Bagaimana China dan India Menyokong Rusia Hindari Sanksi dengan Beli Minyak

SiswantoBBC Suara.Com
Rabu, 22 Juni 2022 | 12:42 WIB
Bagaimana China dan India Menyokong Rusia Hindari Sanksi dengan Beli Minyak
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rusia menemukan mitra baru dalam industri minyak dan gas, yang membantunya menghindari sanksi ekonomi berat yang dijatuhkan oleh Barat.

Setelah invasi Ukraina, Rusia menggantikan Arab Saudi sebagai pemasok Utama minyak ke China.

Kremlin dilaporkan menawarkan minyak dan gasnya dengan potongan harga kepada Beijing, yang memungkinkan Rusia menemukan pasar baru untuk pasokan minyak yang tak dapat dijualnya menyusul sanksi ekonomi akibat serangan negara itu ke Ukraina.

Baca juga:

Baca Juga: Uni Eropa Resmi Larang Ekspor Minyak Rusia, Harga Minyak Dunia Langsung Naik

Di sisi lain, Rusia juga memasok lebih banyak ke India.

Jika sebelum invasi porsi ekspor minyak Rusia ke India hanya 1%, pada Mei ekspor itu meningkat jadi 18%.

Artinya, terlepas dari fakta bahwa Rusia mengalami penurunan pendapatan dari ekspor minyak dan gas, pendapatan dari sektor energi masih cukup untuk membiayai, antara lain, aksi militer di Ukraina.

Harga diskon

Menurut data lembaga bea cukai China, impor minyak mentah Rusia - termasuk minyak yang dipasok lewat pipa Siberia Timur - Samudra Pasifik - mencapai 8,24 juta ton pada bulan lalu.

Jumlah itu mengalami peningkatan sebanyak 55% ketimbang tahun lalu, dan mencapai rekornya di bulan Mei.

Baca Juga: Harga BBM Global Lagi Gonjang-ganjing, Impor Minyak Rusia oleh India Naik 25 Kali Lipat

Perusahaan milik negara China seperti Sinopec dan Zhenhua Oil, telah menambah pembelian minyak mentah mereka dari Rusia dalam beberapa bulan terakhir.

Perusahaan-perusahaan itu menerima diskon dalam jumlah besar dari Rusia sebab pembeli di Eropa dan AS mulai menghindari minyak dan gas Rusia setelah invasi Ukraina.

Itu membuat Arab Saudi berada di posisi kedua di antara negara-negara pemasok minyak ke China, dengan 7,82 juta ton.

Baca juga:

Namun Rusia bukan satu-satunya negara dengan sanksi yang minyaknya dibeli oleh China.

Merujuk data yang diterbitkan pada Senin (20/06) Beijing membeli 260.000 ton minyak mentah dari Iran bulan silam

Ini adalah pembelian ketiga sejak Desember tahun lalu.

Celah hukum

Menurut satu laporan yang diterbitkan pekan lalu oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), penjualan hidrokarbon Rusia terus mengalami tren penurunan sejak awal pengenaan sanksi.

Akan tetapi, laporan itu memperingatkan bahwa Moskow telah menemukan celah hukum untuk terus melakukan ekspor.

Salah satunya adalah dengan mengekspor minyak mentah ke negara ketiga, seperti India - yang kemudian melakukan penyulingan minyak itu - lalu mengirimkan produk olahan itu ke negara-negara Eropa.

"Laporan itu mencatat bahwa banyak minyak Rusia diekspor ke India untuk diolah, dan banyak dari minyak sulingan itu masuk ke pasar Eropa," kata wartawan bisnis BBC Theo Legget.

"Dan saat Moskow mencari pasar baru dan [distribusi] minyak Rusia beralih dari jaringan pipa ke kapal, kebanyakan dari mereka dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Eropa."

"Supaya tekanan pada Rusia efektif, masalah seperti ini harus ditangani."

Dilema Eropa

Bagaimanapun, Uni Eropa tetap menjadi pelanggan Utama minyak dan gas Rusia.

Diperkirakan US$59 miliar (Rp873,8 triliun) dari US$97 miliar (Rp1,4 kuadriliun) total pendapatan ekspor energi Rusia selama 100 hari pertama perang di Ukraina berasal dari Uni Eropa.

Namun, adalah hal yang tidak mungkin mencapai kesepakatan untuk sepenuhnya melarang pembelian hidrokarbon dari Rusia.

Uni Eropa berencana untuk memberlakukan larangan impor minyak Rusia yang tiba melalui laut sebelum akhir tahun ini, yang pada akhirnya memangkas impor sebanyak 60%.

Selain itu, pada Maret silam, Eropa mengurangi impor gas Rusia sebanyak setidaknya dua pertiga dalam periode satu tahun.

Di belahan bumi lain, Amerika Serikat memutuskan larangan total pembelian minyak, gas dan batu bara dari Rusia. Sementara Inggris diperkirakan akan melakukan hal serupa sebelum akhir 2022.

Apa yang bisa terjadi?

"Dengan melonjaknya harga bahan bakar," kata wartawan bisnis global BBC Dharsini David, "bukan hanya pengemudi yang akan mengantre saat melihat diskon".

David mengungkapkan bahwa India dan China telah dapat mengambil keuntungan dari situasi saat ini di Rusia, tapi memperingatkan bahwa, karena berlakunya sanksi Eropa dan transisi ke pemasok lain, ekspor Rusia ini hanya akan berlangsung untuk sementara waktu.

"Pendapatan minyak Rusia sudah mulai turun, dan ini akan terus terjadi Ketika negara-negara lain mencari sumber energi alternatif."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI