamatan," katanya.

Baca Juga: Puluhan Kambing Ditemukan Mati di Sungai, Pemkab Semarang Khawatir Terjadi Pencemaran Air

Apalagi, kata dia, jumlah sapi terserang wabah PMK berdasarkan laporan petugas lapangan di masing-masing kecamatan, kini sudah mencapai 3 ribuan ekor lebih.

Karena itu, pihaknya mulai berkoordinasi dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) untuk mendapatkan obat. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI