Suara.com - Mata uang kripto terus jatuh pada pekan ini, dengan nilai token seperti Bitcoin anjlok sampai miliaran dolar.
Kejatuhan ini berdampak pada investor di seluruh dunia, termasuk pemerintah El Salvador.
Negara di Amerika Tengah itu sudah menggelontorkan jutaan dolar ke bitcoin dan menjadikannya alat pembayaran yang sah sembilan bulan lalu, mendorong masyarakat untuk menggunakannya dalam transaksi sehari-hari.
Dari pernak-pernik, makanan, hingga bensin dan bahkan rumah - Anda dapat membeli hampir semua barang di El Salvador dengan Bitcoin.
Baca Juga: Bitcoin Menguat Tipis Usai Terkoreksi 7,8 Persen Efek Kebijakan The Fed
Anda bisa bertransaksi dengan mata uang kripto di banyak tempat, dari pedagang kali lima sampai rantai supermarket besar, adalah pengalaman yang luar biasa.
Ini menunjukkan betapa jauh perkembangan Bitcoin sejak digagas dalam sebuah forum internet pada tahun 2008.
Baca juga:
- El Salvador resmi mulai pakai Bitcoin, warganya 'harap-harap cemas'
- Bagaimana Kazakhstan menjadi penambang kripto terbesar kedua di dunia
- Bitcoin dilarang otoritas keuangan Indonesia, ini fakta-faktanya
Keputusan Presiden Nayib Bukele untuk menjadikan mata uang kripto sebagai alat pembayaran yang sah berarti secara teori ia harus diterima oleh semua bisnis, selain mata uang El Salvador lainnya, dolar AS.
Tetapi kejatuhan terbaru mata uang kripto telah memunculkan lebih banyak pertanyaan tentang kebijakan tersebut, terutama penggunaan dana publik sebesar hampir US$100 juta (Rp1,4 triliun) untuk membeli Bitcoin - setiap pembeliannya dirayakan oleh sang presiden dengan sebuah twit.
Baca Juga: Kurs Rupiah dan Nilai Bitcoin Melemah, Sementara Dolar AS Capai Rekor Tertinggi
https://twitter.com/nayibbukele/status/1523742670044413954?s=20&t=hjOJxeCbC0bBZTvQvNRsuw
Sekarang, 2.300 bitcoin milik El Salvador bernilai setengah dari harga belinya, tetapi menteri keuangan menepis berbagai kritik, dengan mengatakan "risiko fiskal sangat minimal".
Pantai Bitcoin
Gerakan Bitcoin di El Salvador dimulai di El Zonte, sebuah kota kecil di pantai selatan tempat berselancar dan memancing. Pada tahun 2019, seorang donor anonim memberi sekelompok penggemar mata uang kripto di sana yang pertama dari banyak sumbangan besar dalam bentuk Bitcoin.
Tidak ada yang tahu siapa dia, tetapi kesepakatannya ialah bahwa El Zonte dapat menyimpan koin digital tersebut dengan syarat mereka tidak diubah menjadi dolar.
Idenya adalah menciptakan ekonomi sirkular berbasis Bitcoin pertama di dunia, di mana orang dapat dibayar dalam Bitcoin - sistem uang internet peer-to-peer - dan hidup dengan itu.
Itu ide yang radikal. Di seluruh dunia Bitcoin dapat digunakan untuk jual-beli online, namun kecuali di sejumlah kecil kafe trendi atau proyek-proyek sementara, bitcoin belum bisa digunakan di jalanan.
El Zonte sejauh ini telah menerima sekitar US$350.000 (Rp5,1 miliar) dari sang dermawan anonim, jumlah yang signifikan untuk kota yang kumuh namun indah ini. El Zonte sekarang juga dikenal dengan nama Pantai Bitcoin.
Katerina Contreras termasuk orang-orang pertama yang merasakan manfaatnya.
Dua tahun lalu, saat pandemi, ia ditawari untuk mengikuti pelatihan menjadi penjaga pantai, dan ia berpikir itu ide yang bagus. Penyelenggara membayar transportasi dan makanan peserta pelatihan dalam bentuk Bitcoin.
"Kemudian selama enam bulan kami bekerja sebagai penjaga pantai dan dibayar dengan Bitcoin," katanya.
Beberapa bisnis di kota mengatakan mereka telah melihat peningkatan 30% dalam perdagangan berkat para Turis Bitcoin, yang datang ke sana setelah menonton kanal-kanal YouTube tentang mata uang kripto. Mereka tertarik pada kebaruan membelanjakan koin digital mereka saat liburan.
Namun, belum semua usaha mengadopsi Bitcoin.
Dalam perjalanan saya, saya menyimpulkan bahwa semakin jauh Anda dari Pantai Bitcoin, semakin kecil kemungkinan Anda dapat membeli barang-barang dalam mata uang digital itu.
Di Pantai Bitcoin lebih dari setengah bisnis yang saya temui menerima Bitcoin, tetapi di ibu kota San Salvador, 80 menit perjalanan ke utara, jumlahnya hanya seperempat.
Dompet bersubsidi
Pemerintah mengatakan mereka tidak berencana untuk memaksa bisnis agar menerima Bitcoin, meskipun seharusnya mereka melakukannya berdasarkan Undang-Undang Bitcoin negara itu. Sejauh ini langkah pemerintah sebatas menawarkan insentif.
Uang tunai masih berkuasa di sini, dengan lebih dari setengah warga El Salvador tidak punya rekening bank, tetapi Presiden Bukele telah menyalurkan US$200 juta (Rp2,9 triliun) dana publik ke dalam aplikasi dompet Bitcoin yang disubsidi, bernama Chivo.
Siapa pun yang mengunduh aplikasi tersebut mendapatkan US$30 (Rp450.000) dalam bentuk Bitcoin ketika mendaftar, yang dapat menjelaskan mengapa aplikasi tersebut telah diunduh empat juta kali di negara berpenduduk 6,5 juta jiwa.
Namun banyak orang menggunakan aplikasi ini untuk transaksi dalam dolar, bukan Bitcoin. Cara ini sering digunakan, misalnya, oleh orang-orang yang bekerja di luar negeri dan mengirim uang ke keluarga mereka di rumah, karena tidak ada komisi atau biaya transfer.
Dan ada pertanda bahwa setelah lonjakan minat di awal, orang-orang semakin jarang menggunakan Chivo.
Insentif lain untuk menggunakannya muncul pada akhir Februari, dengan pembukaan rumah sakit hewan paling canggih di negara itu.
Banyak orang dan hewan peliharaan mereka mengantre di bawah gazebo untuk janji temu mereka. Dan itu karena semua perawatan hewan, bahkan operasi yang kompleks, dihargai hanya 25 sen - selama dibayar dengan aplikasi Chivo, dan terutama dalam Bitcoin.
Staf mengatakan rumah sakit itu dibayar dengan "keuntungan Bitcoin", tetapi pejabat pemerintah tidak menjawab permintaan untuk menjelaskan bagaimana keuntungan ini dihasilkan.
Uang publik
Dana Moneter Internasional (IMF) telah mendesak El Salvador untuk membalikkan keputusannya membuat Bitcoin menjadi alat pembayaran yang sah, dengan alasan bahwa itu terlalu tidak stabil untuk tujuan ini, dan ekonom lokal seperti Tatiana Marroquin semakin khawatir.
Ia mengatakan pemerintah tidak punya cukup uang untuk membantu orang-orang yang rentan, jadi seharusnya mereka tidak mengambil risiko dengan menggelontorkan dana publik ke dalam mata uang kripto.
Perempuan itu juga mengatakan pemerintah kurang transparan.
"Kita tidak tahu persis kapan atau dengan uang apa mereka membeli Bitcoin."
Namun, Menteri Pariwisata Morena Valdez bersikeras warga Salvador tetap percaya kepada Presiden Bukele, meskipun nilai Bitcoin terus turun.
"Kita tahu bahwa setiap keputusan presiden dibuat pada saat yang tepat. Orang-orang sangat percaya pada keputusannya dan arah ekonomi negara ini," katanya.
Negara-negara lain agaknya sedang mempertimbangkan untuk mengikuti langkah El Salvador, sebelum kejatuhan terbaru dimulai pada bulan Mei, meskipun Republik Afrika Tengah adalah satu-satunya yang telah melakukannya. Presiden negara itu, Faustin-Archange Touadra, mengumumkan langkah tersebut di Twitter, menyebut Bitcoin sebagai "uang universal".
https://twitter.com/FA_Touadera/status/1519360822853926914
El Salvador sekarang ingin melangkah lebih jauh.
Presiden Bukele telah mengumumkan rencana untuk membangun kota baru - Bitcoin City - yang berlokasi di kaki gunung berapi yang akan menyediakan energi panas bumi dan menggerakkan tambang Bitcoin raksasa.
Dia berharap untuk mengumpulkan uang dengan menjual obligasi yang disebut Volcano Bonds senilai $1 miliar (Rp14,7 triliun), yang rencananya dijual pada bulan Maret tetapi sampai sekarang belum muncul.
Para pejabat mengatakan mereka yakin mereka akan dapat mengumpulkan dana - dan membayar tagihan utang luar negeri yang membengkak sebesar $800 juta (Rp11,8 triliun).
Tetapi kejatuhan mata uang kripto menambah tekanan pada pemerintah selama mereka terus bertaruh besar pada Bitcoin.