Suara.com - Anies Baswedan menyatakan janjinya tidak akan kerja kendor di akhir masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Anies Baswedan akan akhiri masa jabatannya Oktober 2022.
Anies memastikan seluruh program di DKI tetap berjalan baik meski dalam waktu kurang dari empat bulan, masa jabatannya akan berakhir.
"Jangan seakan-akan kami masih bertugas tinggal beberapa bulan, lalu kemudian slow down. Tentu tidak. Tetap jalan terus," kata Anies Baswedan di Jakarta, Rabu.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menyebutkan program tidak berhenti pada Oktober 2022.
Baca Juga: Termasuk Bang Pitung dan Junaid Al Batawi, Lima Tokoh Betawi Ini Diabadikan Jadi Nama Jalan
"Selama Jakarta ada, maka program ada, periode kepemimpinan yang berhenti Oktober tapi kalau program dan kegiatan ada, tetap terus," ucapnya.
Anies memimpin Upacara HUT ke-495 DKI Jakarta tahun ini perdana setelah dilangsungkan secara virtual karena pandemi COVID-19.
Upacara HUT DKI tahun ini juga menjadi upacara terakhir bagi kepemimpinan Anies menjelang masa jabatan berakhir pada Oktober 2022.
Sementara itu, pada upacara HUT DKI, Anies menyampaikan apresiasi capaian pembangunan kota Jakarta dan semua pihak yang telah terlibat.
Anies mengatakan keberhasilan pembangunan di Kota Jakarta merupakan refleksi hasil perjuangan dan kolaborasi masyarakat Jakarta di masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Baca Juga: Disebut Lebih Fokus Pencapresan, Anies Klaim Kinerja Tidak Menurun Jelang Akhir Jabatan
"Kita perlu merefleksikan sekilas perkembangan Jakarta di masa lalu, masa sekarang serta prospek pembangunan kota yang kita cintai ini di masa mendatang," ucapnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak mengatakan Gubernur DKI lebih fokus untuk Pemilu 2024.
"Saat udara Jakarta mengalami polusi terberat di dunia, fokus Anies terlihat lebih ke pencapresan," ucap Gilbert Simanjuntak dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (20/6).
Ia menyoroti permasalahan Jakarta salah satunya polusi udara yang melanda Ibu Kota.
Menurut dia, polusi beracun ini mengurangi angka harapan hidup sebesar empat tahun dan lebih berbahaya dari AIDS dan penyakit lainnya.
"Data terakhir 17 Juni di mana udara Jakarta berturut-turut paling berpolusi di dunia sedikitpun tidak terdengar apa yang akan dilakukannya untuk menyelamatkan warga DKI," ucapnya. (Antara)