Solusi Banjir Rob Pesisir Pantai Jawa, Akademisi Saran Bangun Penahan Ombak atau Tanam Bakau

Kamis, 23 Juni 2022 | 13:10 WIB
Solusi Banjir Rob Pesisir Pantai Jawa, Akademisi Saran Bangun Penahan Ombak atau Tanam Bakau
Foto udara ratusan pekerja industri kawasan pelabuhan berjalan menembus banjir limpasan air laut ke daratan atau rob yang merendam kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, Senin (20/6/2022). ANTARA FOTO/Aji Styawan
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah disarankan membangun bangunan panahan ombak atau tanam bakau untuk mencegah banjir rob di pesisir utara Jawa.

Saran itu disampaikan Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr Indra Permanajati.

Menurutnya, mitigasi bencana abrasi pantai dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mitigasi struktural dan non-struktural.

"Secara umum bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu mitigasi struktural dan non-struktural," katanya ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Baca Juga: Peringatan Dini Banjir Rob Hingga 23 Juni, BPBD Kota Pekalongan Siapkan Pompa dan Tempat Evakuasi

Mitigasi struktural bisa dengan menerapkan hard protection berupa pendirian bangunan serta material penahan ombak atau gelombang laut.

"Bisa juga dengan soft protection dengan mengembangkan tanaman penahan gelombang seperti tanaman bakau," katanya.

Selain itu, bisa juga dengan mengombinasikan antara hard protection dan soft protection.

"Sementara itu secara non-struktural adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pengembangan pemukiman di daerah tersebut dan sosialisasi tentang cara-cara evakuasi jika terjadi bencana abrasi," katanya.

Secara undang-undang, kata dia, juga perlu dikaji secara teknik daerah yang aman dari gelombang untuk membuat aturan pengembangan wilayah.

Baca Juga: Banjir Rob di Banjarmasin Kalsel Diprediksi Hingga 23 Juni 2022

Dia menambahkan mitigasi juga perlu dilakukan berdasarkan kajian lokasi di suatu daerah dengan memperhatikan faktor alam dan manusia yang tinggal di daerah tersebut.

"Dengan demikian, akan menghasilkan mitigasi yang tepat. Serta diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi berupa jarak aman untuk pemukiman di wilayah pantai berdasarkan parameter yang dihitung," katanya.

Indra juga mengulas mengenai bencana yang terjadi di Pantai Amurang di pesisir utara Pulau Sulawesi merupakan bencana alam yang disebabkan oleh abrasi gelombang laut pantai tersebut. "Gelombang ini yang dimungkinkan menjadi penyebab hilangnya daratan di bibir pantai," katanya.

Secara geologi, kata dia, dimungkinkan beberapa penyebab terjadinya abrasi, yakni karena sudut pantai yang mempunyai kemiringan, sehingga memungkinkan energi karena gelombang arus laut lebih besar dari yang landai.

Faktor kedua adalah material lunak yang menjadi dasar dari pemukiman di daerah pantai, sehingga tingkat resistensi batuan yang rendah menyebabkan gelombang laut akan mudah mengabrasi dataran di bibir pantai.

Menurut dia, memerlukan penelitian lanjut mengenai komposisi tanah atau batuan di bibir pantai apakah bersifat porous atau tidak.

"Sekiranya bersifat porous atau mudah membuat air meresap, apakah memungkinkan air laut merembes ke dataran dan menyebabkan berkurangnya ikatan antara material penyusun batuan, sehingga menyebabkan tanah di daerah tersebut kehilangan daya dukung tanah, yang selanjutnya berimbas terhadap amblesnya tanah di sekitar bibir pantai tersebut," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI