Suara.com - Megawati Soekarnoputri saat ini sedang diperbincangkan di dunia jagat maya setelah pidatonya di Rakernas II PDI Perjuangan viral dan memancing beragam komentar warganet.
Dalam pidatonya tersebut, Megawati memberikan wejangan, sekaligus mewanti-wanti ketiga anaknya, termasuk Puan Maharani agar tidak salah memilih calon suami.
Namun mantan Presiden ke-5 Indonnesia itu menyebut sebuah profesi yang dianggapnya tida pantas bersanding dengan anaknya, yakni tukang bakso.
Meskipun wejangan tersebut ditujukan untuk putrinya, namun video yang telah menjadi viral itu membuat geram warganet. Mereka menganggap jika ibunda Puan itu telah menghina tukang bakso.
Baca Juga: Kekayaan Puan Maharani Meningkat Pesat, Naik Rp82 Miliar dalam Tiga Tahun
Apa sebenarnya maksud dari pidato tersebut? Berikut fakta-faktanya:
1. Megawati beri wejangan untuk Puan Maharani
Dalam Rapat Kerja Nasional II PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato. Namun tak hanya soal politik yang ia bahas. Ia juga memberikan wejangan kepada tiga putra –putrinya yang masih berstatus lajang.
Sembari melemparkan canda, Mega mewanti-wanti pada anaknya terutama Puan agar menikah dengan laki-laki yang tepat.
Meski tidak secara spesifik Mega menyebutkan ciri-ciri fisiknya, namun lebih lanjut ia menyampaikan jika Puan jangan menikah dengan laki-laki yang seperti tukang bakso.
"Jadi ketika saya mau punya mantu nih, saya sudah bilang sama anak saya tiga (orang), awas loh kalau nyarinya yang kayak tukang bakso," ungkap Megawati yang disambut tertawa oleh para kader PDIP di lokasi.
2. Jokowi tertawa dengar pidato Mega
Di antara kader PDI Perjuangan yang hadir dalam Rakernas II tersebut, terdapat pula Presiden Joko Widodo di antara para peserta.
Saat Megawati berpidato dan melontarkan candaan, Jokowi terlihat ikut tertawa bersama para peserta Rakernas PDI Perjuangan lainnya.
3. Mega katakan warga Indonesia mempunyai ciri fisik yang beragam
Lebih lanjut Megawati mengatakan jika penduduk Indonesia sangat beragam, sehingga mempunyai fisik yang beragam pula.
Salah satunya ia menyinggung fisik orang Papua yang berkulit hitam dan memiliki rambut keriting.
Hal ini kemudian ia kaitkan dengan lagi dengan jodoh anak-anaknya. Jika nanti salah satu dari anaknya mendapatkan jodoh orang yang berbeda suku, Megawati berharap bisa melahirkan anak yang sangat Indonesia.
"Tapi bukan apa, manusia di Indonesia ini kan Bhinneka Tunggal Ika ya, jadi harus berpadu itu bukan hanya dari sisi fisik dan perasaan, tapi itu tadi rekayasa genetika itu," tambahnya.
4. Arie Kriting tak terima dengan ucapan Megawati
Pidato yang tengah viral di media sosial itu rupanya menarik perhatian komedian Arie Kriting untuk berkomentar.
Dalam unggahannya di Instagram, Arie dengan tegas mengungkapkan jika dirinya tidak terima dengan ucapan Mega yang dianggapnya memojokkan ras tertentu.
Ia lantas mempertanyakan ada masalah apa dengan warna kulit, terutama yang hitam? Ia juga mempertanyakan pernyataan Megawati yang menyinggung profesi tukang bakso.
“Kalau mau mewujudkan Bhinekka Tunggal Ika, ya harus beragam. Gak ada urusan orang kulit hitam harus kawin campur sama yang lain," kata Arie Kriting.
"Memangnya kenapa kalau orang kulitnya gelap? Memang kenapa kalau jadi tukang bakso? Perasaan sebagai ras superior ini kok ya masih dipelihara,” tegasnya.
5. Jadi trending dan panen kritikan pedas
Pidato yang kini tengah viral itu, memacing beragam komentar dari warganet. Mereka pun berbondong-bondong memberi kritikan pedas pada mantan Presiden ke-5 RI itu.
Bahkan di Twitter ada warganet yang menyatakan profesi tukang bakso lebih mulai ketimbang tukang korupsi.
"Emang kenapa sama tukang bakso, kerja juga halal. Berkah barokah," komentar warganet.
"Mata-mata juga banyak bu yang jadi tukang bakso," celutuk warganet.
"Nanti kalau punya anak, bilang nyari calon mertua enggak kayak ibu," tambah yang lain.
"Emang kenapa sama tukang bakso? Halal mereka enggak korupsi kayak menteri-menterinya," timpal lannya.
Gegara pidato ini viral, tukang bakso menjadi trending topic di media sosial Twitter bahkan sudah di cuit belasan ribu kali.
Kontributor : Damayanti Kahyangan