Baru-baru ini, ramai diperbincangkan di sosial media seorang pemuda pengelola puluhan server luar negeri. Diketahui, pemuda tersebut bernama Nurrohman yang berumur 33 tahun, seorang pemuda asal Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pemuda tersebut merupakan warga Kelurahan Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo. Nurrohman viral dan membuat heboh warganet bertanya-tanya siapa Nurrohman setelah diketahui bahwa dirinya merupakan seorang pengelola puluhan server di luar negeri.
Nurrohman bertanggung jawab untuk mengelola sekitar 50 hingga 70 server yang berada di luar negeri. Pekerjaan Nurrohman ini bisa ia lakukan di rumah saja.
Karier Nurrohman
Mulanya, Nurrohman bekerja sebagai seorang freelancer. Pada awal-awal dia bekerja, Nurrohman menerima pesanan untuk mengelola server saat ada event-event tertentu saja.
Untuk penghasilan yang ia dapatkan di awal-awal ia bekerja, Nurrohman bisa mendapatkan uang sebesar SGD 100 atau setara dengan Rp 1 juta.
Berdasarkan ungkapan Nurrohman, pemuda asal Kulon Progo tersebut awalnya sulit mendapatkan pekerjaan tersebut, karena pada saat itu ia harus berjuang dengan orang-orang India yang memiliki skill lebih darinya.
Nurrohman juga sempat tidak percaya diri karena ia bekerja secara otodidak tanpa pelatihan khusus. Nurrohman kemudian tidak menyerah dan terus menggeluti skill dan kemampuan yang ia punya dalam bidang tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Nurrohman akhirnya mendapatkan kontrak dari sebuah perusahaan di Singapura. Oleh karenanya, sejak saat itu Nurrohman bisa mendapatkan penghasilan yang tetap dari kontrak tersebut.
Baca Juga: Update Kasus Pemuda Injak Al Quran di Sukabumi: Polisi Siapkan Saksi Ahli Agama hingga Ahli IT
Kabarnya, Nurrohman mendapatkan kontrak tersebut di tahun 2018 di Singapura dengan penghasilan sekitar SGD 350.
Meskipun memiliki penghasilan yang cukup. Nurrohman sendiri mengaku kerap kali disangka sebagai seorang yang tidak memiliki pekerjaan. Nurrohman memilih pekerjaan tersebut karena ia merasa tidak memiliki pendidikan yang cukup tinggi.
Nurrohman mengaku tidak begitu punya harapan yang tinggi bekerja di Tanah Air, mengingat kebanyakan perusahaan lebih mementingkan ijazah. Oleh karenanya, ia mencoba peruntungan di luar negeri, karena di luar negeri tidak begitu memperhatikan ijazah, tetapi kemampuan dan skill para pelamar kerja.
Alasan yang kerap kali menjadikan dirinya disebut sebagai seorang pengangguran adalah karena ia menekuni pekerjaan ini di rumahnya, sehingga membuat dirinya jarang ke luar rumah.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa