Ukraina Terus Dibombardir Rusia, Presiden Zelenskyy Teriak Ke Sekutu: Kirim Senjata Berat Segera!

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 23 Juni 2022 | 11:04 WIB
Ukraina Terus Dibombardir Rusia, Presiden Zelenskyy Teriak Ke Sekutu: Kirim Senjata Berat Segera!
Volodymyr Zelenskiyy. (Instagram/@zelenskiy_official)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Volodymyr Zelenskyy mendesak negara-negara sekutu Ukraina untuk mempercepat pengiriman senjata berat untuk menandingi Rusia dalam pertempuran.

Desakan itu disampaikan Zelenskyy di tengah serangan udara dan artileri besar-besaran Rusia di seluruh wilayah Donbas, Ukraina timur.

"Kami harus membebaskan wilayah kami dan mencapai kemenangan, tetapi dengan lebih cepat, jauh lebih cepat," katanya dalam pidato video yang dirilis Kamis (23/6/2022) pagi.

Dia mengulangi permintaan Ukraina soal senjata yang lebih besar dan lebih cepat.

Baca Juga: Eropa Kecele, Rusia Dapatkan Pasar Baru Bisnis Minyak Mentah di Afrika dan Timur Tengah

"Ada serangan udara dan artileri besar-besaran di Donbas. Tujuan penjajah di sini tidak berubah, mereka ingin menghancurkan seluruh Donbas secara bertahap," kata dia.

"Itulah kenapa kami menekankan lagi dan lagi agar pengiriman senjata ke Ukraina dipercepat. Yang kami butuhkan segera adalah kesetaraan di medan tempur untuk menghentikan armada jahat ini dan mengusirnya ke luar perbatasan Ukraina," kata Zelenskyy.

Semakin beratnya pertempuran di Donbas terlihat dari laporan kantor berita Tass yang mengutip kelompok separatis pro-Rusia.

Mereka mengeklaim telah merebut sebagian besar Vovchoyarivka, sebuah desa yang berjarak 12 km dari kota Lysychansk.

Jika klaim itu benar, Lysychansk berada dalam ancaman besar terkepung oleh pasukan Rusia.

Baca Juga: Soal Rencana Kunjungan Jokowi Ke Ukraina Dan Rusia, Legislator Golkar: Cermin Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Ketika pertempuran sengit berlangsung di Donbas, pasukan Rusia terus menghantam kota terbesar kedua Kharkiv di dekat perbatasan dengan Rusia.

Serangan Rusia pada Selasa dan Rabu di Kharkiv menjadi yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir.

Kota itu sempat menjalani kehidupan normal sejak Ukraina memukul mundur pasukan Rusia bulan lalu.

Pemerintah Ukraina menilai serangan di Kharkiv, yang dikabarkan telah membunuh sedikitnya 20 orang, sebagai langkah Rusia untuk memaksa Ukraina menarik pasukannya dari medan-medan pertempuran utama di Donbas guna melindungi warga sipil.

"Penjajah Rusia tidak berhenti membombardir warga sipil," kata gubernur wilayah Kharkiv Oleh Synehubov di aplikasi pesan Telegram.

"Ini adalah bukti bahwa kami tak bisa mengharapkan skenario yang sama seperti di Chernihiv atau Kiev, di mana pasukan Rusia mundur di bawah tekanan," kata dia.

Pertempuran di kota Sievierodonetsk –garis depan di wilayah timur di mana ratusan warga sipil terperangkap di sebuah pabrik kimia– diwarnai saling klaim antara Ukraina dan Rusia sebagai penguasa kota itu.

Gubernur wilayah Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan pada Rabu malam bahwa pasukan Rusia terus menambah tentara di Sievierodonetsk untuk mengepung tentara Ukraina.

Dia menolak klaim Rusia bahwa militernya telah mengendalikan kota itu.

"Pertempuran masih berlangsung," kata dia di televisi Ukraina. "Pasukan Rusia tidak punya kendali penuh."

Rusia mengatakan tentara Ukraina di Sievierodonetsk terjebak. Moskow pekan lalu memerintahkan mereka untuk menyerah atau mati setelah jembatan terakhir di atas sungai Siverskyi Donets dihancurkan.

Di Rusia, api terlihat membakar sebuah kilang minyak yang jaraknya hanya 8 km dari wilayah Donbas yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia.

Pengelola kilang menggambarkan insiden itu sebagai serangan lintas batas oleh dua pesawat nirawak pada Rabu.

Belum ada komentar dari pihak Ukraina tentang serangan itu.

Kiev biasanya tidak mengomentari laporan serangan terhadap infrastruktur Rusia di dekat perbatasan, yang pernah mereka sebut sebagai "karma" atas serangan Rusia di Ukraina.

Di bidang diplomatik, para pemimpin Eropa pada Kamis akan memutuskan secara formal tentang keanggotaan Ukraina di Uni Eropa dalam pertemuan puncak di Brussels, Belgia.

Meskipun hanya simbolis, langkah itu akan membantu mengangkat moral rakyat Ukraina setelah empat bulan terlibat konflik berdarah yang telah menewaskan ribuan orang, mengusir jutaan lainnya dan menghancurkan kota-kota.

Rusia telah lama menentang kedekatan Ukraina, negara pecahan Uni Soviet, dengan kelompok negara Barat seperti Uni Eropa (EU) dan aliansi pertahanan NATO.

Zelenskyy mengaku telah berbicara dengan 11 pemimpin EU pada Rabu tentang keanggotaan Ukraina dan akan melakukan pembicaraan lebih banyak pada Kamis.

Sebelumnya dia mengatakan dirinya yakin 27 negara anggota EU akan mendukung keanggotaan Ukraina.

"Kami pantas mendapatkannya," kata Zelenskyy kepada masyarakat Amsterdam lewat tautan video.

Para diplomat mengatakan Ukraina perlu waktu satu dekade atau lebih untuk memenuhi kriteria menjadi anggota EU. Namun para pemimpin EU mengatakan blok itu harus menunjukkan iktikad untuk mengakui pengorbanan Ukraina.

Perang di Ukraina telah berdampak sangat besar pada ekonomi global dan keamanan Eropa.

Kenaikan harga gas, minyak dan pangan telah mendorong EU untuk mengurangi ketergantungan mereka yang besar pada energi Rusia.

Perang itu juga telah mendorong Finlandia dan Swedia untuk mengajukan keanggotaan NATO. (Sumber: Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI