Dalam hadits lain yang riwayat Imam Muslim juga disebutkan, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit."
"Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan."
"Jika kamu meminumnya untuk dilindungi dari kenakalan si pembisik, Allah akan melindungi Anda. Jika kamu meminumnya hingga merasa kenyang, Allah akan membuat Anda merasa kenyang dan puas."
Dalam kajian ilmiah lain, disebutkan bahwa keajaiban air Zamzam, yaitu tetap mengalir sejak 2000 SM sehingga memicu adanya kehidupan di gurun pasir yang gersang di Arab Saudi.
Ada keajaiban lain dari air Zamzam, komposisinya yang relatif stabil yang tidak memiliki perubahan yang terobservasi pada komposisi mineral dan pH alkaline setelah dua tahun.
Selain itu, air Zamzam juga memiliki efek antioksidan yang dapat menekan radikal bebas. Hal ini dibuktikan oleh Abdelsalam dkk di tahun 2012. Ia menyimpulkan bahwa efek antioksidan air Zamzam di mencit (tikus kecil) percobaan dapat mengurangi stres oksidatif.
Sifat alamiah air Zamzam yang nontoksik dan aman terbukti pada hewan coba.
Seorang peneliti air Zamzam, Yazdi (2017) juga menyebutkan bahwa air Zamzam alkaline memiliki kapabilitas sebagai radioprotector, melalui micronuclei assay, sebagai metode efektif untuk menguji sitotoksisitas agen-agen seperti radiasi ion, materi kimiawi pada mamalia. Efek radioprotektif ini dapat diukur dengan dose reduction factor (DRF).
Air Zamzam telah mengurangi efek radiasi pada sel-sel sumsum tulang dan efek radioprotektifnya meningkat oleh penggunaannya pada mencit.
Baca Juga: Cegah Munculnya Masalah Kesehatan, Jemaah Haji Wajib Makan dengan Teratur
"Namun, riset tersebut memerlukan observasi lanjutan untuk mengevaluasi aplikasinya, terutama pada pasien radioterapi yang memiliki banyak problematika, seperti menelan, selera makan, dan sebagainya," begitu jelas dr Dito Anurogo MSc, dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (FK Unismuh) Makassar, dalam tulisa opininya, yang dimuat antara 16 September 2018.